PANGERAN PENDEKAR NAGA

PANGERAN PENDEKAR NAGA

Pangeran Song Lin Qian

Di sebuah tanah yang kosong dimana hanya ada bebatuan dan tanah gersang yang cukup luas, terlihat ada dua pasukan yang sedang berbaris saling berhadap-hadapan dengan alat perang serta persenjataan yang lengkap.

Ratusan prajurit kedua belah pihak dipimpin oleh tiga Panglima di masing-masing kubu, dan dari pakaian yang dikenakan, mereka berdua jelas adalah dua pasukan berbeda Kerajaan yang siap untuk maju berperang.

Panglima tertinggi dari kedua belah pihak sedang duduk di atas kuda perkasanya memperhatikan barisan pasukan musuh sekaligus para panglimanya, begitu juga sebaliknya.

"Jangan ada yang takut sedikitpun! Untuk Kerajaan Qin kita, maju dan kalahkan Pasukan Kerajaan Song," kata seorang Panglima tertinggi yang bertubuh tegap yang sangat gagah dengan memegang sebilah golok panjang di tangan dan pedang yang masih tersarung di pinggangnya.

"Hidup Kerajaan Qin, hancurkan Kerajaan Song!" seru semua prajurit kerajaan Qin secara serempak.

Pasukan berpakain kuning hanya memperhatikan sorak semangat pasukan musuh di hadapannya, dan salah seorang panglima besar mereka memperhatikan semua itu sekaligus membaca situasinya.

"Panglima Lian, semua pasukan pemanah sudah bersiap untuk menunggu perintah," kata salah seorang Panglima satunya.

Sosok yang dipanggil Panglima Lian adalah seorang Panglima dari Kerajaan Song, tubuhnya sebanding dengan Panglima tertinggi Kerajaan Qin yang saat ini sedang menyemangati pasukannya, sedangkan senjatanya adalah Tombak berpita Kuning dan pedang yang ada di pinggangnya.

Pasukan Qin sudah mulai bergerak maju, dan yang ada di barisan depan adalah pasukan yang memiliki tameng pelindung, barisan kedua adalah pasukan pemanah, dan barisan ketiga adalah pasukan tempur biasa.

Ketiga barisan ini mulai maju untuk menentukan jarak panah mereka nantinya, dan jika Pasukan Song melepaskan panah, maka pasukan pelindung akan menggunakan tameng mereka untuk melindungi pasukan di belakangnya.

Di barisan paling belakang, masih ada barisan pasukan Qin yang belum bergerak yang terdiri dari pasukan tempur elit yang terdiri dari pasukan berkuda dan pasukan yang memiliki persenjataan serta baju tempur yang kokoh, belum lagi meriam bola api yang siap untuk di lepaskan kapanpun, ditambah dengan busur besar yang disebut dengan Busur Balista, busur besar itu akan digunakan untuk memanah pasukan berkuda musuh, dan di pihak Kerajaan Song juga memiliki Busur tersebut.

"Pasukan Pemanah! Hujani mereka dengan panah Api," kata Panglima Lian.

Pasukan pemanah segera maju ke barisan depan lalu mulai membakar anak panah yang sudah diberi kain serta minyak. Begitu Panglima Lian memberikan aba-aba, pasukan pemanah segera melepaskan anak panahnya ke arah pasukan musuh.

Langit seketika menjadi gelap oleh hujan ratusan anak panah api yang mulai menghujani pasukan Qin, walau ada pasukan perisai di depan yang mulai membuat formasi pelindung, namun tetap saja ada beberapa prajurit yang masih terkena anak panah itu, beberapa ada yang masih bisa bertahan, dan beberapa pasukan ada yang mati walau tubuhnya tidak terbakar.

"Pasukan Perisai, maju untuk memblokir serangan musuh," seru Panglima tertinggi Kerajaan Qin.

Para prajurit pelindung bergerak maju sekaligus memasang perisai mereka untuk melindungi diri serta pasukan yang ada di belakang mereka, tidak peduli terhadap serangan hujan panah yang terus menyerang, mereka tetap maju, tetap saja ada beberapa prajurit yang jatuh terkena panah, namun mereka tidak menghentikan langkah untuk terus bergerak.

"Barisan tiga maju!" seru Panglima Lian lalu para pasukan pemanah mundur dan digantikan oleh pasukan barisan ketiga yang semuanya mengenakan baju besi serta perisai sekaligus memegang tombak.

Pasukan barisan tiga adalah sebuah sebutan untuk pasukan pelindung sekaligus penyerang, pasukan ini yang akan lebih dulu melakukan serangan sekaligus bertahan, dan strategi ini baru pertama kali digunakan oleh Panglima Lian.

