"Heh, bocil? Nanti setelah ini aku minta di traktir ya." Goda adrian.
"Adrian!? Mulai deh kamu?." Ketus shely.
"Nggak mau!?, om adrian banyak makannya." Tebak aqilla membuat semua orang di sana tertawa.
"Ye? Mana ada aku makan banyak!? Lagian yang kamu pesankan, semua makanan nya hanya seumil. Gimana nggak makan banyak,." Jawabnya asal.
"Iss maruk, om adrian nya." Ujar aqilla namun tangan adrian mulai usil. Ia pun mulai menarik pelan hijab aqilla.
"Bundaaaaa!?." Teriak aqilla yang taj terima, jika hijab nya ditarik.
"Aduh sayang ampuuunn!!!!?." Pekik adrian yang merasakan nyeri di pinggang, akibat cubitan ulfa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sherly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 14
Lupa sholat
4 hari sudah kepergian adrian membawa tangis sekeluarga. Termasuk ulfa kini ia justru menghambur kepelukan adrian. Sehingga adrian pun mengusap air mata ulfa, lalu menggeleng.
"Jangan nangis ya. Aku nggak bisa tau, jika melihat mu menangis begini." lirihnya justru dirinya juga ikut menangis, namun hanya dalam hati. Karna tak ingin membuat semuanya menjadi ikut bersedih.
"Hiks hiks hiks, Drian aku sayang sama kamu. Aku akan menunggumu sampai kapanpun. Jangan lupakan aku ya, hubungi aku jika dah sampe sana." ucap ulfa disertai isak tangisnya.
"Iya aku janji aku akan hubungi kamu setelah sampai disana. Dan tunggu aku ya sampai aku pulang nanti. Udah jangan nangis nanti aku jadi nggak semangat loh." ujar adrian sembari mencubit pelan hidung bangir ulfa, sehingga ulfa pun kini tersenyum.
"Iiihh. Yasudah sana pergi hati-hati ya. Kabarin sampai sana ku disini akan menunggumu." ujarnya.
Adrian pun kini menoleh lalu menatap pada kedua orang tuanya. Ia lalu mendekat dan mencium tangan Kedua orang tua nya, tak lupa ia berpamitan pada shely. Namun kakaknya malah membelakanginya, namun pundaknya terguncang seperti sedang menangis.
"Mbak?." panggilnya sambil memegang pundaknya. Namun adrian merasakan getaran pada pundak sang kakak. Lalu membalikkan badan shely sehingga mereka pun berhadapan, namun shely langsung menghambur memeluk adiknya.
Hiks. Hiks. Hiks.
"Kamu baru kemarin pulang sekarang udah pergi lagi dek. Mbak juga nggak bisa melarang mu dan sekarang kamu pergi!." ucapnya bebarengan dengan sela isak tangisnya, lalu ia mendorong tubuh adrian dan mengusirnya sedikit kasar. Hingga membuat kedua orang tua nya pun sontak reflek memegangi adrian yang hendak terjengkang. Begitu juga ulfa yang ikut terkejut.
"Mbak?." lirih adrian
"Udah pergi kamu! Jaga diri baik-baik disana kabari mbak juga kalau sama sana." ucapnya tegas namun masih ada rasa perduli pada adiknya. Kini adrian pun kembali memeluk sang kakak. Lalu mencium tangannya.
"Aku pergi dulu. Assalamu'alaikum." ucapnya sambil memeluk kakaknya, kini ia pun segera masuk untuk chek'in.
"Wa'allaikumsalam." jawabnya serempak. Ulfa pun menangis dipelukan shely. Mereka pun menatap kepergian adrian. Sampai kini adrian masuk dan hanya terlihat topi yang ia kenakan. Sampai kini tak terlihat lagi.
"Sudah mari pulang. Biarkan adrian pergi mengejar impian nya. Kita hanya bisa mendoakan saja semoga pulang perginya adrian di berikan keselamatan." ajak bu ilma yang kini ikut melihat kepergian sang anak lelakinya. Yang saat ini sudah tak terlihat lagi.
