NovelToon NovelToon
My Ex Husband, story's Daniel dan Denisa

My Ex Husband, story's Daniel dan Denisa

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Isma Wati

Squel Flight Attendant.


Denisa, dokter berusia dua puluh lima tahun itu telah menjadi janda diusianya yang bahkan belum genap dua puluh tahun akibat obsesinya pada laki-laki yang sangat mencintai kakaknya. Susah payah pergi jauh dan berusaha move on, Denisa dipertemukan lagi dengan mantan suaminya yang sangat ia hindari setelah lima tahun berpisah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isma Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mendatangi Rumahnya

Saat mengetahui mobil Denisa rusak, Ricko yang membawa mobil Denisa ke bengkel milik temannya.

"Buat mobil ini serusak mungkinlah, kalo bisa sampai nggak bisa hidup lagi juga nggak papa."

"Aneh, baru nih ada orang datang ke bengkel minta mobilnya dibikin rusak, dasar dokter peak," Arsyad teman Ricko geleng kepala.

"Dari pada aku bawa keruang operasi jantung, akan lebih peak lagi," sahut Ricko.

"Mobil siapa sih, dendam banget romanya."

"Bukan dendam, tapi lagi usaha," Ricko nyengir tak berdosa menarik turunkan kedua alisnya.

Arsyad mengangguk-ngangguk paham "Dokter cantik itu pasti!" tebaknya tepat sasaran.

"Udah, nggak usah sok tahu dan kepo, pokoknya kalo dia datang nanyain mobilnya, bilang aja mobilnya nggak bisa hidup lagi."

Ricko tersenyum mengingat itu, tak pernah dia sesemangat ini mendekati wanita, walaupun status Denisa seorang single parent dan pernah gagal dalam berumah tangga, tak menyurutkan rasa sukanya pada Denisa.

Dan pagi ini sengaja dia datang lebih awal ingin menjemput Denisa dan pergi ke klinik bersamanya, bertepatan saat dia baru turun dari mobil wajah cantik segar, sesegar embun pagi itu langsung keluar, membuat Ricko merasa kedatangannya disambut dan ditunggu.

"Assalamualaikum Nis, udah mau berangkat?" tanyanya basa basi.

"Eh Dokter Ricko-"

"Mas Ricko Nis," ralatnya Denisa yang masih lupa panggilannya sekarang.

Denisa menggaruk keningnya malu "Iya mas Ricko, kirain taksi online," nyengir menunjukkan rentetan gigi putihnya, sudah pasti bohong.

Tapi dimata Ricko Denisa sangat menggemaskan ingin bawa langsung ke KUA.

"Udah pesan? berangkat bareng aku aja, sama sekalian nanti siang aku antar ke bengkel buat liat mobilnya udah selesai apa belum."

Denisa menatap kejalanan, siapa tahu mantan suami yang doyan memberi harapan manis itu muncul. Denisa jadi bimbang, dia sudah janji pada Dara kalau hari ini Daniel akan datang dan membawanya jalan-jalan.

Denisa melihat jarum jam ditanganya, ini sudah siang, namun batang hidung laki-laki yang bisa buat prosotan lalat itu belum juga muncul.

"Aku masuk izin Dara dulu kalo gitu, mas Ricko masuk aja yuk."

Ricko mengangguk "Aku tunggu diteras saja, Nis," dia menjatuhkan pant4tnya dikursi rotan bulat diteras Denisa.

"Bu, nanti kalau Daniel sudah datang, ibu tetap ikut ya, kayaknya dia kesiangan, aku nggak bisa nunggu dia datang soalnya," pinta Denisa pada bu Nani yang sedang membersihkan kamar Dara.

"Iya Neng, ibu akan ikuti kemanapun Dara keluar, Dara jadi tanggung jawab ibu sekarang, ibu sudah menganggap Denisa anak ibu, dan Dara cucu ibu sendiri."

"Terima kasih Bu," Denisa menatap haru pada Nani, tak menyangka masih ada orang yang baik padanya. Denisa mengambil tangan Nani untuk dia salami.

Denisa kemudian menghampiri Dara yang sedang sarapan.

"Sarapanya dihabisin, udah nggak pusing lagikan?" Dara menggeleng, Denisa tersenyum mengusak poni Dara, "Mami berangkat dulu, kalo nanti om itu datang, Dara tetap harus ingat, jangan makan sembarangan, dan jangan diluar terlalu lama, kamu masih tahap pemulihan." Denisa mengecup kening Dara.

"Benar Mami nggak masalah kalau Dara jalan-jalan sama om itu?" tanya Dara sok tua, dia memastikan jika maminya tak salah.

Denisa mengangguk "dia orang baik, nanti dia pasti akan sering ajak Dara jalan-jalan." Denisa belum mau mengatakan jika Daniel papi kandung Dara, dan meminta Daniel agar tak jujur dulu, dia ingin perlahan-lahan saja memberi tahunya.

"Nanti jalan-jalannya sama Mami aja, kalau nggak sama Mami Dara nggak mau, dia orang asing, bukan siapa-siapa kita." Dara memajukan bibirnya.