Kedua pasukan kini sudah sangat dekat, dan begitu keduanya berhadapan, pasukan barisan tiga sudah sangat hafal dengan strategi musuh, mereka semua segera menancapkan perisai mereka ke tanah, dan secara bersamaan pasukan musuh yang berada di barisan pasukan pelindung melepaskan tusukan Tombak.

Tusukan Tombak itu tentu tertahan oleh perisai pasukan Song, dan begitu tombak itu akan ditarik, para pasukan barisan kedua di belakang pasukan barisan tiga segera meraih tombak-tombak musuh lalu menariknya dengan sangat kuat sehingga menyebabkan pemilik tombak ikut ditarik keluar dari dalam perlindungan, dan pasukan barisan tiga segera menghujamkan tombak mereka ke tubuh pasukan Qin.

Pasukan Qin segera membalasnya, mereka membuka perisai lalu serangan anak panah mulai menghujani pasukan Song, dan setelah itu pasukan berkuda dari kedua belah pihak segera memasuki medan pertempuran.

Pertempuran sengit dari kedua belah pihak berlangsung selama setengah hari saja, dan dalam waktu setengah hari itu, pasukan Qin kehilangan lebih dari separuh pasukannya, sedangkan Pasukan Song hanya sedikit saja yang gugur.

Pertempuran itu yang tidak menguntungkan pasukan Qin akhirnya memilih untuk mundur, dan hasil dari pertempuran itu dimenangkan oleh pasukan Song.

Pasukan Song bersorak sorai atas kemenangan mereka, dan Panglima Lian yang mengalami luka ringan memerintahkan pasukan penjaga untuk membangun benteng, sedangkan dirinya bersama beberapa prajurit akan kembali ke Kerajaan untuk menyampaikan kabar kemenangan itu kepada Raja Song.

***

Kerajaan Song dan Kerajaan Qin adalah dua kerajaan yang menduduki daratan Barat. Berbeda halnya dengan daratan tengah serta daratan timur yang hanya memiliki satu pemerintahan saja.

Kerajaan Song adalah kerajaan pertama yang berdiri di Daratan Barat, dan setelah berdiri selama lebih dari 50 tahun, Kerajaan baru muncul yaitu Kerajaan Qin, dan kerajaan Qin sendiri di bangun oleh salah satu pejabat kerajaan Song yang membelot.

Anehnya Kerajaan Qin memiliki banyak dukungan sehingga dalam waktu kurang dari 10 tahun, Kerajaan Qin sudah memiliki pasukan yang cukup untuk menandingi kekuatan militer Kerajaan Song.

Hari ini Raja Song sedang berdiri di depan kamar salah satu selirnya yang akan melahirkan anak ketiga Sang Raja. Dengan cemas Raja Song mondar-mandir di depan kamar yang membuat para pengawal yang menemani Raja Song merasa Pusing melihat Raja Mereka yang tidak mau diam.

Sesekali Raja Song akan melihat ke pintu kamar kemudian kembali lagi berjalan kesana kemari dengan cemas, sedangkan di dalam kamar suara wanita yang sedang kesakitan berusaha sebisa mungkin untuk melahirkan bayinya.

"Tarik nafas dalam-dalam Putri, sebentar lagi akan segera keluar," kata seorang wanita tua yang membantu persalinan sang Selir Raja.

Wanita itu mengikuti apa yang wanita tua itu perintahkan, setelah dia menarik nafas dalam-dalam, sang Selir mencengkram kain bantal dengan erat sekaligus berteriak dengan sangat keras.

Tiba-tiba saja langit menjadi mendung, dan tepat saat sang Selir berteriak dan sekuat tenaga mendorong bayinya keluar dari rahimnya, disaat yang bersamaan, petir menyambar atap istana, dengan suara tangis bayi yang tertutup oleh suara Guntur yang membuat atap istana langsung hancur.

Semua pengawal Raja dan para prajurit jelas terkejut atas fenomena tersebut, sedangkan Raja Song sendiri yang mendengar suara tangis bayi setelah suara guntur berlalu langsung berhenti bergerak seraya menghadap ke arah Pintu kamar dengan perasaan tidak sabar untuk melihat anak ketiganya.

Hujan mulai turun dengan sangat deras, dan beberapa pasukan berusaha memperbaiki kembali atap istana yang bocor dengan mengganti atapnya, dan mereka rela hujan-hujanan demi memperbaiki atap istana yang hancur.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pintu kamar terbuka, dan Wanita tua keluar dengan menggendong bayi mungil yang sudah dibersihkan serta membungkus tubuh bayi mungil itu dengan kain lembut dan juga hangat.

