Hidup satu atap dengan pria yang berstatus sebagai suami namun sikapnya dingin dan mungkin tidak menganggap kita ada itu rasanya sakit.
Humaira seorang gadis yang setuju di jodohkan dengan pria pilihan orang tuanya. Humaira setuju di jodohkan agar semua orang yakin dan percaya lagi pada dirinya dengan apa yang telah dia lakukan pada istri sang om.
Namun nasib berkata lain, pria yang dia nikahi adalah pria yang sangat membencinya karena tau kelakuan Humaira.
Namun Humaira berusaha untuk menjadi istri baik hingga dirinya jatuh cinta pada sang pria namun sikapnya masih sama seperti pertama mereka menikah.
Apa Humaira sanggup bertahan atau memilih mundur?.
Yu baca ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan pernikahan
"Cantik banget sayang" puji mamanya Renaldi dan aku hanya tersenyum dan aku melirik Renaldi, dia bahkan tidak melihat ku dia sibuk dengan ponselnya.
"Mari kita mulai acaranya" ucap MC dan semua orang mulai serius bahkan Renaldi pun menyimpan ponselnya.
Sepanjang acara aku terus memperhatikan Renaldi dan dia benar-benar tidak ada ekspresi senang atau apa dia benar-benar dingin. Bahkan saat acara pertukaran cincin pun dia sepertinya enggan melihat ku.
"Akhirnya kalian resmi tunangan dan dua minggu lagi kalian akan jadi suami istri" ucap mamanya Renaldi yang sangat antusias dalam acara ini.
Selesai acara para tamu di persilahkan untuk menyantap hidangan dan aku langsung di hampiri Naira dan Dira.
"Cie yang udah gak jomblo lagi" ucap mereka membuat aku malu.
"Tapi kok gue lihat Renaldi gak ada senang-senang nya dia terus aja pasang wajah dingin dan datar" ucap Dira yang sepertinya kesal seperti ku.
"Lah dia kan memang gitu kaya yang baru kenal aja" timpal Naira.
"Ya kan ini acara sakral, senyum ke bukan jutek gitu" balas Dira yang masih kesal.
"Sudah, sudah kalian gak makan? " tanya ku pada mereka.
"Lagi diet" jawab Dira dan langsung dapat pukulan dari Naira.
"Diet apanya tadi aja makan mie" ujar Naira lalu pergi dan di kejar Dira.
Aku senang karena pada akhirnya aku bisa akur lagi dengan kedua sahabat ku setelah hampir enam tahun kami tidak akur.
"Keponakan ku cantik banget" puji om Faiz yang datang.
"Om" ucap ku.
"Gak makan kamu? " tanya om Faiz.
"Susah" jawab ku dan om Faiz tersenyum.
"Makanya biasakan pakai kerudung biar gak kaku" balas om Faiz.
Namun tiba-tiba mama datang membawa makanan.
"Makana dulu sayang" ucap mama menyerahkan satu piring makanan.
"Dia gak bisa makan tante, suapi aja" ujar Faiz ngatain aku.
"Om ih" Om Faiz dia sudah pergi dan tersenyum setelah ngerjain aku.
Akhirnya aku makan namun tiba-tiba Renaldi menghampiriku dan aku melihat ke arahnya.
"Jangan pikir dengan lo kaya gini gue bakal melirik lo" ucapnya kasar dan benar-benar menusuk.
Aku yang kesal langsung menyimpan piring makanan dan aku berdiri.
"Abang pikir aku dandan kaya ini buat abang, bukan tapi ini mau mama abang dan mama ku" ucapku dengan nada tak kalah tinggi lalu pergi ninggalin Renaldi.
"Kalau bukan karena papa aku udah gak mau lanjutkan perjodohan ini tapi aku udah janji pada nya kalau aku akan setuju dengan perjodohan ini" gumam ku lalu duduk di tempat tidur dan membuka kerudung yang menempel di kepala ku. Setelah lepas aku lempar ke lantai dan aku rebahan.
Aku benar-benar ketiduran karena saat aku banget hampir sudah karena jam sudah menunjukan jam empat pagi.