"Amin." jawabnya serempak.
"Nak ulfa? Shely? pulang yuk adrian sudah masuk kedalam. Kita pulang jangan bersedih terus." ajak pak malik lagi membujuk shely, juga ulfa. Hingga mereka pun pergi keparkiran, kini dirasa semua sudah didalam mobil, lalu pak malik pun melajukan mobilnya.
***
Kini disepanjang jalan hanya diam tak ada satupun yang berbicara. Mungkin semua lelah karna menangis tadi. Sehingga kini didalam mobil memilih untuk tidur, dan pak malik masoh fokus ke jalan raya.
Kimi bandara sama perkampungan memanglah tak cukup jauh. Namun jika perjalanan nya lewat tol paling hanya memakan waktu 2jam saja, berbeda jika melewati jalan umum akan selalu macet dan memakan waktu kurang lebih 3 jam.
.
.
Setelah penempuh perjalanan panjang, kini mereka pun sampai di perkampungan. Dan tak lupa pak malik berhenti didepan rumah ulfa.
"Ulfa." panggil pak malik
Ulfa yang dibelekangpun sontak terbangun dari tidurnya. Dan menoleh kepada pak malik didepan.
"Iya om." ujar ulfa.
"Udah sampai depan rumahmu nak. Itu ibumu menunggu didepan." ujar pak malik seraya menoleh ke ibunya ulfa. Yang tersenyum pada pak malik dan bu ilma.
"Oh iya om terimakasih ya. Kalau gitu ulfa turun dulu Assalamu'alaikum." ucapnya sambil mencium tangan pak malik dan bu ilma dengan takjim. Bu ilma pun tersenyum.
"Iya nak Wa'allaikumsalam. Hati-hati turunnya." kata pak malik yang membukakan pintu mobilnya. Lalu menoleh ke ibunya ulfa.
"Mari buk sharoh. Saya langsung saja ya karna mau ngembaliin mobil kerumah pak lek." terang pak malik sedikit kencang. Bu sharoh pun menganggukkan kepalanya.
"Iya pak terimakasih udah anter ulfa sampe rumah." ujarnya dan pak malik pun mengangkat satu jempolnya saja.
Kini pak malik pun melajukan mobilnya. Menuju kerumahnya. Ya rumah pak malik dan rumah pak juano hanya memakan waktu 15 menit saja. Sesampai nya didalam garasi rumah adik dari bu ilma. Mereka pun bergegas turun begitu juga shely yang terlihat kelelahan. Ia pun gegas pamitan pada kedua oranng tunya jika tak ikut kerumah bulek nya.
"Ayah ibu. Shely tak ikut masuk kerumah bulek ya. Mau pulang aja aku ngantuk capek." keluh nya namun bu ilma dan pak malik tak mempermasalahkan nya.
"Iya nak ayah sama ibuk kesana dulu." ujar pak malik dan diangguki oleh shely. Namun saat shely hendak mau masuk. Kini terlihat seorang lelaki diujung sedang menyapu.
Serasah wajahnya tak asing kini shely pun membelokkan jalannya. Kesebuah rumah yang paling hujung.
"Hay." sapanya. Dan orang tersebutpun menoleh ke sumber suara lalu membalas sapaan shely.
"Oh. Hay." jawabnya yang masih memegangi sapu lidinya.
"Mau tanya apakah kita pernah bertemu ya." tanyanya ragu.
"Iya kamu waktu itu nangis dijalan. Dan hampir mau pingsan kalau nggak aku pegangin?." terang nya yang mencoba mengingatkan shely. Dan kini shely pun teringat waktu kejadian beberapa bulan lalu.
"Oh iya makasih ya. Btw kamu ngapain disini?." tanyanya lagi. Sebab rumah itu lama kosong kini tak mungkin tiba-tiba ada orang yang bisa masuk. Kemungkinan saja pintu dikunci.