"Selamat Paduka, Putri Lin Fei melahirkan bayi laki-laki," kata wanita tua itu seraya mempersilahkan Raja Song untuk menggendong bayi tersebut.

Raut wajah Raja Song terlihat sangat senang setelah mengetahui jika anak ketiganya adalah laki-laki, dan bayi itu adalah anak laki-laki satu-satunya, sedangkan dua anak sebelumnya adalah perempuan.

Anak yang pertama bernama Song Lie Hua anak dengan sang Permaisuri, dan yang kedua bernama Song Xi Yifei anak dengan selir kedua, dan sekarang adalah bayi laki-laki.

Raja Song menimang bayi itu lalu wanita tua itu menjelaskan jika bayi ketiganya memiliki tanda lahir aneh di belakang punggungnya, gambar lingkaran merah sebesar ibu jari terukir di pundak sebelah kanan.

Raja Song segera memeriksanya dan dia menemukan tanda lahir tersebut, Raja Song sedikit bingung sebab jarang sekali ada tanda lahir sebuah gambar lingkaran yang sangat sempurna berwarna merah, biasanya tanda lahir berwarna biru kehitaman atau bahkan hitam pekat, dan tanda seperti itu sudah umum terlihat.

Hanya saja kali ini terlihat berbeda, walau Raja Song tidak mempermasalahkannya, setidaknya putranya lahir tanpa cacat sedikitpun, dan tanda lahir yang unik mungkin hanyalah sebuah tanda lahir biasa saja.

Raja Song berjalan menghampiri sang Selir yang masih terbaring lemah, dan Raja Song dengan penuh kebahagiaan berbicara kepada selir tersebut.

"Terima kasih Fei'er, kamu sudah memberikan harapan masa depan bagi kerajaan kita ini," kata Raja Song.

Selir yang memiliki nama Lin Fei hanya bisa tersenyum kemudian Raja Song keluar membawa bayi nya ke Aula Istana, Raja Song ingin semua orang mengetahui jika Sang Pewaris Kerajaan telah lahir.

Begitu Raja Song memasuki Aula Istana, semua petinggi Kerajaan segera berlutut seraya berseru, "Selamat atas lahirnya anak Paduka Raja yang ketiga, semoga Raja dan keluarga diberikan anugerah dan panjang umur," ucap semuanya yang ada di dalam Aula tersebut.

"Terima kasih! Hari ini adalah hari kebahagiaanku, karena hari ini telah lahir calon pewaris tahta Kerajaan ini, Putra Mahkota Kerajaan Song, aku memberikan nama putraku, Pangeran Song Lin Qian," kata Raja Song seraya mengangkat bayi itu tinggi-tinggi berharap para Dewa juga merestui lahirnya sang Putra Mahkota.

"Hidup Raja Song, hidup Pangeran Song Lin Qian!" seru semuanya yang masih berlutut.

Permaisuri dan dua selir lainnya memasuki Aula Istana bersama dua Putri Song, satu berusia 8 tahun yang bernama Song Lie Hua, dan satu berusia 4 tahun bernama Song Xi Yifei.

Setelah berada di sebelah Raja Song, Sang Permaisuri meminta bayi itu untuk dia gendong, dan Raja Song memberikannya.

"Song Lin Qian, lihatlah! Kelahiranmu di sambut dengan doa dan restu dari kami semua, semoga kelak kamu menjadi pria yang gagah dan bijak seperti ayah mu," kata Sang Permaisuri seraya mencium kening Song Lin Qian yang masih halus dan lembut.

Song Lie Hua dan Song Xi Yifei juga tidak sabar ingin melihat adik mereka, sedangkan kedua Selir di mana salah satunya juga sedang hamil hanya saling berpandangan, tatapan iri dan tidak senang mulai terlihat di raut wajah keduanya, hanya kedua Selir itu tidak berani untuk mengutarakan ketidak senangan mereka terhadap Bayi laki-laki itu.

Kedua selir itu bernama Yie Ling Yi, dia adalah ibu dari Song Xi Yifei, sedang yang sedang hamil bernama Lio Xiayi, lalu Sang Permaisuri bernama Wang Hua Yin.

"Apakah putra dari seorang pelayan berhak menjadi pewaris tahta Kerajaan ini? Lin Fei, lihat saja nanti apa yang akan aku perbuat pada anakmu dan juga dirimu," batin salah satu selir itu dengan saling melirik kepada selir satunya.

