Struggle Of Lingga Sari

Be berapa menit kemudian kedua mata Ki Selo Marto berbinar binar dan bibir semakin tersenyum lebar saat sosok putih putih di dalam batu akik besar itu semakin terlihat nyata jika itu sosok seekor monyet putih besar dari bagian belakang tubuh nya..

Sosok monyet putih besar itu terlihat berada di dalam satu ruangan..

“Akhir nya aku bisa mencari keberadaan kamu dari batu akik besar milikku ini Monyet.. aku akan tangkap kamu lagi.. kali ini tidak akan aku lepaskan kamu.. “ gumam Ki Selo Marto sambil terus mengamati apa yang terlihat di dalam batu akik itu.

“Kok seperti nya dia berada di dalam kamar mewah ya.. di mana tempat itu rumah siapa ya..” gumam Ki Selo Marto sambil terus mengamati ruang itu.

“Tetap bisa aku lacak dari dalam batu akik ini.. aku telusuri dari pintu nya nanti bisa terlihat ruang ruang lain dan bisa terlihat rumah depan nya dan jalan nya..” gumam Ki Selo Marto lagi sambil terus mengamati apa yang terlihat di dalam batu akik itu. Ki Selo Marto mencoba memutar batu akik itu untuk melihat sosok monyet putih itu dari depan..

Sedangkan Agus masih terus mengipas ngipas anglo agar bara arang terus menyala dan menambah kemenyan agar aroma semakin pekat.

Ki Selo Marto tampak hati hati memutar batu akik itu agar tidak hilang penampakan yang sudah ada di dalam batu akik itu..

Akan tetapi tiba tiba jantung Ki Selo Marto berdetak lebih kencang. Kedua mata melotot saat melihat penampakan sosok monyet putih besar itu dari depan..

Dilihatnya wajah sangat menyeramkan Monyet putih besar itu menatap tajam ke arah Ki Selo Marto sambil meringis menakutkan..

Ki Selo Marto memundurkan kepalanya.. dan menjauhkan satu tangannya yang masih memegang batu akik besar itu.. dan satu tangannya memegang dadanya yang berdegup kencang.

“Ada apa Ki?” tanya Agus yang melihat gestur tubuh dan ekspresi wajah Ki Selo Marto.

“Kok wajah monyet itu beda ya.” Gumam Ki Selo Marto yang masih berdebar debar jantungnya..

“Coba dilihat lagi Ki..” ucap Agus sambil menoleh ke arah batu akik besar. Namun dalam penglihatan nya tampak hanya batu akik besar berwarna hitam pekat.

Ki Selo Marto pun dengan hati hati melihat batu akik sebesar telur ayam itu lagi, mengamati sosok monyet putih besar itu.

“Iya beda Gus.. tampak lebih besar dia..” ucap Ki Selo Marto.

Sesaat mata Ki Selo Marto melotot lebih besar saat melihat bagian bawah monyet putih besar ada bagian tubuh panjang menggantung seperti milik makluk laki laki pada umum nya..

Ki Selo Marto lalu cepat cepat mengusap usap batu akik itu untuk menutup ritual nya melihat penampakan di dalam batu akik itu..

“Gus.. sudah dulu matikan menyannya! Salah sasaran aku..” ucap Ki Selo Marto.

“Lah kok bisa Ki.. Ki Selo Marto masih kurang puasa dan syaratnya mungkin..” ucap Agus yang juga mendadak menghentikan mengipas ngipas anglo.

“Jin monyet putih laki laki yang terlihat.” Ucap Ki Selo Marto dengan nada dan ekspresi wajah kecewa..

“Waduh, kok bisa Ki.. “ucap Agus sambil menatap Ki Selo Marto tampak heran dan ikut kecewa..

“Nanti aku coba lagi..” ucap Ki Selo Marto lalu menaruh batu akik besar yang sudah tidak ada penampakan itu di mejanya di taruh pada peti kecil yang diberi kain putih.

Sementara itu di lain tempat di sebuah kamar nan sederhana.. kamar kost mahasiswa.. tampak sosok Windy kini sudah memakai baju anak anak pada umumnya.. setelan kaos dan celana anak laki laki..

Windy duduk di lantai, bibir nya manyun sambil menopang dagunya dengan kedua tangan mungilnya.. di depan nya banyak alat tulis berserakan..

