Alpha CEO hebat yang tak tersentuh setelah patah hati dia tak pernah melihat wanita lagi, namun seorang gadis titipan dari adik dan wanita yang pernah dia cintai mampu mengalihkan perasaannya, lalu bisakah mereka bahagia? Akankah rumah tangganya itu berdiri dengan kuat tanpa goncangan???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di kantor
Masih di rumah.
Shafa turun perlahan jujur bagaimana cara jalannya saat ini sungguh sangat memalukan, Shafa berharap sang adik yang sudah bersiap untuk sekolah itu tak bertanya aneh-aneh padanya.
"Loh Kak??"
"Gak kerja??"
"Kok belum bersiap?"
Kenzie menyiapkan bekal untuk sarapan berupa roti dan hanya meminum segelas susu saja, karena sang Kakak terlihat kesiangan bangun.
"Kerja, Maaf ya kamu jadi sarapan roti, kakak belum sempat masak sarapan." Kata Shafa masih berdiri ingin turun namun ragu jika berjalan dan sang adik akan menanyainya.
"Iya kak, tadi Kak Alpha udah bilang suruh sarapan roti, katanya hari ini Kak Shafa tidak masak belum bangun katanya." Jawab Kenzie lalu menghampiri sang Kakak untuk salim.
"Kakak sakit?" Tanya Kenzie khawatir.
"Tidak, sudah berangkat sana." Ujar Shafa mengusir halus.
"Tadi ada Kak Bian yang ke sini katanya mengantar obat buat Kakak." Jujur sang adik yang membuat muka Shafa memerah.
"Astaghfirullah, jadi obat salep untuk ini tadi kak Bian yang antar??? Ishhhh dasar bos pemalas sekali, bagaimana aku akan menghadapi wajah Bian nanti???" Batin Shafa malu sekali.
"Kata Kak Bian itu salep buat kulit??? Kak Shafa kenapa kulitnya??" Tanya Kenzie lagi semakin penasaran.
"Ishhh, udah Kakak hanya bisulan, Kakak iparmu saja yang lebay. " Kata Shafa kesal rasanya.
"Owh, ya udah deh semoga bisulnya cepat sembuh. Kenzie berangkat dulu kak." Kata Kenzie lalu salim dan turun kembali lalu keluar dari rumah untuk berangkat sekolah.
Shafa turun perlahan dalam pikiran bagaimana nanti saat di kantor apa yang akan di pikirkan banyak pegawai tentang dirinya jika jalannya masih seperti ini.
Shafa duduk lalu mengambil roti untuk dia siapkan sebagai sarapan lalu tak lama kemudian pelaku yang sudah membuat dirinya jalan seperti bebek datang dengan pakaian rapinya.
Cup
"Pagi cil, udah baikan???" Tanya Alpha setelah mencuri kecup di pipi yang langsung merona itu.
"Pa pagi kak, bisa gak sih panggilannya jangan cil??"
"Aku udah jadi wanita loh sekarang! "
Shafa tak terima jika dirinya masih terus di panggil cil, nyatanya kecil begini dirinya sudah besar bahkan sudah tak perawan lagi.
"Ok deh, sayang." Kata Alpha enteng dan membuat Shafa merona sekaligus gugub.
"Ehm, A a Aku ijin aja gimana? gak kerja hari ini??" Kata Shafa ragu dan gugub atas tatapan Alpha pada dirinya.
"Aku malu... jalan aku kaya gini." Jujur Shafa sambil menggigit bibir bawahnya malu untuk menjelaskan.
"Jangan gigit bibir bawah begitu, aku bisa khilaf dan kembali membawamu ke kamar." Kata Alpha sambil menatap bibir yang tergigit itu.
"Kau menggodaku?? Semalam kamu cantik saat seperti itu." Kata Alpha lagi yang langsung membuat Shafa memerah ingin rasanya menyumpal mulut suami sekaligus bosnya itu dengan roti di tangannya.
"Kakkkk, ishhhh bisa tidak gak usah bahas yang semalam." Kata Shafa lalu menyodorkan roti yang sudah siap, setelah itu dirinya bangkit ingin bersiap kerja, sepertinya percuma ijinnya tak mendapatkan respon.
"Mau kemana??" Tanya Alpha lalu menahan tubuh Shafa yang hendak pergi.
"Ganti baju." Kata Shafa membuang nafas kasar, lalu berjalan dan itu nampak lucu sekali di pandangan Alpha.