"Oh ini rumah dari peninggalan nenek. Jadi aku kesini ingin menempatinya. Ya' meskipun nggak terlalu besar dari rumahku yang ditempati adikku. Namun aku mau membersihkan nya aja. Agar terlihat kalau rumah nya diurus. Oh ya kamu tinggal disini?." paparnya kini beralih bertanya pada wanita yang berhijab didepannya.
"Eeeh. Aku tinggal disana? Komplek B kamu nggak perlu aku jelaskan pasti udah tau kan rumahnya yang mana. Hehe." Tak lama kini shely sudah akrab dengan lelaki yang didepannya.
"Btw kita belum kenalan lah. Nama ku aziz kamu siapa?." tanyanya sambil mengulurkan tangan.
"Aku shely anak dari pak malik." jelasnya sambil membalas uluran tangan aziz.
"Yasudah aku pulang dulu ya capek?." ujarnya.
"Capek? Emang abis dari mana?." tanyanya lagi. Membuat shely menoleh.
"Dari bandara anter adikku yang kuliah di singapore." terangnya membuat aziz pun manggut-manggut. Sambil menatap kepergian shely.
'Cantik? Hmm, baik anaknya? Juga sopan? aku kok jadi ingin mendekatinya, Tapi apa pantas aku bersamanya, Haduh aziz sadar? kamu ini ,huh ,dia udah memiliki suami.' batinnya sambil menonyor keningnya sendiri.
***
Sesampai nya dikamar kini shely terbaring diatas kasur menatap langit-langit. Membayanngkan pertemuannya tadi bersama aziz. Tak lama semuanyapun menjadi gelap. Sehingga shely pun kini tertidur sehingga azan ashar pun tak dijalankannya.
Bu ilma dan pak malik pun baru masuk rumah. Lalu mengetuk pintu kamar shely.
Tok. Tok. Tok.
"Shely nak bukak pintunya." teriak bu ilma dari balik pintu kamar shely. Namun tak ada jawaban dari dalam sana. Takut jika anaknya macam-macam didalam. Setelah ditinggal adiknya tadi di singapore.
"Kenapa buk. Shely belum menyahut ya?." tanya pak malik pada istrinya yang sudah kepanikan.
"Iya ini yah shely belum kunjung keluar lah. Ibu jadi panik kan shely baru aja ditinggal anaknya. Lalu sekarang adiknya gimana ini ibu jadi cemas." ucapnya namun terlihat cemas.
"Kalau pintu nggak dibukain. Kenapa nggak ngintip aja dari jendela sana kan masih dibuka." tanya pak malik tenang. Justru kkini istrinya yang kesal pada suaminya. Gimana tidak istrinya panik suaminya justru bersikap tenang. Bu ilma pun pergi ke kamar shely dan melihat di balik jendela kalau shely sedang tidur. Ia pun lantas menutup jendela agar tak sembarang orang melihat. Meskipun tidak dikunci namun cukup menutupnya dari luar sudah terlihat rapat.
Bu ilma pun merasa lega karna anaknya pun tidak kenapa-napa. Lalu menyusul sang suami kekamar ikut sholat ashar.
.
.
Azhan maghrib berkumandang. Kini shely pun terbangun dari tidurnya. Sebab baru saja ia tidur namun sudah terdengar azan.
"Buk." panggilnya setelah keluar dari kamar.
"Iya shel kenapa? Malam-malam teriak." ujarnya. Namun berbeda dengan shely yang terjelinggat kaget. Perasaan tadi tidur sebelum ashar.
"Buk ini_." setelah melihat jam dinding shely pun kembali kekamarnya. Untuk mandi lalu menunaikan sholatnya. Sehingga bu ilma pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
**
20 menit shely didalam kamar kini ia meninggalkan 3 roka'at nya saja. Karna sudah terlewat kini saking lelahnya. shely pun tak pergi makan justru ia kembali terlelap. Sehingga mengabaikan ibunya yang berteriakan. Namun tak lupa ia mengunci semua jendelanya.
Bersambung..