Hidup di jalan sebenarnya bukanlah pilihannya , tapi nyatanya kekayaan tak membuatnya cukup nyaman . Dan inilah sebuah kisah tentang seorang pria bernama Bramatyo Yudo Sadewo , pria muda dengan segala ambisinya ! Yang tanpa dia tahu jika suatu saat seorang wanita biasa bisa membuatnya bertekuk lutut ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
Gista bisa bernafas dengan lega setelah selesai menata rumah barunya . Rumah sederhana berukuran tidak terlalu besar . Di halaman rumah terdapat beberapa pohon mangga yang membuat suasana sangat sejuk .
Tidak ada lantai marmer ataupun wallpaper seperti di rumah lamanya , walau begitu rumah peninggalan orang tua lnem itu sangat bersih dan rapi hingga membuat siapa pun betah untuk tinggal .
Untung saja Jarwo dan lnem membantunya untuk menyiapkan semuanya . Ada kompor gas yang sengaja disiapkan lnem agar Gista bisa memasak sendiri . Beberapa alat masak dan makan juga sudah disediakan .
Saking bersemangat membereskan tempat tinggal barunya sampai sampai Gista lupa belum membeli sembako dan bahan untuk memasak . Diambilnya dompet yang disimpannya di lemari plastik , ia menghela nafas ketika sudah menghitung isinya .
Isi dompetnya mungkin bisa bertahan hingga dua bulan kedepan jika ia sangat irit pengeluaran . ltu artinya ia harus segera mencari pekerjaan jika masih ingin melanjutkan hidupnya dengan mandiri . Tanpa bergantung seperti saat ia masih menjadi istri Gibran .
Karena perutnya sudah sangat lapar maka Gista memutuskan untuk keluar mencari makan . Mungkin satu mie instan dan satu telur cukup untuk mengganjal perutnya malam ini . Makanan yang sudah sangat lama tidak ia konsumsi karena Gibran cukup rewel jika mengenai makanan .
" Saudaranya lnem ya Mbak ?? Masya Allah kok cantik banget sih .... saya tetangga depan Mbak . lnem dan orang orang sini panggil saya Mak Sri , saya masih saudara jauh mendiang ibunya lnem "
Seorang wanita yang sepertinya jauh lebih dewasa darinya datang menghampirinya . Wanita bernama Sri itu punya gaya yang unik menurut Gista . Mengenakan daster lengan pendek warna mencolok , dua pergelangan tangannya dipenuhi oleh gelas emas lengkap dengan kalung dan antingnya yang berukuran besar dan dandanan sedikit berlebihan dengan warna lipstik merah menyala . Walau bertubuh gendut tapi Mak Sri cukup lincah berjalan ke arahnya .
" Assalamualaikum Mak Sri , saya Gista ! Baru siang tadi saya pindah ke rumah Mbak lnem "
" Lhohh Mbak Gista malam malam begini mau kemana ?? Tempat ini dekat sama terminal Mbak jadi jangan terlalu jauh jalan kaki sendirian . Bahaya Mbak !! "
" Bahaya kenapa Mak ?? "
" Ckk ... kalau di terminal kan banyak kucing kucing malam Mbak . Khawatirnya kalau jalan kesana sana Mbak Gista di sangka salah satu kucing itu "
Gista sedikit mengerutkan dahinya , dia belum mengerti kemana arah pembicaraan Mak Sri dan apa yang di maksud wanita itu dengan kucing malam .
" Kucing apa Mak ?? "
" Itu lho mbak ... kucing yang senengnya malam malam mangkal di jalan dekat terminal . Yang doyan sama laki laki hidung belang, "
" Oooooo ... kupu kupu malam maksudnya ya Mak "
Tanpa sadar Gista mengikuti langkah Mak Sri yang malah duduk di teras rumahnya sambil sesekali menganggukkan kepala ketika orang orang yang lewat didepan rumah menyapa mereka . Di lingkungan rumah ini sepertinya para penghuninya sangat ramah .
" Kalau kupu kupu itu cantik terus kalau kita kibaskan tangan mereka pergi Mbak ... yang ini sih kucing garong !! Maunya morotin dan kalau disuruh pergi nggak bakal mau ! "
" Mereka orang sini juga Mak ?? "
" Orang sini semua orang naik baik Mbak , mereka biasanya pendatang yang ngontrak di kampung sebelah . Cuma kampung kita sering kena imbasnya , orang orang pikir wanita wanita disini juga gampangan , sering open BO. "
Sebenarnya Gista suka berbicara dengan wanita di depannya tapi perutnya sudah telanjur berbunyi dari tadi .
" Aduuhh Mak Sri maaf lho , mau saya tinggal sebentar cari makan . Tadi lupa beli bahan makanan jadi dirumah tidak ada apa apa untuk di masak "
" Mau beli apa sih Mbak ?? "
" Mie instan sama telur , yang bisa cepet langsung makan Mak, " jawab Gista jujur .
" Sini Mbak saya antar ke warung , sekalian nanti kenalan sama orang orang sini "
" Makasih Mak "
Gista mengikuti langkah Mak Sri yang berjalan didepannya , tapi baru beberapa langkah Mak Sri berhenti di sebuah rumah yang tepat ada dibelakang rumah barunya . Walau ada di dalam gang tapi rumah sekaligus warung itu terlihat cukup lengkap .
" Ini warungnya Mbak , sesuai nama warungnya .... yang punya namanya Neni , janda anak satu dia Mbak " ujar Mak Sri masuk ke dalam warung dengan meneriakkan nama pemiliknya .
" Neni ... Neni !! lni lho ada yang beli , tetangga baru di gang depan "
Tak lama kemudian seorang wanita muda dengan rambut panjang berwarna pirang keluar . wanita bernama Neni itu sekilas melihatnya dengan tatapan yang sulit di artikan . Kemudian terlihat berbisik pada Mak Sri ,
" Halahhh model begitu dibilang cantik , cantik aku kemana mana Mak ! " bisik Neni yang tak terima jika kedudukannya sebagai kembang desa akan tergusur oleh orang baru . Walau jauh di dalam hatinya ia memang mengakui kecantikan tetangga barunya .
" Yo wesss sakarepmu Nen !! Yang penting Mbak Gista butuh telor sama Mi sekarang juga , kasihan tadi perut ya sampai bunyi gitu . Nanti tagihannya masukkan ke buku utangku " sahut Mak Sri pelan .
Wanita bernama Neni itu mengambil mi dan telur sesuai pesanan Mak Sri dan ia berikan pada Gista .
" Terimakasih , berapa Mbak ?! "
" Nggak usah Mbak , sudah di bayar sama saya . ltung itung sambutan selamat datang dari saya "
" Lhohh jangan Mak , masa saya malah jadi ngerepotin Mak Sri sih ! "
" Ora opo opo Mbak , yang namanya sesama ya tugasnya itu saling membantu . Udah cepetan di masak dulu keburu cacingnya pada nyanyi "
" Ya sudah terimakasih banyak lho Mak... Mbak Neni , kapan kapan main kerumah lagi ya "
" Beressss .. " sahut Mak Sri yang menarik tubuh Neni yang terus terusan melihat ke arah Gista . Mak Sri tahu jika Neni tidak begitu suka dengan kehadiran tetangga barunya .
Sementara itu Gista melangkah dengan tersenyum . Dia bersyukur karena di kelilingi orang orang baik seperti lnem , Jarwo , Mak Sri dan para tetangga barunya . Setidaknya ia merasa aman dan nyaman walaupun tinggal sendiri .