NovelToon NovelToon
EGO

EGO

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Wanita Karir / Keluarga
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: si_orion

Maxwell, Daniel, Edric dan Vernon adalah keempat CEO yang suka menghambur - hamburkan uang demi mendapatkan kesenangan duniawi.

Bagi mereka uang bisa membuat mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan bahkan seorang wanita sekalipun akan bertekuk lutut di hadapan mereka berempat demi mendapatkan beberapa lembar uang.

Sampai suatu hari Maxwell yang bertemu dengan mantan calon istrinya, Daniel yang bertemu dengan dokter hewan, Edric yang bertemu dengan dokter yang bekerja di salah satu rumah sakitnya, dan Vernon yang bertemu dengan adik Maxwell yang seorang pramugari.

Harga diri keempat CEO merasa di rendahkan saat keempat wanita tersebut menolak secara terang terangan perasaan mereka.

Mau tidak mau Maxwell, Daniel, Edric dan Vernon melakukan rencana licik agar wanita incaran mereka masuk ke dalam kehidupan mereka berempat.

Tanpa tahu jika keempat wanita tersebut memang sengaja mendekati dan menargetkan mereka sejak awal, dan membuat keempat CEO tersebut menjadi budak cinta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si_orion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 23

"Hais dasar bocah, untung Vernon segera menikahimu. Bocah polos nan lugu ini ternyata sudah hamil duluan." ejek Maxwell mencubit gemas pipi Olivia yang masih memasang wajah bete di ruang tunggu pengantin wanita.

Hari ini adalah hari pernikahan antara Vernon dan Olivia. Seharusnya pernikahan mereka di gelar dua bulan lagi, tapi karena insiden Olivia yang sudah isi duluan, akhirnya pernikahan di percepat.

Aron terus menatap sinis pada Olivia ketika wanita itu mengabarkan kehamilannya. Aron sempat tercengang saat Olivia mengatakan positif hamil, padahal menurut anak buahnya Olivia sudah hamil sejak 3 bulan yang lalu saat dia menggerebek apartemennya. Jadi anak buahnya memberikan informasi yang salah?

Olivia menepis tangan Maxwell dengan kesal. "Ini juga salahmu! Kalau kau tidak menyuruhku untuk menemani dia hari itu, mungkin sekarang aku masih bisa bebas bersenang - senang."

"Kau juga yang memberikan password apartemenku pada Vernon sehingga dia bisa keluar masuk apartemenku seenaknya. Dan kau tahu?! Dia bahkan seenaknya memintaku untuk bercinta seolah dia adalah suamiku. Aku seperti wanita panggilan yang melayani pria itu tanpa status yang jelas." omel Olivia.

"Dan lihat sekarang?! Aku hamil sebelum menikah?! Papa bahkan semakin sinis padaku." curhat Olivia.

Maxwell mengusap lembut pipi Olivia. Maxwell sangat menyayangi adiknya itu. Setelah kepergian Ibunya, Olivia adalah satu-satunya perempuan yang paling berharga untuk Maxwell.

Dia pikir Vernon tak akan sampai berbuat segila ini, dia pikir Vernon tak akan tertarik pada adiknya. Tapi rupanya Vernon justru tergila - gila pada Olivia hingga melakukan hal-hal yang nekat.

Tapi Maxwell percaya bahwa Vernon adalah pria yang cocok untuk Olivia. Dia mengetahui sifat mereka masing-masing, sehingga Maxwell merasa aman untuk menyerahkan Olivia pada Vernon.

Terlepas dari sikap mesum dan semena-mena, Maxwell tahu bahwa Vernon adalah orang yang dewasa dan mampu membimbing Olivia dengan baik. Vernon adalah sosok yang bertangan dingin dan bertanggung jawab, buktinya dia langsung memajukan hari pernikahan setelah tahu bahwa Olivia hamil.

“terlepas dari sikap semena-menanya Vernon, dia adalah pria yang bertanggung jawab. Lihat, bahkan dia memajukan hari pernikahan saat tahu bahwa kau hamil." ucap Maxwell lembut.

Olivia berdecih. "Tidak sepertimu, Kak."

Maxwell mendengus, padahal dia ingin membangun suasana melow dan haru saat dia akan melepaskan adiknya itu, tapi Olivia malah membuat moodnya hancur.

"Kau itu ya, tidak bisakah sekali saja tak mencemoohku?!”

Olivia tersenyum lebar melihat ekspresi kesal Maxwell. Wanita itu melebarkan tangannya lalu merengkuh tubuh kekar sang kakak.

"Terima kasih kak, kau adalah orang yang paling mengerti aku. Kakak yang selalu ada untukku, menjadi penjagaku, menjadi orang yang selalu ada untuk memelukku. Kakak adalah satu-satunya pria yang paling berharga untukku." ucap Olivia dengan lirih.

Maxwell paham kenapa Olivia menyebutnya sebagai 'satu-satunya' karena memang selama ini Aron tak pernah memperhatikannya. Hanya dari Maxwell dan Ibunya lah Olivia menerima kasih sayang sebuah keluarga. Jadi tak heran jika Olivia jauh lebih hormat dan menurut pada Maxwell daripada Aron. Meskipun dirinya sering dibanding-bandingkan dengan Maxwell.

"Kau dan Mama juga adalah wanita yang paling berharga untukku." Maxwell mencium lama kening Olivia.