"Aduh, gue tidur gak sempat cuci muka lagi" ucap ku sambil menyentuh wajah ku. Aku pun segera turun dan pergi ke kamar mandi. Tiba-tiba aku mendengar kumandang azan hingga akhirnya aku putuskan untuk melaksanakan kewajiban ku sebagai umat islam padahal sudah lama aku tidak melakukan itu. Karena hari masih pagi aku pun ketiduran masih dengan memakai mukena.
Namun tak lama aku mendengar seseorang memanggil namaku. Aku pun membuka mata "Mama" kaget ku.
"Kamu kenapa tidur di sini? " tanya mama.
"Oh tadi setelah sholat aku ngantuk ya udah tidur lagi" jawab ku.
"Ya sudah bereskan kita sarapan papa udah nunggu di bawah" ucap mama dan aku pun mengangguk lalu membuka mukena dan memberikannya lalu turun ke ruang makan.
"Mulai hari ini papa harap kamu jangan keluyuran fokus ke persiapan acara pernikahan mu" ucap papa dan aku hanya mengangguk.
"Jangan harap kamu bisa kabur karena papa sudah menyurut bawahan om Arfan untuk mengawasi mu" lanjutnya lalu bangkit dan pergi ke kantor.
Aku terdiam karena aku gak habis pikir papa sampai tidak percayanya pada ku. Aku pun tak terasa meneteskan air mata karena tak ingin di lihat mama aku langsung menghapusnya sebelum lebih banyak keluarnya.
Aku benar-benar di sibukkan dengan persiapan pernikahan ku karena dari awal memilih undangan, dekor bahkan gedung aku yang urus. Ya walau sebenarnya harusnya aku di temani Renaldi tapi dia malah menyuruh aku ya g urus sendiri.
Hari ini aku harus memilih hotel untuk acara resepsi namun sampai jam makan aku belum menemukannya karena semuanya penuh. Aku berhenti di sebuah taman untuk mengisi perut karena sudah waktunya jam makan siang. Aku berjalan ke arah penjual baso gerobak karena hanya ada itu yang aku lihat. Aku pun memesan lalu duduk di tenda yang sudah di sediakan. Namun tiba-tiba seseorang berdiri di hadapan ku membuat aku mengangkat kepalaku. Aku terkejut karena itu Renaldi.
"Abang" ucapku sambil berdiri.
Renaldi tidak bicara dia langsung menarik tanganku. Namun aku menariknya membuat dia melihat ke arah ku.
"Aku udah pesan " beritahu ku karena aku kasian pada penjualnya jika tidak jadi.
Renaldi tidka bicara dia mengeluarkan uang lalu menghampiri penjual basi itu dan menyerahkan uangnya kemudian menghampiriku lagi menarik ku masuk ke mobilnya.
"Motor aku" ucap ku.
"Biar suruhan bokap lo yang bawa pulang" ujarnya dan akhirnya aku diam pasrah saja mau di bawa kemana.
Renaldi masuk ke sebuah hotel dan aku di baut takjub karena hotel ini hotel mewah.
"Turun" titahnya dan aku pun langsung turun.
Renaldi masuk dan aku mengikutinya dari belakang.
"Silahkan pak semuanya sudah selesai tinggal administrasinya saja" ucap seorang wanita cantik yang tempo hari aku lihat di mall bersama Renaldi.
"Kamu urus semuanya" balasnya sambil sebuah kartu.
Renaldi masuk dan aku di buat kaget karena dia sudah memesan hotel buat acara pernikahan kita namun kenapa dia harus menyewa hotel mewah padahal ini bukan pernikahan yang dia inginkan.
"Abang kenapa pesan hotel mewah ini? " tanya ku membuat Renaldi melirik ku.
"Kita nikah bukan atas dasar cinta dan mungkin suatu saat nanti abang akan menemukan wanita yang abang cintai" lanjut ku.
Renaldi tidak bicara dia langsung pergi begitu saja menemui karyawan hotel. Aku hanya mengikutinya dari belakang hingga akhirnya kami naik ke kamar yang di siapkan untuk semua keluarga.
"Waw" ucap ku kagum karena pemandangan dari kamar indah banget.
"Lo mungkin berpikir pernikahan ini sementara tapi lo jangan sampai bikin malu keluarga dengan mengadakan resepsi pernikahan sederhana" ucap Renaldi membuat aku mengerti jika harga dirinya jangan sampai jatuh hanya gara-gara pernikahan sederhana.
"Maaf aku gak berpikir ke sana" ucap ku.