"Jadi begitu ya jalan gadis yang sudah tidak perawan???" Ucap Alpha sambil tersenyum dan bangkit lalu menyusul Shafa.
"Aaaaah." Teriak Shafa terkejut saat tubuhnya melayang ke udara, rupanya sang suami tak tega melihat Shafa yang berjalan seperti itu.
"Jangan mendesah suara itu sekarang keramat untuk di luar kamar." Kata Alpha sambil tersenyum usil.
"Iiiih, itu teriak kak, mana mendesahnya???" Shafa berkata kesal namun justru di jawab gelak tawa bahagia sang suami, seolah semua yang ada pada dirinya menjadi hal lucu untuk jadi bahan olokan.
***
Siang hari.
Di kantor, setelah drama jalan yang luar biasa tadi pagi akhirnya Shafa benar-benar berada di kantor saat ini tengah mengaduk kopi, dirinya sebelum berangkat memakai salep lagi tentu saja oleh ulah sang suami dengan dalih agar cepat sembuh dan jalannya tidak seperti tadi.
Kini Shafa tengah bosan berada di ruang kerja sang suami dari tadi, rupanya hari ini dirinya justru seperti Bos yang hanya duduk dan membaca berkas bahkan siang ini ingin membuat coklat saja Shafa tak di ijinkan.
"Kak, aku mau buat coklat panas dulu ya." Kata Shafa bangkit.
"Udah di situ aja, biar OB yang buat." Kata Alpha berkata sambil sibuk menandatangani berkas di tangannya.
"Tapi kak, bosen di sini terus tuh. Apa kamu gak jenuh gitu bekerja monoton gini aja." Kata Shafa bangkit rasanya tubuhnya kaku terus duduk begini.
"Ya udah terserah, asal kalau sakit di luar gak ada yang gendong." Kata Alpha datar sekaligus kesal sama Shafa yang tak bisa diam di tempatnya.
Shafa hanya mencebik lalu bangkit dari duduknya ingin keluar dari ruangan untuk membuat coklat di dapur.
"Kak Alpha mau makan di kantin atau delivery aja?" Tanya Shafa di pintu sejujurnya perutnya keroncong karena biasanya sarapan namun setelah seluruh tenaganya habis untuk semalam hanya sepotong roti yang mengisi perutnya.
"Aku udah pesan buat kita, kamu buat coklat lalu balik ke sini bentar lagi makan siang." Kata Alpha sambil menatap istri kecilnya, sejujurnya dirinya juga lapar makanya tanpa meminta Shafa dia memesan makanan sendiri.
"Ok!" Shafa keluar dari ruang itu lalu menuju dapur.
Membuat Coklat panas baru mencium aroma yang saja seperti nikmat pikir Shafa sambil menuang bubuk coklat itu kedalam cangkir, lalu menuang air panas kedalam cangkir itu juga.
"Akhirnya nongol juga simpanan bos kita??" Suara mantan sekertaris sang suami mengejutkannya.
"Kak, jangan fitnah." Tegur staf lain yang merasa tak enak hati dengan Shafa.
Shafa diam mengepalkan tangannya, kenapa wanita mulut pedas ini masih saja suka mengganggu dirinya pikir Shafa.
"Aku gak fitnah, aku lihat tadi mereka berangkat bersama dari rumah tuan Alpha."
"Aku bahkan tanya dari tetangga yang masih saudaraku Shafa ini awalnya hanya pembantu di rumah Tuan Alpha." Kata Sang mantan sekertaris semakin membuat Shafa susah bernafas karena amarahnya.
"Astaghfirullah, kamu yakin???" Tanya Staf lain yang baru datang namun terkejut dengan ucapan Meta sang mantan sekertaris yang masih dendam karena di pindahkan menjadi sekertaris orang lain.
Shafa tak ingin menjawab, betul kata Alpha harusnya dia diam diri di ruangan dan tak keluar batin Shafa berjalan melewati mereka yang dengan enteng menjadikan dirinya bahan ejekan.
"Hah, pasti untuk berada di posisinya sekarang dia melemparkan tubuhnya yang tak seberapa berharga itu." Ucap Meta lagi hingga Shafa merasa sudah tak tahan lagi.
"Cukup! Aku punya batas kesabaran!" Kata Shafa menaruh cangkir coklat panas itu sedikit keras.
"Mau mu Apa????" Shafa berkata cukup keras.
***
Up lagi hayo jangan lupa kasih dukungan dan jejaknya.
🙏🙏
Aq blm tav vaf nih 🤭