Diketahui jika Lin Fei sebelumnya adalah seorang pelayan yang datang dari desa kecil, Lin Fei memiliki paras wajah yang sangat cantik, dan ketika Song Guo Li atau Raja Song bertemu dengan Lin Fei yang sedang bekerja membersihkan kamar Permaisuri, Raja Song pun terpesona dan segera meminang Lin Fei, dan Lin Fei akhirnya menjadi Selir kedua setelah Yie Ling Yi.

Setelah Lin Fei menjadi selir kedua, Raja Song kembali meminang seorang putri dari salah satu bangsawan, dan putri tersebut bernama Lio Xiayi.

Kini Raja Song memiliki tiga Selir. Yie Ling Yi sendiri adalah putri seorang menteri, sehingga status derajat Yie Ling Yi dan Lio Xiayi seharusnya lebih tinggi daripada Lin Fei.

Berbeda halnya dengan Sang Permaisuri dimana Permaisuri sendiri adalah seorang Putri dari salah satu dari kerajaan yang menguasai wilayah Daratan Tengah, Sang Permaisuri statusnya jelas lebih tinggi dari semua selir-selir Raja Song, terlebih lagi Sang Permaisuri asal Istri sah sang Raja.

Seorang Raja hanya bisa memiliki satu istri yang sah saja, dan itu memang sudah menjadi aturan hukum tetap seluruh pemerintahan di seluruh belahan dunia, jika pemimpin atau Raja ingin menikah lagi, maka jalur pernikahannya sangat berbeda dan pastinya tidak bisa di panggil sebagai permaisuri, sebab kedudukannya sendiri sangatlah berbeda antara Permaisuri dan juga Selir.

Hanya demi bisa memiliki anak laki-laki, Raja Song telah menikahi tiga wanita, Raja Song tidak mempertimbangkan terlebih dahulu akan apa yang akan terjadi di masa depan jika sampai dia memiliki dua putra dari dua selir yang berbeda.

Mengingat masih ada satu selirnya yang lagi hamil 7 bulan, jadi masih belum diketahui bayi apa yang akan lahir dari selir yang ketiga itu, sedangkan Lio Xiayi yakin jika bayi yang dia kandung itu juga bayi laki-laki.

"Beritahu ke para Panglima yang berada di perbatasan untuk berhenti berperang selama dua hari, suruh ketiga Panglima membuat pertahanan saja, sebab selama dua hari ini aku tidak ingin ada peperangan, ini untuk menyambut kehadiran Song Lin Qian di Kerajaan ini," kata Raja Song.

Tiga prajurit segera membungkuk dan berjalan mundur setelah menerima titah Raja Song, namun baru saja mereka ingin berbalik, Panglima Lian pun muncul dan segera menemui Raja Song.

Panglima Lian bingung saat melihat semua petinggi Kerajaan yang hadir, namun dia segera mengacuhkan mereka semua dan lebih Fokus untuk berbicara kepada Sang Raja.

"Lian Bai memberi hormat kepada Yang Mulia dan Permaisuri!" kata Panglima Lian Bai yang langsung berlutut di hadapan Raja Song serta Permaisuri.

"Bangunlah Lian Bai," kata Raja Song.

"Terima kasih Yang Mulia! Hamba kembali dengan membawa berita kemenangan, Pasukan Qin berhasil kami usir dari wilayah perbatasan," kata Lian Bai.

"Owh, jadi kelahiran Song Lin Qian juga memberikan kemenangan untuk Kerajaan kita, bagus-bagus! Ini adalah pertanda yang baik," kata Raja Song yang menoleh ke arah Song Lin Qian yang berada di pangkuan Permaisuri.

Lian Bai kebingungan mendengarnya, dan saat melihat bayi di pangkuan Permaisuri, barulah dia mengerti dan segera mengucapkan selamat kepada Raja Song atas kelahiran putra nya.

"Karena hari ini adalah hari bahagia, kita akan mengadakan pesta untuk Pangeran Song Lin Qian," kata Raja Song sehingga semua yang ada disana sangat gembira dan Raja Song menyuruh para prajurit untuk menyebarkan acara pesta itu kepada seluruh Rakyatnya dan Raja Song akan membagi-bagikan sedekah untuk orang yang benar-benar sangat miskin.

Atas sikap dan perlakuan Raja Song yang terlalu berlebihan itu, kedua Selir Raja sama-sama memandang bayi di pangkuan Permaisuri dengan tatapan yang sangat tajam, niat buruk mereka semakin liar dan kedua selir itu sama-sama menganggukkan kepala mereka, keduanya seperti sepakat untuk merencanakan sesuatu kepada Song Lin Qian beserta dengan ibunya.

