NovelToon NovelToon
Perjalanan Hidup Pahlawan Kota

Perjalanan Hidup Pahlawan Kota

Status: sedang berlangsung
Genre:Epik Petualangan / Light Novel
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Abdul Rizqi

karya ini murni imajinasi author jika ada kesamaan nama itu hal yang tidak di sengaja

Galang Bhaskara adalah anak yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri waktu masih bayi. Setelah Galang tepat berumur tujuh belas tahun, Galang bermimpi bertemu kakek tua bungkuk yang mengaku sebagai leluhurnya.

Bagaimana perjalanan Galang untuk menjadi pahlawan kota? Dan, akankah Galang menemukan keluarga kandungnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

amarah galang

Galang langsung mengecek cakaran di dinding. "Apa ini? Apa siluman yang waktu itu mengawasi gw terus?"

Mata Galang melihat ke sana-kemari, mencari petunjuk lain. Dia melihat tulisan jelek di tembok yang diukir dengan cakar.

"Jika kamu mau ibumu selamat, datanglah ke tengah hutan sendirian. Jika kau datang tidak sendiri, aku akan langsung membunuh ibumu."

Galang menggertakan giginya saat selesai membaca tulisan tersebut.

"Bajingan! Seharusnya kemarin aku membunuh siluman itu!"

Tanpa berlama-lama lagi, Galang langsung keluar rumah dan melesat dengan sangat cepat ke tengah hutan Demit. Banyak siluman yang memperhatikan Galang, tetapi dia tidak perduli.

Aura emas keluar dari tubuh Galang karena dia sangat marah, membuat cincin mustika biru tidak bisa membendung energi emas dari pusaka milik Galang.

Hanya dalam beberapa menit, Galang sampai di tengah hutan. Berbeda dari saat Galang baru pertama kali ke hutan ini, di mana waktu itu hanya semak-semak yang ada di sini. Saat ini, tidak ada semak-semak, hanya dataran dengan rumput kecil. Di tengah-tengah dataran ini ada batu altar, dan berbaringlah Ibu Sari di situ.

Galang langsung melesat ingin mengambil ibunya, tetapi sedetik setelah Galang hampir sampai, dia terpental karena auman yang tiba-tiba terdengar.

Dan munculah singa sebesar bukit dengan bola mata merah dan mahkota di kepalanya, menatap tajam ke arah Galang.

"Hahahahaha! Akhirnya hari yang ku tunggu-tunggu datang juga!" ucap siluman tersebut.

"Siapa kamu? Kenapa kau menculik ibuku?" tanya Galang, dia tidak takut sama sekali dengan singa tersebut.

"Aku adalah Singokolo, penguasa hutan Demit. Aku adalah siluman yang pernah membuat perjanjian dengan leluhurmu. Kau sudah membuat perjanjian apa? Kau akan mengingkarinya saat ini?"

"Hahaha! Aku sudah menunggu hari di mana tua bangka itu menyerahkan pusakanya padamu. Aku tidak bisa mengambil pusaka itu karena kekuatannya terlalu besar, tetapi aku akan membunuhmu sebagai balas dendamku pada tua bangka itu. Memangnya leluhurku punya salah apa padamu? Dia telah menewaskan sangat banyak pasukanku saat aku membuat keonaran di desa Mergosari.

itu juga karena salahmu, bodoh!

Brengsek!"

Pasukanku, keluarlah kalian! Kali ini kita balas dendam kita pada keturunan tua bangka itu!" ucap Singokolo.

Sedetik setelah mengatakan hal tersebut, ribuan siluman datang dari berbagai penjuru mengepung Galang.

"Jadi kalian memilih berhianat pada leluhurku?" tanya Galang.

"Hahaha! Tua bangka itu sudah lama mati. Lantas apa yang perlu ditakutkan? Apa kau sebagai penerusnya? Bahkan melindungi ibumu saja kau tidak bisa. Bagaimana kau bisa menjaga kedamaian, ledek Singokolo?"

Mendengar ucapan Singokolo yang mengejek bahwa dia tidak bisa melindungi ibunya membuat aura emas dalam tubuh Galang keluar dengan menyala-nyala.

Seketika, tubuh Galang diselimuti aura emas yang menyala dengan sangat terang. Tanpa basa-basi lagi, Galang melesat dengan sangat cepat bagai busur panah yang ditembakkan, membuat para siluman yang terkena tubuh Galang langsung lebur.

Galang langsung memukul mulut Singokolo dan membuatnya terhempas, serta membuat pohon-pohon bertumbangan.

"Akkhh!" rintih Singokolo.

"Sial, kekuatan macam apa ini?" ucap Singokolo sambil menahan sakit.

Para siluman yang melihat tuannya dipukul langsung melesat mencoba menyerang Galang. Galang melihat arah datangnya para ribuan siluman, dia tersenyum seperti iblis, dan mata yang menyala-nyala berwarna emas.

Galang langsung melesat ke para siluman, memukul satu persatu dari mereka, membuat para siluman langsung lebur. Tetapi siluman yang mencoba menyerang Galang tidak bisa menjangkaunya karena tekanan aura emas tersebut langsung membuat lebur para siluman.

