Hanya karna Elis mencintai suaminya, wanita 28 tahun itu membiarkan Arjuna suaminya untuk menikah lagi.
Bukan, bukan karna Elis merupakan wanita shaliha melainkan Elis tengah menghabiskan sisa cintanya terhadap sang suami.
Elis akan membiarkan hatinya terus tersakiti hingga cinta yang ia miliki tak bersisa.
Tidak ada kesalahan yang ia lakukan. Hanya saja tuntutan keluarga Arjuna yang menginginkan seorang putra. Sedangkan Elis sampai saat ini hanya bisa memberikan tiga putri saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak berani untuk sekedar mengajak
"Apa maksudmu dengan mengatakan aku mantan suaminya?" Arjuna begitu tak suka saat ada seseorang mengatakan jika ia mantan suami dari Elis.
"Lalu kau siapanya?" Pria bernama Hakim itu terlihat kepo terhadap status pria yang kini di hadapannya. Ia yakin jika pria yang berada di hadapannya bukan orang sembarangan.
"Aku ayah dari Rose, Jasmine juga Valery."
"Ternyata benar tebakanku jika kau mantan suami Elis."
"Sopan sekali kau menyebut orang tua muridmu dengan nama saja. Dan lagi aku masih suami sah dari wanita bernama Elisa Putri yang tak lain ibu dari muridmu." Arjuna berkata jujur hanya saja pria bernama Hakim itu terlihat tak mempercayainya.
"Hahaha ... Tuan. Bualanmu tidak mengandung humor sama sekali." Hakim tertawa ringan, ia cukup lama mengenal pribadi Elis, bahkan ia mengagumi Elis selama ini. Sosoknya yang penyayang juga bertanggung jawab membuat hati pemuda berusia 27 tahun itu tertawan oleh janda 3 anak itu.
Hakim bahkan pernah meminta langsung kepada ibunya yang juga pemilik kontrakan yang di tempati Elis untuk melamarkan Elis, untuk ia jadikan sebagai istri. Namun restu sang ibu belum Hakim kantongi. Dengan alasan masih banyak gadis di luar sana, jadi tidak mesti menikahi seorang janda tiga anakkan?
"Elis memang benar benar masih istriku. Apa aku perlu bersumpah untuk membuktikannya?"
"Cih, suami! Suami macam apa yang membiarkan istrinya terlunta-lunta selama bertahun tahun." Sarkas Hakim. Bukan hanya ia seorang guru di sekolah Rose dan Jasmine, Hakim juga memiliki toko Elektronik di dekat sana. Kipas yang hanya satu satunya milik Elis juga pemberian darinya juga rice cooker yang selama ini memasak nasi juga pemberian Hakim.
"Jaga lidahmu! Jika tak ingin ku potong." Arjuna cukup tersinggung dengan pernyataan guru dari putrinya. Sehingga dengan cepat menyuruh Hakim pergi, karna ia sudah membayar barang barang yang ia pesan.
"Elis aku permisi dulu. Ada banyak hal yang harus ku urus." Hakim pamit dari sana. Ia cukup ngeri dengan ancaman pria yang mengaku suami dari Elis itu.
"Iya, pak Hakim hati-hati. Terimakasih." Elis menunduk sopan.
Ini juga yang menjadi daya tarik para pria untuk mendapatkan Elis. Wanita yang mereka ketahui seorang janda itu, selalu bertindak sopan. Image tentang janda penggoda dan janda pirang tidak melekat di diri Elis. Elis selalu tampil apa adanya, dengan rambut hitam lurus miliknya.
"Rose, Mine. Bapak permisi." Hakim pamit kepada muridnya. Rose dan Jasmine hanya mengangguk pelan mereka terlalu senang karna mempunyai televisi baru.
"Elis aku ingin berbicara denganmu!" Arjuna mengajak Elis untuk ke dapur, sebelum pergi Arjuna memberi ijin agar dua orang pekerja dari Hakim untuk memasang pendingin ruangan di kamar serta ruang tamu milik istri dan putri-putrinya.
"Apa yang kau katakan kepada pemuda itu sehingga ia mengatakan jika kau seorang janda?" Dari nadanya Arjuna sangat tidak menyukai jika ada seseorang yang mengatakan jika Elis seorang janda.
"Aku tidak mengatakan apapun. Dan seperti yang tadi Pak Hakim katakan mana mungkin seorang suami membiarkan istrinya terlunta-lunta. Itu sebabnya Pak Hakim menganggap demikian, bukan hanya dia saja karna semua tetangga di sini juga terkejut saat kau mengaku suamiku. Pasalnya orang-orang sini taunya aku janda dengan tiga orang anak."