Terpopuler

Comments

Darwito

Darwito

ybby

2024-05-08

0

Agustia Syahbana

Agustia Syahbana

/Sneer/

2024-05-01

0

zevs

zevs

lin Qian

2024-04-25

0

lihat semua
Episodes
1 Pangeran Song Lin Qian
2 Kekacauan yang di rencanakan
3 Bala bantuan
4 Sisa Nafas Terakhir
5 Pedang Darah
6 Rencana Yie Ling Yi
7 keinginan Putri Bungsu Raja Song
8 Lingkaran Tenaga Dalam
9 Melihat Kehidupan di bawah Gunung
10 Para Perusuh
11 Xan Tiandi
12 Sejarah Kitab Naga Langit
13 Mengetahui kebenaran
14 Memulai perjalanan
15 Pekerjaan pertama
16 Hari pertama bekerja
17 Ayah yang terbaik
18 Keahlian Xeiyin
19 Perguruan Racun Kalajengking
20 Pembunuhan Pertama
21 Ginseng Hitam Langit Malam
22 Perasaan aneh
23 Perguruan Elang Perak
24 Tidak berdaya
25 menjadi kekasih bayaran
26 Kakek Pengemis
27 Cincin Langit
28 Keberuntungan yang tidak di sengaja
29 Partai Tiga Pedang
30 Menyerap khasiat Ginseng Hitam
31 Keluarga Chu
32 Empat Tubuh Kebal Bersaudara
33 Rahasia Tanda Lahir
34 Keluarga
35 Mengkhianati kepercayaan
36 Aura Kematian
37 Panglima Huan Gong
38 Chang Xu Tian
39 Tamu undangan
40 Menemukan titik terang
41 Berangkat ke Istana
42 Bertemu dengan sang Ayah
43 Han Li Guo
44 Sosok hitam
45 Keberuntungan yang tidak terduga
46 Bentrokan
47 Hanya satu kata
48 Merasakan efek Pedang
49 Membunuh dua Pendekar Jiwa Ahli
50 Harimau Panglima Perang
51 Dukungan orang kuat tambahan
52 Mempermalukan Keluarga Chu
53 Bertemu dengan Sang Permaisuri
54 Meninggalkan Istana
55 Membuat Pil pertama
56 Memulai latihan tertutup
57 Naik ke Kelas Pendekar Awal Jiwa Ahli
58 Pasien pertama
59 Pendekar bayaran
60 Para Iblis Tua
61 Pimpinan utama Tiga Pedang
62 Hutan Zudong
63 Di kejar oleh Dewa Kematian
64 Tidak memiliki perasaan
65 Seperti neraka
66 Musuh mulai bergerak
67 Pertempuran Besar 1
68 Pertempuran Besar 2
69 Pertempuran Besar 3
70 Pertempuran Besar 4
71 Pertempuran Besar 5
72 Pertempuran Besar 6
73 Roh Kaisar Naga Api
74 Meminjam tubuh
75 Rencana Huai Long
76 Kemenangan
77 Akhir dari pertempuran besar
78 Perbatasan Desa Lingwu
79 Hutan Qixing
80 Mengungkapkan identitas
81 Aliansi Pendekar
82 Situasi di Organisasi Tiga Pedang
83 Jalur Keberuntungan
84 Pertarungan perebutan Peta
85 Berhasil mendapatkan peta
86 Suku Manusia Batu
87 Bahasa Suku Manusia Batu
88 Kepala Suku Daoyu
89 Kesepakatan
90 Mempelajari Bahasa Dinasti Tang
91 Konflik Perang Saudara
92 Gagal melewati Jalur Keberuntungan
93 Suku Ular Tanah
94 Segel Bintang Hitam
95 Jurus Seni Pedang Naga bagian keempat
96 Kitab Ilmu Nafas Dewa Angin
97 Mempelajari Kitab Nafas Dewa Angin
98 Mengetahui identitas Qian
99 Menjadi Sekutu
100 Melanjutkan perjalanan
101 Kota Yiandong
102 Anggota Organisasi Bintang Benua
103 Wilayah tak berpenduduk
104 Tumbal Pertama
105 Kota Chaoli
106 Tumbal berikutnya
107 Pertarungan sengit dua lawan satu
108 Qian melawan Xuan He
109 Kepala Kaisar Agung
110 Perguruan Pulau Tua
111 Tiba di bekas Perguruan Naga Langit
112 Batu permata
113 Siluman Kalajengking Ye Shong
114 Pengawal pribadi dari bangsa Siluman
115 Perburuan di Hutan Qixing
116 Pertarungan dua Siluman Tua
117 Kisah awal mula Segel Api
118 Xa Wujin
119 Membentuk Pondasi pertama
120 Naik ke Kelas Pendekar Awal Jiwa Raja
