Menjalani Takdir Pernikahan yang Begitu Rumit Untuk Sania..
" Katakan Apa Salah Ku Sehingga Kau Memberikan Aku Ujian Seberat Ini! " Sania Terduduk Pilu Saat Menyadari Takdir Pernikahan Nya Tidak Sesuai Dengan Semua Nya....
Mampukah Sania Bertahan Atau Ia Akan Memilih Pergi....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hal-26
( Keberadaan nya Tidak Di Anggap Ada... namum Setelah Kehilangan Baru Dapat Menyadari Nya )
Aditya Tahu Karina Tidak Nyenyak Tidur Namun Ia Engan Berpaling Menghadap ke Arah Karina.
Hingga Samapi Pagi Aditya Masih Tetap Diam Membisu.. " Adi Apa Kau Marah Pada ku? " ucap Karina, dirinya Berusah membantu Menyiapkan Semua Berkas Aditya Kedalam Tas kerjaanya Aditya.
" Menurut Mu? " Ucap Aditya Datar Ia Tidak Menatap Karina Sama sekali.
" Apa Salah Ku? kenapa Kau Bisa Marah Pada Ku? " Karina Menautkan Kedua Tangan Nya Heran
" Kau Tanya Apa Salah mu? Harusnya Kau Tahu Karina... Tidak Perlu Kau Mengundang ibumu Datang Kemari Jika Hanya Membuat Rusuh Saja. harusnya Kau Tahu Itu! " Hardik Aditya Tepat Di Depan wajah Karina.
" Aku Tidak Mengundang Nya Adi... Dia Datang Sendiri " Karina Gelagapan.
" Apa-pun itu Alasan Nya Kau Tetap Salah! " Aditya Keluar Membanting Pintu Kamarnya.
Bahkan Sampai Di Bawah Saja Semua Orang Menawari Dirinya Sarapan Aditya Engan Dan Langsung berangkat ke Kantor.
Karina Turun Sehabis Menangis, Bu Ratih Dan Kak Bella Berusaha Menenagkan, Bahkan Karina Sendiri Tidak Percaya Aditya Samapi Semarah Itu Pada Dirinya.
Karina Berangkat Ke Tempat Mengajar Nya, Namun Saat Sudah Berada Di Life Tiba-Tiba Saja Kepala Nya Teramat Pusing.
" Bu-karina Tidak Apa? " Tinpal Seorang Murid Yang Bersama Karina Di Dalam Life Karena Melihat Karina Sempoyongan.
" Tidak-Saya Hanya Sedikit Pusing " Karina Menguatkan Diri Nya Sambil Sesekali Memijat Kening nya
Namun Saat Pintu Life Terbuka Kesadaran Karina Hilang Dan Karina Langsung Jatuh Pingsan. Tentu Saja Murid Yang Bersama Karina Panik Ia Langsung Menolong Karina Dan Di Larikan Kerumah Sakit.
" Dok...tolong Dok " Ia Membawa Karina Ke Rumah Sakit Terdekat Kampus.
Dokter Langsung Menangani Karina, Wajah nya Nampak Sangat Pucat, Dokter Meminta Menghubungi Kelurga Pasien. Namun Nomer Ponsel Yang Terakhir Di Hubungi Adalah Nomer Aditya.
Akhirnya Dokter Meminta Perawat Menelfon Nomer Aditya dari Telfon Rumah Sakit.
" Siapa-Yang Menelpon Menggangu Saja! " Aditya Menarik Nafas Kesal Dan Perlahan Mengangkat Telfon. Namun Ternyata Pangilan dari Rumah Sakit, " Iya Baik-Saya Akan Segera Kesana " Ucap Aditya
Sesampainya Di Rumah Sakit Ternyata Sudah Ada Para Mahasiswa Yang Membesuk Karina Salah Satu Nya Adalah Salma Dan Juga Kasim.
Di Amben Karina Sudah Tersadar Ia Hanya Lemah Saja, Sakit Lambung Nya Kambuh Karena Terlalu Banyak Fikiran.
" Hah...Pak Aditya " Salma Dan Kasim Gelagapan kali Ini Mereka Yakin Tidak Salah Lihat Lagi.
" Itu Suami Saya " Karina melihat Ke Arah Aditya Memperkenalkan Aditya Kepada Semua Mahasiswa nya Dengan Suara Nya Yang Masih Lemah.
" Suami!!!..." Salma Dan Kasim Saling Tatap.
Aditya Tidak Ngeh Jika Ada Orang Desa Nya Sania Yang Menjadi Murid Nya Karina.
Setelah Aditya Datang Beberapa Mahasiswanya Langsung Keluar Salah satu Nya Salma Dan Juga Kasim, Mereka Berdua Keluar dengan Isi Kepala Yang Penuh Dengan Tanda Tanya?.
" Sim... Lalu Bagimana Dengan Nasib Sania? " Salma memikirkan Hal itu Saat Mereka Berada di Dalam Angkot.
" Aku Juga Bingung Mba, Tapi Kasian Juga Kalau Sania Benar-Benar Jadi Istri Keduanya Pak Aditya "
" Apa Kita Cari Alamat Sania Saja Sim? " Usul Salma.
" Kalu Udah Ketemu Mau Di Apakan Mba? Lagi Pula Kita Kan Juga Ngekos..."
" Yah Setidak nya Kita Bisa Bantu Dia Sim, Kamu Tahu Kan Sania tidak Punya Sodara Di Kota Ini " Salma Meyakinkan Sang Adik.
Akhirnya Akhir bulan Ini Kasim Dan Salma bertekad Akan Mencari Sania, Dan Alamat Rumah Pak Aditya.