“Kenapa sedih Wind? Apa yang sulit sini tanya Kakak Pung Pung..” ucap seorang pemuda tampan yang duduk di kursi belajarnya dengan lembut sambil menatap Windy..

“Aku sedih bukan karena masalah belajar menulis Kakak Pung Pung.. “ suara imut Windy sambil masih menopang dagu dengan kedua tangan mungil nya.

“Terus kenapa?” tanya pemuda tampan itu lalu bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati Windy, kini dia pun juga ikut duduk di lantai..

“Aku rindu Ayah dan Ibu ku Kakak Pung Pung...” suara imut Windy dan kedua mata nya mulai berkaca kaca..

Pemuda tampan itu lalu meraih tubuh mungil Windy dan dipangku nya..

“Kita akan cari Ibu, kalau tugas dan pekerjaan ku sudah selesai ..” ucap pemuda tampan itu sambil membelai rambut Windy yang halus dan harum mewangi..

“Kakak Pung Pung aku ingin melihat makam Ayah ku.. “ ucap Windy sambil menatap wajah Kakak Pung Pung nya.. kini kedua matanya sudah berkaca kaca..

“Aku tidak punya banyak uang untuk biaya pesawat Wind...” ucap pemuda tampan itu masih membelai rambut Windy dengan penuh kasih sayang..

“Kita ke sana dengan popok ku, Kakak Pung Pung..” ucap Windy lagi..

“Begitu rindu dan ingin banget kamu melihat makam Ayah kamu hmm? Kenapa kemarin waktu kita mengantar Mbak Anisa kamu tidak mengajak aku ke makam Ayah kamu..” ucap pemuda tampan itu lagi. Mereka berdua setelah bisa menyelamatkan Andien yang digondol Sang Ratu akan dijadikan pengantin, harus mengantar Anisa sebagai pengantin pengganti Andien, agar Sang Ratu tidak meneror. (Kisah lengkap Anisa di novel iklas menjadi tumbal(.

“Aku sudah melihat makam Ayah tanpa bilang bilang Kakak Pung Pung.. maaf...” suara imut Windy yang memang sudah menghilang ngacir menyelinap pergi menengok makam Ayah nya tanpa diketahui oleh Pungki nama pemuda tampan itu.

“Hmmm.. tapi lain kali bicara lah pada aku kalau kamu pergi pergi...” gumam Pungki sambil menatap wajah imut Windy yang masih tampak sedih.

“Maaf Kakak Pung Pung.. aku tidak mengajak Kakak Pung Pung, karena makam Ayah belum layak.. karena masih dalam persembunyian dari kejaran orang jahat.. sebelumnya sudah dibuatkan makam yang layak padahal nya...” suara imut Windy dan air mata kini mulai meleleh..

“Apa yang terjadi pada makam Ayah kamu Wind? Kenapa kamu tidak cerita?” ucap Pungki sambil menghapus air mata Windy yang sudah ada di kedua pipi halus nya.

Windy pun lalu bercerita tentang Mona yang ingin mengambil jasad ayahnya hingga tempat makam yang sudah dibeli oleh Mona.

“Maaf Kakak Pung Pung aku tidak cerita agar tidak merepotkan Kakak Pung Pung juga Kakak Mas Syahrul dan Pak Hasto.. sebab mereka juga ada masalah... “ suara imut Windy dan kedua mata nya berkedip kedip menatap wajah Kakak Pung Pung..

“Sekarang aku khawatir dengan makam Ayah ku Kakak Pung Pung.. aku ingin melihat nya.. aku takut Mona perempuan jahat itu melihat makam Ayah yang sudah aku sembunyikan dengan paman ku.. karena paman ku tidak setiap waktu di desa.. karena dia kerja di kota..” suara imut Windy lagi..

“Ya sudah kalau begitu ayo kita lihat makam Ayah kamu yang sudah kamu sembunyikan itu. Kita pakai popok pergi ke sana agar tidak bisa di lihat orang. “ ucap Pungki dengan nada serius sambil menatap wajah imut Windy..

“Iya Kakak Pung Pung, tapi Kakak Pung Pung pegang tangan aku karena Kakak Pung Pung belum pernah ke sana.. dan jangan di ejek makam Ayah ku ya Kakak Pung Pung...” suara imut Windy sambil menatap Pungki dengan wajah memelas nya.. karena belum memberikan makam yang layak buat Ayah dan Nenek nya karena masih dalam mode disembunyikan..