121 Kulit Naga Muda
122 Dua buruan besar
123 Lima Raja Hutan Pelindung
124 Pertandingan antar Organisasi
125 Tubuh Naga Merah, Puncak Jiwa Kaisar.
126 Menyembunyikan kemampuan
127 Bukit Tangsang
128 Pendekar Jiwa Kaisar termuda
129 Kaisar Han
130 Lembah Setan dan Lembah Iblis
131 Bibit kejahatan berikutnya
132 Tabib Ajaib
133 Surganya Dunia
134 Pertarungan lima lawan empat
135 Hun Rong
136 Pertarungan para Pendekar Jiwa Pertapa
137 Kwe Lan
138 Pertarungan Dua Pertapa Tingkat Tinggi
139 Serangan terakhir
140 Kematian Kwe Lan
141 Lembaran Ranah Naga Bumi
142 Berhasil membentuk Pondasi Darah dengan sempurna
143 Bintang Benua dalam masalah besar
144 Tiga Pendekar Setan Tian
145 Strategi singkat
146 Menerobos pertahanan
147 Bantuan telah datang
148 Bantuan telah datang 2
149 Tiba di pertempuran
150 Membalikkan situasi
151 Pil Ajaib Perubahan Terkutuk
152 Tidak ada Kesempatan lagi
153 Kemenangan
154 Kondisi Dao Yin
155 Bulan Purnama Beku
156 Pangeran Pendekar Naga
157 Informasi baru
158 Rumah pelelangan keluarga Ziu
159 Cincin Bola Api
160 Sosok berjubah hitam
161 Xuan Hui
162 Rencana Qian dan Huai Long
163 Qian melawan Hai Kang
164 Kekuatan Cincin Bola Api
165 Melanjutkan perjalanan
166 Pertempuran sesama Aliran Hitam
167 Dewi Pemakan Darah Wen Xhiu
168 Membunuh tanpa menyentuh
169 Melihat ingatan masa lalu Xuan Hui
170 Menyerah
171 Penggabungan dua Aliran berlawanan
172 Keputusan Xuan Hui
173 Kembali ke Hutan Qixing
174 Tubuh Naga Emas
175 Naik ke Ranah Serigala Langit
176 Menjinakkan Kekuatan Naga
177 Kelebihan Pondasi Tubuh dan Tubuh Naga Emas
178 Pertemuan Tiga Aliran Berbeda
179 Sosok Kaisar Petir
180 Dunia Roh
181 Menaklukkan Sisi Gelap Jiwa
182 Pondasi Jiwa Kegelapan
183 Bertemu dengan Roh Sang Ibu
184 Kambali ke Bintang Benua
185 Chi Xin sang Pengendali Pikiran
186 Beradu segel sihir
187 Kelemahan Sihir Pengendali Pikiran
188 Sihir Terakhir
189 Pembakar Api Pemusnah
190 Membawakan hadiah besar
191 Pertemuan kembali dengan Qifei
192 Tiba di Kota Tengzho
193 Persiapan penyambutan
194 Pancaran aura agung
195 Pertemuan ayah dan anak
196 Kemampuan Qifei
197 Dewa Kematian yang sesungguhnya
198 Kemunculan anggota Pedang Darah
199 Pertarungan Qian dan Leng Tua
200 Segel Kurungan Tanah
201 Xao Zeng sang Naga Api Hitam
202 Rencana Pembalasan
203 Kunjungan ke Bulan Suci
204 Aksi Ye Shong
205 Hukuman
206 Xeiyin keluar dari pelatihan
207 Qifei mengamuk
208 Qiyue, Saudari kembar Qifei
209 Keterampilan Lava
210 Ketua Besar Wu Jin
211 Lava Angin Pemusnah
212 Busur Emas Suci
213 Memamerkan Kekuatan
214 Jurus Seribu Bayangan Pedang
215 Akhir bagi Partai Tiga Pedang
216 Memeriksa bagian dalam Markas
217 Harta paling berharga
218 Cemburu
219 Masalah Keluarga
220 Janji untuk menjemput Keluarga Qiao
221 Segera berangkat ke Kerajaan Qin.
222 Informasi tentang Keluarga Qiao
223 Tiba di rumah Keluarga Qiao
224 Zhiu Yu
225 Pembantaian seluruh Keluarga Zhiu
226 Rombongan pengungsi
227 Lepas tangan
228 Sayap Inti Elemen
229 Penyatuan Bola Energi kedua
230 Menerobos ke Ranah Awal Naga Langit
231 Kebimbangan
232 Kabar buruk
233 Kondisi Meng Lin
234 Berangkat ke wilayah Ming
235 Pencuri kecil Lang Hang
Episodes

