BENIH TARUHAN

Setelah perdebatan panjang antara empat orang dewasa itu,kini Leka memutuskan untuk kembali ke kamar anak-anak nya.

Leka menghampiri kedua bocah itu yang memang masih satu ranjang buat berdua.Leka sudah merancang sebuah kamar untuk kedua anaknya.Namun,memang baru besok bisa mulai di kerjakan.

Leka memandang wajah kedua buah hatinya.Rasa bersalah karena nasib mereka yang tak seberuntung anak-anak lain yang mempunyai orang tua lengkap.

Bayangan dimana Nico sedang berpelukan dengan wanita **** di ruangannya menimbulkan spekulasi bahwa Nico tak serius dengan niatnya untuk bertanggung jawab atas kedua buah hatinya.

Dalam tidur Aura pun masih sempat menangis.Hati dia pasti terluka.Walaupun dia belum mengerti benar apa yang di perdebatkan dan di bahas atau kata-kata yang di layangkan Karina padanya tapi,nalurinya pasti sedih.

Leka menyeka air matanya yang tak bisa dia tahan.

"Bun," panggil Elang lirih menatap sendu bunda nya.

Mendengar suara putranya yang memanggil nya tentu Leka sebisa mungkin bersikap biasa seperti tak pernah ada apa-apa.

"Boy,kok bangun lagi.." ucap Leka mengelus rambut putranya.

"Bunda,"panggil Elang lagi seperti memastikan bundanya baik-baik saja.

"Kenapa sayang,ada yang Abang ingin kan?" tanya Leka dengan suara lembutnya.

"No ,Bunda..are you okey?" tanya Elang sembari beringsut merapatkan tubuhnya pada sang bunda.

"Bunda baik sayang." jawab Leka tersenyum tipis.

"Abang ingin seperti dulu,hidup dengan baik.Nggak ada yang marah-marah kecuali bunda yang marahin kita kalau lagi salah." ungkap Elang memeluk tubuh Leka erat.

Leka tersenyum dan mengelus punggung sang putra.Dia paham dengan keadaan sekarang, seperti nya anaknya belum terbiasa.Apalagi beberapa orang yang berani membentak mereka.Padahal seingat mereka bunda nya saja tidak seperti itu.

"Maafin bunda ya nak.."ucap Leka tiba-tiba menatap wajah putranya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Bunda mau nangis,menangis saja bun..Abang nggak mau lihat bunda selalu merasa kuat.Abang tahu bunda nggak sekuat yang kita lihat."

Ucapan dewasa seorang anak yang berusia lima tahun membuat Leka akhirnya tak tahan menahan air matanya dan akhirnya tumpah juga.

"Maafin bunda,maafin bunda yang belum bisa jadi bunda yang baik.Selalu nyusahin Abang buat jagain adek.Buat Abang nggak bisa manja-manja seperti anak lain.Maafin bunda sayang ..tapi,bunda mohon jangan tinggalin bunda sayang..bunda nggak sanggup kehilangan kalian."

Leka memeluk tubuh Elang dengan erat, Seperti mengisyaratkan jika dia tak mau kehilangan anaknya.

"Elang nggak akan pernah ninggalin bunda.Elang janji,Elang sama adek selalu ada buat bunda, I Love you so much bunda ."ucap Elang membuat hati Leka menghangat.

"I love you more.Tapi, Daddy ..."

"Kenapa dengan Daddy,bukannya Daddy sudah kembali sama kita.Kenapa bunda masih suka nangis sendiri.Apa Daddy sakiti bunda lagi.Abang sama adek ingin bunda dan Daddy baik-baik saja biar kita bisa tinggal sama-sama." ungkap Elang membuat hati Leka terasa tercubit dengan harapan anak-anak nya.

"Bunda,bunda nggak tahu apa kita bisa terus sama-sama dengan daddy.Bunda cuma takut.."

"Takut?" tanya Elang dan diangguki Leka.

"Ada Elang yang siap belain bunda,apapun yang terjadi Daddy nggak boleh ninggalin kita lagi.Aku nggak mau adek selalu nangis kalau di kata-katain nggak punya Daddy dan selalu di bilang anak har*m.." ungkap Elang yang kini menangis dalam pelukan Leka.

