Perjalanan Hidup Pahlawan Kota

Perjalanan Hidup Pahlawan Kota

ANAK BUANGAN

Pada saat malam hari, hawa yang sangat dingin di dalam hutan Demit membuat Sari, seorang wanita paruh baya, merasa takut. Lolongan serigala terdengar begitu keras, membuatnya ingin cepat-cepat sampai ke rumah. Sari berlari sambil membawa kayu bakar di punggungnya.

"Hah, cape sekali," gumam Sari.

Ketika dia berjalan untuk keluar hutan, Sari melihat siluet bayang manusia berhenti di pinggir hutan. Nampak pria paruh baya dengan muka brewok dan kumis yang tebal berdiri sambil menggendong bayi.Sari terkejut melihat bayi yang digendong tersebut.

"Astaga, apa yang dia lakukan tengah malam begini? Membawa bayi ke hutan? Apa dia mau membuangnya?" gumam Sari.

Eh, tunggu, kok postur tubuh pria itu kayaknya tidak asing?

Tepat seperti dugaan Sari, pria paruh baya tersebut meletakan bayi tersebut di semak-semak.

"Akhirnya aku bisa mengambilmu dari ibumu, anak sialan," gumam pria paruh baya tersebut.

Tanpa berlama-lama lagi, pria tersebut berlari dengan sangat cepat. Sari begitu terkejut ketika melihat pria tersebut melesat, karena Sari melihat hanya bayangan hitam saja.

"Benar-benar tidak masuk akal, apa dia manusia atau siluman?" gumam Sari.

Sari melihat ke pinggiran hutan lagi, terlihat sangat sepi dan sudah tidak ada pria paruh baya tersebut. Sari langsung menghampiri bayi yang dibuang oleh pria tersebut.

Sari sangat senang ketika dia melihat bayi tersebut, karena dia hidup sebatang kara, ditinggal oleh suaminya, dan tidak memiliki anak.

Sari langsung membuang kayu bakar yang sudah dia dapatkan susah payah dan langsung menggendong anak tersebut.

"Kamu imut sekali, nak," gumam Sari sambil mencubit pipi bayi tersebut yang masih tertidur pulas.

Sari berjalan dengan santai menuju rumahnya yang berada di desa dekat hutan Demit tersebut. Sari sangat senang, dia terus saja memandangi bayi sambil memandangi arah jalan dia pulang.

Sambil berjalan, Sari berpikir untuk memberikan bayi ini dengan nama apa.

"Galang Bhaskara," ucap Sari lirih.

"Nak, sekarang nama kamu Galang Bhaskara," ucap Sari sambil tersenyum ke arah bayi tersebut.

"Ibu akan ngelindungi kamu, nak, apapun yang terjadi, walaupun nyawa ibu taruhanya," gumam Sari dalam hati.

Tanpa terasa, Sari sudah sampai di rumahnya yang berada di desa Mergosari. Sari langsung menaruh Galang di kamarnya dan langsung mengganti pakainya yang sudah sangat kotor akibat berlari-lari di hutan. Namun, itu tidak masalah bagi Sari, karena dia menemukan harta yang paling berharga dari segalanya.

Sari berbaring sambil memandang wajah Galang yang sangat menggemasakan, dan tanpa terasa, dia ikut terlelap.

Di sisi lain, pria brewok dan berkumis tebal tersebut sekarang sedang berada di dalam mobil bersama dengan seorang pria muda yang sangat tampan.

"Apa kamu sudah membuang anak itu, Gung?" tanya pria tersebut.

"Iya, saya sudah membuang anak itu. Mungkin dia sekarang sudah menjadi makanan serigala. Hahahah," ucap pria tersebut sambil tertawa, yang diketahui namanya Agung.

Pria tampan tersebut hanya membalasnya dengan senyuman tipis.

"Lex, apa tidak berbahaya jika sampai Nyonya Ratna tahu bahwa anaknya dibuang oleh kita?" tanya Agung.

"Tentu saja tidak. Kita membuang anak itu juga perintah langsung dari Tuan Patra. Dia malu sudah menghamili wanita yang bukan istrinya," jawab Alex.

"Dan mana mungkin Ratna tahu bahwa kita yang mengambil anaknya Dia, aku sudah merusak CCTV dan bahkan aku menggunakan ajian seribu wajah," lanjut Alex.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu, Gung? Apa kamu takut dengan Ratna?" tanya Alex.

"Aku tidak takut dengan Nyonya Ratna, aku takut jika Tuan Patra marah karena kita sudah melukai Nyonya Ratna," jawab Agung.

"Tuan Patra tidak akan marah. Kita hanya melukainya, tidak membunuhnya," jawab Alex.

"Apa kamu sudah punya pacar, Lex?" tanya Agung, mengubah topik pembicaraan.

"Aku sudah punya istri," jawab Alex singkat.

Agung sangat terkejut karena Alex masih sangat muda, tetapi dia sudah punya istri, dan Agung tidak tahu karena Alex adalah anggota baru dari organisasi Gen Petir. Organisasi tersebut terdiri dari 9 anggota dan 1 ketua. Awalnya hanya 8 anggota, tetapi Ketua Gen Petir menemukan pemuda yang sangat berbakat, yaitu Alex.