Updated 235 Episodes

1
Pangeran Song Lin Qian
2
Kekacauan yang di rencanakan
3
Bala bantuan
4
Sisa Nafas Terakhir
5
Pedang Darah
6
Rencana Yie Ling Yi
7
keinginan Putri Bungsu Raja Song
8
Lingkaran Tenaga Dalam
9
Melihat Kehidupan di bawah Gunung
10
Para Perusuh
11
Xan Tiandi
12
Sejarah Kitab Naga Langit
13
Mengetahui kebenaran
14
Memulai perjalanan
15
Pekerjaan pertama
16
Hari pertama bekerja
17
Ayah yang terbaik
18
Keahlian Xeiyin
19
Perguruan Racun Kalajengking
20
Pembunuhan Pertama
21
Ginseng Hitam Langit Malam
22
Perasaan aneh
23
Perguruan Elang Perak
24
Tidak berdaya
25
menjadi kekasih bayaran
26
Kakek Pengemis
27
Cincin Langit
28
Keberuntungan yang tidak di sengaja
29
Partai Tiga Pedang
30
Menyerap khasiat Ginseng Hitam
31
Keluarga Chu
32
Empat Tubuh Kebal Bersaudara
33
Rahasia Tanda Lahir
34
Keluarga
35
Mengkhianati kepercayaan
36
Aura Kematian
37
Panglima Huan Gong
38
Chang Xu Tian
39
Tamu undangan
40
Menemukan titik terang
41
Berangkat ke Istana
42
Bertemu dengan sang Ayah
43
Han Li Guo
44
Sosok hitam
45
Keberuntungan yang tidak terduga
46
Bentrokan
47
Hanya satu kata
48
Merasakan efek Pedang
49
Membunuh dua Pendekar Jiwa Ahli
50
Harimau Panglima Perang
51
Dukungan orang kuat tambahan
52
Mempermalukan Keluarga Chu
53
Bertemu dengan Sang Permaisuri
54
Meninggalkan Istana
55
Membuat Pil pertama
56
Memulai latihan tertutup
57
Naik ke Kelas Pendekar Awal Jiwa Ahli
58
Pasien pertama
59
Pendekar bayaran
60
Para Iblis Tua
61
Pimpinan utama Tiga Pedang
62
Hutan Zudong
63
Di kejar oleh Dewa Kematian
64
Tidak memiliki perasaan
65
Seperti neraka
66
Musuh mulai bergerak
67
Pertempuran Besar 1
68
Pertempuran Besar 2
69
Pertempuran Besar 3
70
Pertempuran Besar 4
71
Pertempuran Besar 5
72
Pertempuran Besar 6
73
Roh Kaisar Naga Api
74
Meminjam tubuh
75
Rencana Huai Long
76
Kemenangan
77
Akhir dari pertempuran besar
78
Perbatasan Desa Lingwu
79
Hutan Qixing
80
Mengungkapkan identitas
81
Aliansi Pendekar
82
Situasi di Organisasi Tiga Pedang
83
Jalur Keberuntungan
84
Pertarungan perebutan Peta
85
Berhasil mendapatkan peta
86
Suku Manusia Batu
87
Bahasa Suku Manusia Batu
88
Kepala Suku Daoyu
89
Kesepakatan
90
Mempelajari Bahasa Dinasti Tang
91
Konflik Perang Saudara
92
Gagal melewati Jalur Keberuntungan
93
Suku Ular Tanah
94
Segel Bintang Hitam
95
Jurus Seni Pedang Naga bagian keempat
96
Kitab Ilmu Nafas Dewa Angin
97
Mempelajari Kitab Nafas Dewa Angin
98
Mengetahui identitas Qian
99
Menjadi Sekutu
100
Melanjutkan perjalanan
101
Kota Yiandong
102
Anggota Organisasi Bintang Benua
103
Wilayah tak berpenduduk
104
Tumbal Pertama
105
Kota Chaoli
106
Tumbal berikutnya
107
Pertarungan sengit dua lawan satu
108
Qian melawan Xuan He
109
Kepala Kaisar Agung
110
Perguruan Pulau Tua
111
Tiba di bekas Perguruan Naga Langit
112
Batu permata
113
Siluman Kalajengking Ye Shong
114
Pengawal pribadi dari bangsa Siluman
115
Perburuan di Hutan Qixing
116
Pertarungan dua Siluman Tua
117
Kisah awal mula Segel Api
118
Xa Wujin
119
Membentuk Pondasi pertama
120
Naik ke Kelas Pendekar Awal Jiwa Raja
121
Kulit Naga Muda
122
Dua buruan besar
123
Lima Raja Hutan Pelindung
124