Denisa menghela nafas, dia tak tahu apa bisa menuruti keinginan Dara. Tak ingin Ricko menunggunya lama, Denisa berangkat dengan hati gelisah, sebab jika Daniel benar datang, perlahan diapun harus memberi tahu Dara siapa Daniel sebenarnya.

Hingga siang menjelang, ditengah kesibukannya memeriksa pasien, saat jam istirahat Denisa melakukan panggilan video kepada Dara.

Dengan sabar Denisa mendengarkan semua cerita Dara hari ini, anaknya juga menceritakan apa yang sedang dilakukannya.

Tak ada pembahasan Dara tentang Daniel, hingga Denisa meminta untuk berbicara dengan Nani.

"Iya Nis," ujar Nani memanggil Denisa tak formal lagi karena permintaan Denisa.

"Bu laki-laki itu belum ada datang?" tanya Denisa memastikan.

"Belum tuh Nis, kamu nggak tanya atau gimana?"

Denisa menggeleng, ada rasa kecewa mengetahui jika Daniel belum datang.

"Nggak usah Bu, oh yaudah biarin aja mau datang apa enggak, yang penting bukan dari aku yang melanggar."

"Tetap berpikir positif ya Nis. Jika ada rasa dendam atau tak suka, buang jauh-jauh. Justru rasa itu akan membuatmu tersiksa dan bisa menumbuhkan benih-benih rasa. Mencoba berdamai akan lebih baik, tidak menyiksa batin, tidak juga akan menimbulkan perasaan lama yang mungkin kamu sendiri sudah berusaha melupakannya."

Denisa mengulas senyum mendengar nasihat Nani, ada benarnya juga ucapan wanita berusia empat puluh tahunan lebih itu.

"Ibu pengalaman banget kayaknya. Makasih ya Bu udah ngingetin Denisa, bener juga sih, kalau kita membenci orang, justru nanti akan timbul rasa lain ya Bu, seperti kebaikannya?"

"Iya, karena benci dan cinta itu beda tipis kan kata orang. Kata orang loh Nis, bukan kata Ibu."

Denisa tergelak "Tapi tadi Ibu loh yang ngomong. Yaudah Bu, Nisa lanjut lagi, sudah habis jam istirahatnya. Kabari nanti jika dia sudah datang." Panggilan pun diakhiri.

"Siapa Nis?" suara bariton itu mengagetkan Denisa.

"Dokter Ricko sudah datang kesini?" Denisa menyimpan ponselnya, melihat yang Ricko bawa, nampaknya sebuah makan siang, tapi tak tahu benar atau tidak?

"Aku pengen makan ditemani seseorang, entah aku lagi tak enak badan atau apa. Aku nggak nafsu makan sama sekali."

Refleks Denisa bangkit dari duduknya dan meletakkan punggung tangannya dikening Ricko.

"Dokter Ricko panas, Dokter sakit? sudah minum obat?"

Ricko menggeleng dengan sudut hati begitu senang karena Denisa seperti mengkhawatirkannya.

"Temani aku makan dulu Nis, diluar pasien sepi."

"Tapi aku baru selesai makan Dok."

"Hanya menemani, bukan berarti kamu juga harus makan. Tapi aku beli dua, kalau kamu mau kita makan bareng." Ricko membuka bungkusan nasi coklat yang dibawanya.

Denisa inisiatif, mengambilkan air putih untuk anak pemilik klinik tempatnya bertugas sekarang.

"Sudah baca grup rumah sakit Nis? Nenek dokter Amanda meninggal, dia dan tunangannya bertolak ke Singapur."

Denisa terdiam sesaat, ada getar aneh seperti rasa tak suka mendengar berita itu.

"Innalillahi wainnailaihi rajiun. Aku belum sempat lihat grup Dok."

"Mas Nis," tegur Ricko kembali meraalat ucapan Denisa, "kita cuma berdua sekarang, lagian diklinik papa, bukan dirumah sakit, jadi santai aja." Ricko mulai memasukkan suapan pertamanya.

Denisa tersenyum tak enak, tapi pikirannya tertuju pada seseorang. "Pantas dia nggak dateng!" gumamnya.

Jika sudah seperti ini, jangan salahkan jika Denisa merasa Dara bukan menjadi prioritas mantan suaminya. Ingin kesal tapi tak ada hak, dan juga alasannya tepat.

Ricko menatap Denisa yang melamun.

Uhuk ... uhuk ... uhuk ...

"Mas kenapa?"

Ricko menunjuk tenggorokannya tanpa mengatakan apa-apa, Denisa paham, langsung mengambilkan air yang tadi disediakannya memberikannya pada Ricko.

Ricko menenggak habis air putih itu.

"Tersedak karena makan ayam yang melamun saat dipotong," lirik Ricko sekilas Denisa.

Tak lanjut makan, Ricko hanya mengaduk-aduk nasinya tak minat.

"Kok nggak dimakan Dok? Pamali loh makanan dianggurin."

"Kalo ada yang suapin, nafsu kali ya Nis? lagi bener-bener nggak pengen makan."