.
.
" Paling Juga Di Jandakan Lagi, Sama Anak Dan Ibu Jadi Janda..." Timpal Bu Septi Saat Melihat Bu Lastri Dan Sania Pulang Dari Ladang
" Iya... Sudah Pasti Lihat Toh Suami Nya Mengembalikan Ia Pulang Ke Rumah ini." Bu Harti Ikut Campur, Karena Merasa jika Ada Bu Septi Pasti Sania Tidak Akan Berani Menjawabi.
" Mereka Masih Saja Menyenggol Kita Bu? " Sania Menatap Sang Ibu Yang Tanpak Wajah nya Sudah memerah.
" Tahan Nak! Jagan Emosi " Bu Lastri Menarik sang Anak Agar tidak Terpancing Suasana.
" Hey Perempuan Murahan Dimana Laki Mu? " Pekik Bu Septi Tak Berperasaan.
" Lihat ibu Dia Makin Kurang Ajar, ibu Tunggu Disini " sania Menyuruh Sang Ibu Tetap Diam Di Tempat.
Tanpa Takut Sania Mendatangi Bu Septi Dan Bu Harti Yang Sedang Menggosipi dirinya Di Depan Pos Ronda.
" Apa? Kau Bilang Apa Tadi? " Sania Mengangkat Arit Rumput Yang Ia Bawa Di Tangan Nya.
Bu Lastri Panas Digin Ia Tidak Percaya Sania Seberani Itu, Biasanya Sania Hanya Tersenyum Pasrah Saat Bu Septi Menindas Dirinya, Namun Kali ini Sania Terlihat Berani Dan Siap Menerkam Bak Singa yang Sedang Kelaparan.
" Apa Nya!!... Bukannya Ucapan Kami Benar Kau Wanita Murahan Mana Mungkin Suami Mu Betah Dengan Mu Sania! Apa Jagan-Jangan... Di Kota Juga Kau Menjual Diri " Bu Septi Mengejek Menatap Sania Sinis.
" Jagan Asal Bicara Yh bu Septi..." Sania Meeeningikan Suara Nya. ia Mengacungkan Arit Di Tangan Nya Siap Menebas Tangan Bu Septi.
Bu Septi Menjerit Ketakutan " Sini Kau Setan.... beraninya Kau Menghina Diri Ku? Padahal Selama ini Aku Tidak Pernah Menggangu Hidup Kalian!" Nafas Sania Memburu.
Bu Septi menepis Jarak, pertarungan Makin Sengit, Bu Harti Lari Kerumah Pak Kades, Sementara Bu Lastri Tertegun Lutut Nya Ngilu Ia Tidak Percaya Jika Sania Marah dan sangat Tidak Bisa Mengontrol Emosi Nya.
" Hay... Perempuan sialan Kau Mau Apakan Aku Pergi Lekas Sana..." Pekik Bu Septi ketakutan.
Sania Tidak Tingal Diam, ia Menarik Daster Dan Juga Rambut Bu Septi Sekuat Tenaga.
" Kau Pernah Melakukan Ini pada Ku Kan! " Mata Nya Membulat Seperti Orang Kerasukan.
Sementara Bu Harti Lari Kocar-kacir Memangil Dan Mengetuk Pintu Rumah Pak Kades " Pak-Kades Tolong Pak.... " Nafas bu Harti Berat Karena Ia Lari Beberapa Menit.
Pak Kades yang Kebetulan Baru Pulang Dari Kantor Kecamatan Ia Terkejut Mendengarkan Cerita Bu Harti " Apa Benar Yang Kau Katakan Bu? " Ucap Pak Kades Terkejut.
" Sungguh Pak... Ayo Cepat Jika Bapak Terlambat Yang Ada Nyawa Bu Septi Tidak Selamat " Bu Harti Memasang Raut Wajah Ketakutan.
Akhirnya Pak Kades Langsung Berlari ke TKP Ternyata Disana Sudah Ada Bu Hanifah Dan Bu Maya Serta Beberapa Tetangga yang Memisahkan Kegaduhan Itu.
" Sania Sudah Sania Sabar " Bu Hanifah Menarik Diri Sania, Ia Menyadarkan Sania Yang Terlihat Sangat Emosi
Sudah Di Pisah Namun Bu Septi Terlihat Tidak Mau Kalah, ia Kembali Menjambak Jilbab Sania Hinga Berantakan, " Dasar Murahan...Kau Hina Seperti ibu Mu!" Pekik Nya Tak Berperasaan.
Sania Naik Pitam Ia Tidak Terima Jika Sang ibu Juga Ikut Di Sebut-Sebut, Sania Kembali Mendorong Bu Septi Hinga Keduanya Jatuh Di Tanah. " Lebih Baik Dirimu Bercermin Sebelum Mencemooh Orang!" Sania Menggenggam Tanah Ia Usapkan Kedalam Wajah Bulat Bu Septi.
Bu Septi Menjerit Pedih Karena Mulut Dan Mata Nya Terkena Tanah.
Namun Tidak ada Raut Penyesalan Di Wajah Sania Ia Justru Tertawa Sumbang.
Hinga Tidak Berselang Lama Akhirnya Pak. kades Datang Dan Segera Memisahkan kedua Nya. " Bu Septi... Sania Sudah Cukup Hentikan " Pak Kades Mengrerai Kedua Nya.
Semua Orang Disana Langsung Terdiam, Sementara Pak Hamad Yang Masih Kotor Penuh Lumpur Langsung Menghampiri Sang Istri Yang Wajah Dan Penampilan Nya Sudah Acak Adul.
.
.
.
" Bersambung "