Dibalik sikap keseharian mereka yang sering bertengkar, saling ejek, saling menumbalkan, tapi nyatanya mereka saling menyayangi. Mereka saling menjadi support system dan rumah untuk pulang.

"Kak." panggil Olivia dijawab deheman oleh Maxwell.

Pemberkatan akan dilakukan setengah jam lagi, Jadi kini kakak beradik itu tengah berpelukan disofa ruang tunggu pengantin perempuan.

"Kau juga harus segera menikahı Kak Pricilla." ucapan Olivia tak dijawab oleh Maxwell.

"Kak, sebagai sesama wanita aku mengerti bagaimana perasaan Kak Pricilla. Aku merasakan kegelisahan saat tahu aku hamil tapi statusku belum menjadi seorang istri. Aku khawatir dengan cemooh orang-orang dan juga menjadi aib untuk keluarga. Mungkin itu yang Kak Pricilla rasakan dulu bahkan hingga sekarang.

Dia hamil hingga melahirkan tanpa status pernikahan, bahkan dia merawat Zayden seorang diri tanpa suami. Kak Pricilla sudah melalui hal yang berat, Kak. Jangan semakin memberatkan hidupnya lagi." nasihat Olivia menatap tulus pada Kakaknya.

Hati Maxwell terenyuh, dia selalu merasakan pukulan keras pada hatinya setiap mendengar kisah Pricilla. Itu memang salahnya, tentu saja dia yang menabur benihnya dirahim Pricilla, tapi dia justru dengan brengseknya pergi tanpa pamit.

***

Olivia melangkah beriringan dengan Aron menuju Altar, tempat dimana Vernon tengah menunggunya.

Ini adalah pertama kalinya Olivia menggandeng lengan Aron, dan mungkin ini juga akan jadi yang terakhir kalinya.

Janji suci telah terucap, cincin pun telah melingkar dijari manis masing-masing. Vernon sudah mencium pengantinnya, dan kini adalah saatnya acara resepsi.

Olivia mencebik kesal ketika Vernon dengan posesifnya hanya menyuruhnya untuk duduk dan makan. Padahal Olivia ingin menyapa dan bergabung dengan teman-temannya. Lagipula kalau Olivia makan nanti riasannya akan rusak.

"Aku tak mau." rengek Olivia saat Vernon terus menyodorkan sendok berisi potongan cake pada Olivia.

"Kau harus makan, jangan sampai telat makan. Aku tak mau baby kenapa-napa." ucap Vernon keukeuh

"Dia baik-baik saja, aku sudah makan sebelum pemberkatan tadi."

"Itu sudah 2 jam yang lalu, dan sekarang kau harus makan lagi. Kemarin kau tak bisa memasukan apapun ke dalan perutmu karena kau terus memuntahkannya, jadi sekarang ayo makan sedikit saja." bujuk Vernon.

Usia kandungan Olivia memang terbilang masih muda, 3 minggu, sehingga dia mulai merasakan gelaja-gejala kehamilan seperti morning sickness, mual saat melihat makanan, demam, dan gejala lainnya.

"Kalau aku memakannya mungkin aku juga akan segera memuntahkannya lagi." jawab Olivia, dia menjadi pilih-pilih makanan dan sensitif terhadap bau bahkan bentuk makanan sekalipun.

Vernon menyerah, dia menyimpan sendoknya kembali ke piring. "Oke, lalu kau ingin apa?”

Olivia menggeleng, dia sedang tak ingin apapun sekarang selain tidur. Tubuhnya jadi mudah lelah dan mengantuk.

"Ayolah, kau tak mengidam menginginkan sesuatu seperti ibu hamil kebanyakan?" tanya Vernon penuh harap, entah apa yang mendorong dia mengharapkan Olivia menginginkan suatu hal dan merengek pada Vernon untuk memenuhinya.

"Aku ingin tidur."

"Tidur? Bahkan acaranya belum selesai."

Olivia merotasikan bola matanya. "Kau terus menyuruhku untuk makan tapi kau melarangku untuk istirahat?"

"Oke fine, let's go to the room and rest."ucap Vernon sebelum menggendong Olivia. Dia tak peduli jika acaranya belum selesai.

Sesampainya di kamar hotel yang dikhususkan untuk pengantin baru, Vernon dengan telaten membantu Olivia berganti pakaian dan membersihkan riasannya.

"Thanks."

"Anytime."Vernon mulai melepaskan kemejanya.

"You're not going to charge the first night are you?

"If you want, I will not refuse."jawab Vernon dengan santainya berganti pakaian didepan Olivia.

Dengan pipi yang memanas melihat tubuh kekar itu, Olivia menggigit bibir bawahnya tiba- tiba dia menginginkan tubuh itu berada diatasnya.

Oh astaga! Kenapa kau jadi berpikiran kotor seperti itu? Apa karena Olivia sedang mengandung anak dari old man itu?

Pria itu mengernyit saat melihat pipi dan telinga Olivia memerah, apalagi wanita itu bertingkah malu-malu.

"Kenapa?" tanyanya mulai merangkak menaiki ranjang.

"Nothing."jawab Olivia memunggungi Vernon.

Tangan besar Vernon mulai merambat pada perut Olivia dan mengelusnya.

"Stop being a flight attendant."

"What do you mean?"tanya Olivia sewot, dia memang terbilang sensitif saat seseorang membicarakan masalah pekerjaannya.

1
veve
nggak tahu lebih mau ngetawain edric apa kasihan /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!