Denisa terkekeh "Ya ampun, makanya cepet cari yang mau suapin Dok, biar kalau lagi nggak nafsu makan begini, ada yang suapin."

"Sekarang yang disini adanya kamu, kali aja kamu mau bersedia suapin, biar aku cepet sembuh juga. Setidaknya bisa minum obat."

"Yaudah-yaudah aku bantu suapin deh," Denisa berdiri dengan kekehan kecil, lalu mengambil alih menyuapi Ricko, "mas Ricko ini kalau udah dapat yang cocok pasti manja banget."

"Iyalah Nis, itukan yang bikin cewek merasa dibutuhkan." Denisa mengangguk membenarkan.

Dan saat berduka, malam hari waktu setempat, Amanda baru membuka ponselnya. Dia melihat banyak sekali ucapan bela sungkawa dari teman-teman dokternya, diantaranya dari Ricko dan Denisa.

Saat ini dia sedang menemani papanya dikamarnya yang sedang ngobrol bersama Daniel.

Amanda mengetikkan balasan dulu pada Denisa, baru kemudian membuka pesan dari Ricko. Diakhir pesan Ricko yang masuk, sebuah potret dimana Ricko sedang disuapi oleh Denisa, bibir Amanda membentuk senyuman.

"Sweat banget Ricko sama Nisa," ucapnya dengan senyuman yang masih terbentuk dibibirnya.

"Ricko masih mengharapkan dokter muda itu?" tanya papa Amanda.

"Iya Pa, dia tuh gigih sekali mendekati Nisa, lihat Pa! Amanda yakin ini dia pasti udah modusin segala cara sampai Nisa yang polos dan nggak pahaman maksud Ricko sampai mau nyuapin dia. Tuh anak mana berani jujur langsung sama Nisa."

"Kapan-kapan ajak Ricko ngedate bareng yuk Mas?" ajaknya pada Daniel.

Setelah loading dan paham siapa itu Nisa, Daniel mengepalkan tangannya, ada rasa perih muncul dalam hati, menjalar ke seluruh tubuhnya, dia merasa bersalah karena lupa mengabari Denisa, dan rasa tak suka mendengar kedekatan Denisa dengan Ricko.

"Maaf Pa, Amanda. Izin keluar mau ngerokok sebentar," bohongnya sudah pasti.

Amanda dan papanya mengangguk.

Daniel memilih tempat jauh ditaman belakang rumah keluarga Amanda, dia langsung menelepon Denisa. Tiga kali panggilannya, Denisa tak juga mengangkatnya, Daniel kembali masuk menuju kamar calon mertuanya.

"Maaf Pa, saya harus pulang sekarang. Ada urusan mendadak."

Sebagai seorang pebisnis, sudah pasti Papa Amanda paham jika tiba-tiba seperti ini. Tak menaruh curiga sama sekali, dia berterima kasih karena Daniel sudah bersedia meluangkan waktunya dan mengantar anaknya.

"Hati-hati ya mas, kabari kalau sudah sampai? Ini kamu ke Batam atau ke Jakarta?"

"Batam." Jawabnya singkat. Tak mengatakan apa-apa lagi, Daniel langsung menaiki taksi yang akan membawanya ke pelabuhan.

Dengan menggunakan speadboad, Daniel sampai kota Batam. Tak menimang dia meminta Wahyu mengantarnya kerumah Denisa.

"Ini jam tiga Brow, lo nggak ganggu anak lo apa janda lo apa?"

"Jangan sebut dia janda!" peringatnya.

"Lah terus apa? Gadis?"

"Terserah, bini gue juga bisa. Ahh udahlah, aku mau turun, ngomong sama remahan mie kremes kayak lo nggak akan paham."

Lidah Wahyu berdecak, "awas aja digrebek warga mengunjungi rumah janda di jam kunti begini."

Ketukan ketiga, pintu rumah Denisa terbuka, Daniel hampir saja berteriak ketakutan jika dia tak cepat sadar jika yang membuka pintu Nani sedang memakai mukena.

"Siapa Bu?" Denisa bertanya.

Hati Daniel tersentuh melihat penampilan Denisa yang baru pertama kali dilihatnya, Denisa terlihat nampak anggun dan cantik.

1
Alfi
untung berpisah ya thor
Alfi
kasian istrimu Daniel ,
Cut SNY@"GranyCUT"
setelah vaca kisah Abian-Delia, lanjut baca ini..
Alfi
outor nya orang lampung ya tor
Lilik Juhariah
ngapain ke apartemennya , ngapain uangnya dibalikin cuma 5;juta ma pulsa, dokter kok lemah lelet
Lilik Juhariah
gila Daniel ini aku yg baca aja ngos-ngosan kuatir Nisa pingsan, jahat banget
Lilik Juhariah
danisa cantik banget
Nizar
ini laki emang plin-plan kali ya.
Debby Feybe Mekutika
Luar biasa
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
Fifid Dwi Ariyani
trussemangat
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
Rosanti
Luar biasa
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
Fifid Dwi Ariyani
teussabar
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
Fifid Dwi Ariyani
trussemangat
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
Fifid Dwi Ariyani
trusceria
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!