"Kekuatan ini persis seperti kekuatan Tua Bangka itu, pantas saja dia terpilih menjadi penerusnya," gumam Singokolo.

Tiba-tiba Singokolo melesat hendak menerkam Galang dari belakang. Galang yang merasakan bahaya di belakangnya langsung berbalik dan melesat dengan sangat cepat. Seketika, terkaman Singokolo dan tinju Galang beradu. Singokolo kalah telak, tubuhnya terpental dengan sangat mengenaskan.

"Akkhh, bajingan!" teriak Singokolo. "Lebih baik melarikan diri sebelum bocah gila itu membunuhku," ucap Singokolo dalam hati. Dia mencoba untuk kabur, tetapi tiba-tiba Galang sudah sampai di belakang Singokolo.

Galang menarik ekor Singokolo dan membanting badan Singokolo ke tanah berkali-kali.

"Bang! Bang! Bang! Debu bertebaran di mana-mana. Para siluman yang melihat tuannya tidak berdaya memilih untuk kabur menyelamatkan diri.

"Ini akibat kau menculik ibuku!" teriak Galang.

"Bang! Bang! Bang! Galang terus membanting badan Singokolo yang sebesar bukit.

"Ampun, aku berjanji tidak akan melukai ibumu lagi!" ucap Singokolo dengan terbata-bata. Badannya terasa remuk saat dibanting oleh Galang bertubi-tubi.

"Ampun! Akhhh!" teriak Singokolo. "Aku berjanji akan menjadi pengikut setia mu, asal kau tidak membunuhku!"

Galang menghentikan aksinya dan melihat ke arah Singokolo yang penuh debu dan tidak berdaya, bahkan berdiri saja tidak bisa.

"Memangnya apa untungnya memiliki pengikut yang memiliki sifat penghianat seperti kamu?" tanya Galang.

"Aku bisa membantu tuan dan memberikan beberapa saran saat tuan melawan musuh yang kuat, karena bagaimanapun tuan adalah orang yang baru 17 tahun hidup, sedangkan hamba adalah siluman yang sudah ratusan tahun hidup. Hamba pasti bisa dan tahu ajian-ajian yang bakal musuh tuan hadapi suatu saat nanti," ucap Singokolo.

"Apa yang menjamin kau tidak berhianat lagi?" tanya Galang.

Tiba-tiba muncul kulit hewan di depan kepala Singokolo. Entah kulit hewan apa, Singokolo 

Memutahkan darahnya di kulit hewan tersebut, Singokolo berkata, "Hamba bisa membuat perjanjian darah. Jika hamba berhianat, hamba akan langsung mati."

Singokolo berucap demikian dengan kondisi yang sangat buruk.

"Benar juga katamu, aku pasti butuh saran darimu ketika melawan musuh yang kuat. Baiklah, aku mengampunimu. Sekarang, kau pulihkan kembali kondisimu," ucap Galang.

Aura emas yang menekan juga kembali stabil, dan hanya terlihat Galang tanpa aura apapun.

"Terima kasih, Tuan. Aku tidak akan berhianat lagi," ucap Singokolo.

Galang tidak memedulikan kondisi Singokolo, dan lebih memilih menghampiri ibunya. Dia menggendongnya pulang.

Galang menggendong ibunya sampai rumah dan langsung membaringkannya di kamarnya. "Ibu, ga papa, Bu?" tanya Galang.

"Ga papa, Ko Lang, tapi kepala Ibu sedikit pusing," jawab Bu Sari.

"Ya udah, Ibu istirahat aja dulu, biar nanti Galang yang nyari kayu bakar," kata Galang.

Bu Sari mengangguk dan dia pun tidur.

Galang mengganti pakaiannya dan pergi mencari kayu bakar di pinggir hutan Demit. Galang pun tiba kembali di pinggir hutan Demit. Saat Galang akan mengambil kayu bakar, tiba-tiba dia dikejutkan dengan kehadiran Singokolo yang keadaannya sudah lumayan membaik.

"Tuan, tidak perlu mencari kayu bakar, biar aku saja, Tuan," ucap Singokolo dengan badan sebesar bukit.

"Tidak perlu, biar aku mencari sendiri saja. Apa orang-orang biasa bisa melihatmu?" tanya Galang.

"Aku bisa menunjukkan wujudku kepada manusia. Aku juga bisa tidak menunjukkan wujudku pada manusia, Tuan. Aku akan melaksanakan seluruh perintah Tuan," jawab Singokolo.

"Baiklah, sekarang jangan tunjukkan wujudmu. Bisa berbahaya jika ada orang yang melihat wujudmu," kata Galang.

"Baik, Tuan. Aku juga sekarang akan mengikuti Tuan ke manapun Tuan pergi," ucap Singokolo yang sudah menghilangkan wujudnya.

Galang selesai mencari kayu bakar dan berniat untuk menjualnya di pasar. Galang mengikat kayu bakarnya di belakang motor dan langsung menjalankan motor. Tidak butuh waktu lama, Galang sudah sampai di pasar dan langsung menjual kayu bakarnya ke tempat biasa ibunya menjual.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!