Leka tak menyangka jika kedua anaknya menyimpan kesedihan yang tak kalah sedih dari dirinya.Apalagi sosok ayah yang mereka rindukan selama ini mulai menerima mereka.

Leka dan Elang masih saling berpelukan dan Elang pun masih menangis sesegukan.

"Bunda ,,"panggil putri kecil yang sedari tadi terpejam rapat di atas tempat tidur.

Leka dan Elang menatap wajah sendu Aura dan matanya terlihat sembab karena tadi sempat menangis lama.

"Heiii...kok bangun, keganggu sama bunda yaa..," ucap Leka merentangkan tangannya dan memeluk kedua anak kembarnya itu.

"Kita akan sama-sama terus kan Bun?" tanya Elang mulai mereda tangisnya

"Pasti !" ucap Leka mantap.

"Aura mau bobo sama bunda boleh?" tanya Aura dengan wajah yang terlihat memohon.

"Iyaaa..." jawab Leka tersenyum pada putrinya.

"Abang juga Bun, boleh kan?" tanya Elang lagi.

"Dengan senang hati bunda bobo sama kalian,ayo kita bobo..besok katanya opa mau ajak kalian jalan-jalan." ucap Leka dan langsung berbaring di antara dua buah hatinya.Untung tempat tidur yang cukup lebar bisa menampung ketiganya.

.

.

Di tempat lain Nico menuju rumah orang tuanya. Karena setelah tahu Leka pergi dan orang suruhan nya mengatakan jika Leka sudah ada di Jakarta,Nico mengatakan pada Ricard untuk kembali ke Indonesia dengan cepat.Beruntung pekerjaan di sana sudah selesai.

Sampai di rumah orangtuanya,Nico langsung masuk dan kebetulan mama Nico Marina yang baru saja keluar kamarnya.

"Nic,kamu sudah sampai?" tanya Marina melihat putra nya baru masuk dalam rumah.

"Assalamualaikum ma,iya Nico baru sampai langsung kesini." jawab Nico.

"Wa'alaikumsalam.."jawab Marina.

"Papa mana mah,ada yang ingin Nico bicarakan pada mama juga papa." ucap Nico dengan nada serius.

"Ada apa ,serius gitu.Apa kamu sudah punya pacar.Mau mama lamarkan ,iyaaa..apa jangan-jangan..gadis bernama Vallen itu yang akan menjadi menantu mama?" tanya Marina beruntun.

"Vallen,mama tahu Vallen dari mana.Nico nggak ada hubungan apapun dengan Vallen mah,dia hanya wanita penggoda yang sudah berkali-kali bercocok tanam dengan banyak orang.Mama mau punya mantu begitu ,dari pada Nico menikah sama dia .. mendingan Nico nikah sama janda anak dua." ungkap Nico sekenanya.

"Astaghfirullahal'adzim..Nico,mulutmu itu...!!" ucap Marina ingin mengumpat habis anaknya itu.

Tak lama Gilang papa Nico pun bergabung dengan anak dan iatrinya duduk di ruang keluarga.Setelah mendengar jika Nico ingin membicarakan hal penting Gilang pun akhirnya bergabung bersama mereka.

"Ada hal penting apa yang akan kamu sampaikan Nic, seperti nya kamu tegang sekali..," ucap Gilang meledek putranya.

"Papa !!" pekik Marina pada sang suami yang meledek putranya itu.

"Oke,bicaralah Nico..papa sama mama akan dengarkan." ucap Gilang akhirnya dan beralih pada sang putra.

Nico mengambil nafas panjang dan menatap wajah kedua orang tuanya.

"Pa,ma,maafin Nico.. mungkin apa yang Nico sampaikan nanti buat kalian kecewa bahkan mungkin membenci sifat Nico yang menjadi orang pengecu*" ucap Nico.

"Nico,cepat katakan apa yang sebenarnya buat kamu begini !!" ucap Marina tak sabar.

"Sebenarnya Nico mempunyai anak." ucap Nico.

Kedua orang tua Nico membelalakkan matanya mendengar ucapan putranya yang singkat dan serasa ambigu bagi mereka

Bersambung