Pertandingan antar Organisasi
125
Tubuh Naga Merah, Puncak Jiwa Kaisar.
126
Menyembunyikan kemampuan
127
Bukit Tangsang
128
Pendekar Jiwa Kaisar termuda
129
Kaisar Han
130
Lembah Setan dan Lembah Iblis
131
Bibit kejahatan berikutnya
132
Tabib Ajaib
133
Surganya Dunia
134
Pertarungan lima lawan empat
135
Hun Rong
136
Pertarungan para Pendekar Jiwa Pertapa
137
Kwe Lan
138
Pertarungan Dua Pertapa Tingkat Tinggi
139
Serangan terakhir
140
Kematian Kwe Lan
141
Lembaran Ranah Naga Bumi
142
Berhasil membentuk Pondasi Darah dengan sempurna
143
Bintang Benua dalam masalah besar
144
Tiga Pendekar Setan Tian
145
Strategi singkat
146
Menerobos pertahanan
147
Bantuan telah datang
148
Bantuan telah datang 2
149
Tiba di pertempuran
150
Membalikkan situasi
151
Pil Ajaib Perubahan Terkutuk
152
Tidak ada Kesempatan lagi
153
Kemenangan
154
Kondisi Dao Yin
155
Bulan Purnama Beku
156
Pangeran Pendekar Naga
157
Informasi baru
158
Rumah pelelangan keluarga Ziu
159
Cincin Bola Api
160
Sosok berjubah hitam
161
Xuan Hui
162
Rencana Qian dan Huai Long
163
Qian melawan Hai Kang
164
Kekuatan Cincin Bola Api
165
Melanjutkan perjalanan
166
Pertempuran sesama Aliran Hitam
167
Dewi Pemakan Darah Wen Xhiu
168
Membunuh tanpa menyentuh
169
Melihat ingatan masa lalu Xuan Hui
170
Menyerah
171
Penggabungan dua Aliran berlawanan
172
Keputusan Xuan Hui
173
Kembali ke Hutan Qixing
174
Tubuh Naga Emas
175
Naik ke Ranah Serigala Langit
176
Menjinakkan Kekuatan Naga
177
Kelebihan Pondasi Tubuh dan Tubuh Naga Emas
178
Pertemuan Tiga Aliran Berbeda
179
Sosok Kaisar Petir
180
Dunia Roh
181
Menaklukkan Sisi Gelap Jiwa
182
Pondasi Jiwa Kegelapan
183
Bertemu dengan Roh Sang Ibu
184
Kambali ke Bintang Benua
185
Chi Xin sang Pengendali Pikiran
186
Beradu segel sihir
187
Kelemahan Sihir Pengendali Pikiran
188
Sihir Terakhir
189
Pembakar Api Pemusnah
190
Membawakan hadiah besar
191
Pertemuan kembali dengan Qifei
192
Tiba di Kota Tengzho
193
Persiapan penyambutan
194
Pancaran aura agung
195
Pertemuan ayah dan anak
196
Kemampuan Qifei
197
Dewa Kematian yang sesungguhnya
198
Kemunculan anggota Pedang Darah
199
Pertarungan Qian dan Leng Tua
200
Segel Kurungan Tanah
201
Xao Zeng sang Naga Api Hitam
202
Rencana Pembalasan
203
Kunjungan ke Bulan Suci
204
Aksi Ye Shong
205
Hukuman
206
Xeiyin keluar dari pelatihan
207
Qifei mengamuk
208
Qiyue, Saudari kembar Qifei
209
Keterampilan Lava
210
Ketua Besar Wu Jin
211
Lava Angin Pemusnah
212
Busur Emas Suci
213
Memamerkan Kekuatan
214
Jurus Seribu Bayangan Pedang
215
Akhir bagi Partai Tiga Pedang
216
Memeriksa bagian dalam Markas
217
Harta paling berharga
218
Cemburu
219
Masalah Keluarga
220
Janji untuk menjemput Keluarga Qiao
221
Segera berangkat ke Kerajaan Qin.
222
Informasi tentang Keluarga Qiao
223
Tiba di rumah Keluarga Qiao
224
Zhiu Yu
225
Pembantaian seluruh Keluarga Zhiu
226
Rombongan pengungsi
227
Lepas tangan
228
Sayap Inti Elemen
229
Penyatuan Bola Energi kedua
230
Menerobos ke Ranah Awal Naga Langit
231
Kebimbangan
232
Kabar buruk
233
Kondisi Meng Lin
234
Berangkat ke wilayah Ming
235
Pencuri kecil Lang Hang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!