"Lalu kau tidak menepis kabar itu? Kau hanya diam seakan-akan aku sudah bersalah dan menelantarkan kau dan anak-anak? Kau yang lari dari dariku membawa meraka Elis! Tapi aku malah menjadi tersangka utama dalam penderitaan kalian." Lagi dan lagi Arjuna merasa di tak berguna menjadi seaorang pria.
"Lalu salahku karna aku terlalu sakit hati karna perlakuanmu? Salahku juga karna kau menikahi wanita itu? Seandainya saja kau bisa mempertahan murninya pernikahan kita. Aku tak akan menoleh ke arah lain apa lagi membawa mereka lari Arjuna. Semua karna bentuk kekecewaanku terhadapmu."
"Aku tau aku salah Elis. Aku minta maaf!" Tak terhitung lagi berapa kata maaf yang tercetus di mulut Arjuna.
"Sebenarnya ini bukan tentang maafmu Arjuna. Aku menyadari banyaknya kekurangnku di bandingkan wanita itu. Dia sangat cantik juga dari keluarga terpandang. Sedangkan aku?" Elis menunjuk dirinya sendiri. "Aku hanya anak adopsi." seandainya saja Elis tau jika Arjuna juga anak pungut dari mertuanya. "Pendidikannya juga tinggi, kariernya juga bagus sebagai dokter kandungan. Sedangkan aku. Aku hanya ibu rumah tangga yang hanya tamatan sltp saja." Elis mengeluarkan unek-unek yang selama ini ia telan sendiri.
"Cukup El! Seandainya saja kau tau Elis, aku nyaris merangkak untuk bisa mengetahui keberadaan kalian. Banyak hal yang ku korbankan untuk kalian, sayangnya mata dan hatimu sudah tertutup oleh kebencian sehingga kau tak dapat melihat perjuanganku. Tak apa, mungkin Tuhan masih ingin mendengarkan raunganku yang menghiba dan meminta makhluknya." Arjuna pergi meninggalkan Elis, ia lelah menjelaskan semuanya sedangkan Elis tak pernah ingin mendengarkannya. Lebih baik ia bersiap untuk mengajak ketiga putrinya untuk jalan-jalan.
Semua tukang pemasang alat Elektronik sudah pergi, Arjuna sudah bersiap dengan ketiga putrinya.
Ia tak berani untuk sekedar mengajak Elis, wanita itu terlihat masih marah padanya hanya karna perdebatan mereka tentang status Elis.
Arjuna yang tak ingin kembali berdebatpun hanya diam saja, ia tak ingin memancing amarah Elis lagi. Elis sudah dewasa jika ia ingin ikut pasti Elis akan bilang. Elis bukan lagi anak kecil yang harus di ajak-ajak. Pikir Arjuna.
Pemikiran Arjuna itu yang membuat Elis kembali berpikir pendek, dengan sederhana Elis menyimpulkan jika Arjuna memang tidak ingin mengajaknya.
"Rose, Mine, Vale kita jalan kaki dulu sampai depan ya. Mobil Papa berada di sana."
"Pa, Mama tak ikut?" Rose bertanya karna Mamanya hanya diam saja dan tidak ganti baju.
"Ini hari libur, mungkin Mama ingin istrirahat." pungkas Arjuna. Ia tak mengatakan jika Elis masih marah terhadapnya. Sejak dulu Arjuna memang menghindari permasalahan ia dan istrinya di ketahui anak-anaknya.
Elis beranjak, dengan menghentak-hentakan kakinya. Luar biasa ia sangat kesal kepada Arjuna yang tidak turut mengajaknya.
"Dia tidak mengajakku. Lalu bagai mana bisa aku ikut?" Elis ngedumel sembari terus melangkahkan kakinya menuju dapur. Elis juga amat gengsi jika menawarkan diri akan ikut. Sehingga ia terpaksa harus tetap tinggal di rumah.
Dalam hatinya Elis juga kesal mengapa ketiga putrinya tidak mengajak atau membujuknya? Benar benar menyebalkan.
Arjuna dan anak anaknya kini sudah pamit, Elis dapat melihat ke empatnya menjauhi rumah sederhana mereka. Sebebarnya ini belum terlambat! Jika saja Elis dapat merendahkan sedikit egonya, namun ia tidak melakukan hal itu, sehingga ia dapat melihatArjuna dan ketiga putrinya menghilang di telan gang.
Elispun memasuki rumah dengan amat kesal, ia menatap benerapa barang elektronik yang di belikan Arjuna. Kemudian ia mengganti baju serta mengambil kunci motornya. Dirinya juga butuh kuality time untuk menghilangkan penat di kepalanya.
Elis menghubungi Ita untuk pergi ke suatu tempat, yang mungkin bisa menghilangkan rasa dongkolnya terhadap Arjuna dan ketiga putrinya.
Penghiburan macam apa yang Elis butuhkan sebenarnya?. Sumpah demi apapun Elis kesal terhadap Arjuna yang tidak mengajaknya jalan jalan.