Melihat ekspresi Agung yang terkejut, Alex langsung mengeluarkan handphone-nya dan menunjukkan wallpaper handphone-nya. Di situ terlihat Alex dan wanita yang sangat cantik serta satu anak perempuan kecil.

"Bagaimana denganmu?" tanya Alex sambil menyetir mobilnya.

"Waktu muda, aku pernah memiliki seorang istri. Aku meninggalkan istriku setelah mengetahui bahwa dia mandul," jawab Agung.

Aku juga tadi menghampiri rumah istri yang ada di desa mergosari tapi rumahnya sangat sepi mungkin dia sudah pindah atau sudah punya pengganti aku ucap agung dengan ekspresi sedih sebenarnya agung masih mencintai istrinya tetapi karena suatu hal bukan cuma karena mandul agung meninggalkanya.

Alex tidak bertanya lagi, dia hanya fokus menyetir.

Setelah perjalanan menggunakan mobil Alex selama hampir 2 jam, akhirnya mereka berdua sampai di pinggiran hutan. Nama hutan tersebut adalah Hutan Larangan, yang berada di sebelah timur Ibu Kota Humarsa. Tidak ada orang biasa yang berani masuk ke hutan tersebut karena yang memasuki hutan tersebut akan tersesat dan tidak akan bisa kembali.

Tanpa berlama-lama lagi, kedua orang tersebut langsung memasuki hutan larang tersebut dan meninggalkan mobil Alex di pinggiran hutan. Mereka berlari dengan sangat cepat memasuki hutan tersebut tanpa tersesat karena mereka berdua bukan orang biasa.

Akhirnya mereka berdua sampai di tengah hutan. Di tengah hutan tersebut ada rumah besar yang memiliki aura yang sangat tidak bersahabat. Tetapi kedua orang tersebut biasa-biasa saja. Mereka langsung memasuki rumah tersebut dan disambut oleh beberapa pelayan.

"Selamat datang, Tuan Agung. Selamat datang, Tuan Alex," ucap para pelayan, dan hanya dibalas anggukan oleh mereka berdua.

Para pelayan tersebut adalah orang-orang yang tersesat ketika memasuki Hutan Larangan.

Ketika mereka berdua sampai di depan pintu, tiba-tiba muncul asap hitam dan berubah menjadi seorang nenek yang memegang tongkat dan memiliki aura hitam yang sangat pekat.

"Apa kalian sudah membuang anak itu?" tanya nenek tersebut.

"Iya, sudah," jawab Agung.

"Bagaimana cara kalian mengambil anak itu dari Nyonya Ratna?" tanya nenek tersebut.

"Aku hanya melumpuhkan para penjaga dan sedikit melukai Ratna," jawab Alex dengan ekspresi dingin.

"Bagus, anak muda. Kamu memang sangat berbakat. Tidak salah Tuan Patra merekrutmu menjadi bagian dari kami," ujar nenek tersebut.

"Jangan halangi pintu, Nenek Rumi. Kami berdua ingin melapor ke Tuan Patra," ujar Agung.

"Iya, silakan," jawab Nenek Rumi, salah satu anggota Gen Petir yang memiliki aura hitam yang sangat pekat.

"Oh, iya, aku lupa tuan patra tidak ada di sini dia di rumahnya ratna

Setelah mengetahui tidak ada tuannya, kedua orang tersebut berbalik pergi dan pulang ke rumahnya masing-masing.

"Kalau begitu, kami pamit dulu, Nek," ucap Agung.

"Iya, hati-hati," jawab Nenek Rumi.

DI SISI LAIN

Yaitu di rumah Ratna, dia mengamuk dan menghancurkan semua barang-barangnya. Para penjaga dan pelayannya sangat ketakutan melihat majikannya marah. Bahkan beberapa pengawalnya ada yang dibunuh.

"Bajingan mana yang mengambil anakku?" teriak Ratna dengan ekspresi frustasi.

Tiba-tiba pintu utama terbuka dan menampakan pria tua. Walaupun pria paruh baya  Dia adalah Tuan Patra, ketua Gen Petir dan ayah Galang.

Tuan Patra melihat ke arah pacarnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Dia melihat Ratna yang rambutnya acak-acakan dan tangan kanannya gosong akibat bertarung melawan penculik.

"Mas, anak kita diculik!" ucap Ratna sambil meneteskan air mata.

Tuan Patra berpura-pura memasang ekspresi sedih, padahal dia yang menyuruh Alex dan Agung untuk mengambil anaknya karena dia malu sudah menghamili wanita yang bukan istrinya dan dia tidak ingin punya anak.

"Bajingan mana yang mengambil anak kita? Aku berjanji akan menghabisinya dan membawa kembali anak kita!" ucap Tuan Patra yang berpura-pura sedih.

"Tanganmu kenapa gosong?" tanya Tuan Patra.

"Tadi aku bertarung melawan anak muda. Dia benar-benar sangat kuat. Dia bahkan melumpuhkan para penjaga hanya dengan satu hentakan kaki," jawab Ratna sambil menangis.

"Kamu tenang saja pasti aku bakalan bantu buat nyari anak kita bagaimanapun dia juga anaku.

"Harus kamu harus mencari anak kita dan bunuh pemuda itu aku ga mau tau gi mana caranya yang penting anak kita bisa kembali" ucap ratna dengan mata sembab

"Iya kamu tenang saja" ucap tuan patra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!