Shofiyah yang memiliki kekasih yang mapan dan baik akhirnya berjodoh dengan lelaki sederhana bernama Ahmad pilihan ayahnya, lika liku pernikahan yang dia alami menjadikan perjalanan rumah tangganya kian kuat dan bisa tetap langgeng hingga tua dan memliki 7 orang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curahan hati Istri
Hari ini tepat tanggal 01 bulan April suamiku mulai bekerja sebagai seorang security Sesuai dengan keinginannya. Jadwalnya terbagi menjadi 3 shift yaitu pagi, siang dan malam . Aku selalu menyiapkan makanan walau dia pulang tengah malam karena suamiku sangat suka makanan yang baru dimasak. Ya perubahan besar terjadi di dalam rumah tangga ku begitupun dirumah orangtua suamiku.
Sejak mengetahui suamiku bekerja orangtuanya sudah jarang meninggalkan aku sendirian dengan berbagai alasan. Entahlah aku tidak terlalu memusingkan nya.
Karena sejak aku kesini aku selalu mengerjakan segala sesuatu nya sendiri bahkan untuk suamiku sekalipun begitupun dengan pengurusan anakku. Hanya saja mertuaku sering membantuku menyiapkan makanan seperti dulu berbeda saat suamiku belum bekerja dia seolah-olah sangat tidak betah dirumah.
Tak apalah yang penting mereka tidak mengambil gaji suamiku saja. Tidak hanya mertuaku sikap suamiku pun mulai berubah yang tadinya sangat perhatian dan membantu segala pekerjaan rumah kini tidak lagi. Ketika dia pulang, dia akan bersantai dan bermain HP untuk menghilangkan jenuhnya dan lelahnya bekerja walau pembahasan rumah tangga kami masih sering membahasnya.
Bahkan aku dan suamiku mulai tidur terpisah karena Umar selalu menangis tengah malam mengganggu waktu tidur malamnya, itulah sebabnya suamiku selalu tidur dikamar yang disediakan untuk tamu atau jika saudaranya datang. Sejak saat itulah aku dan suamiku tidur terpisah walaupun seperti itu hubungan suami istri kami tetap intens hanya saja berbeda tempat.
Aku awalnya tidak mempermasalahkan sikapnya itu karena aku tau dia juga lelah saat bekerja. Maka dari itu saat dirumah dia ingin beristirahat dengan nyaman agar lelahnya berkurang. Setelah beberapa bulan bekerja barulah nampak perubahan signifikan yang terjadi diantara semuanya termasuk hubunganku dengan mertuaku yang semakin dekat mungkin karena aku sebisa mungkin tidak pelit kepada orangtua.
Hanya saja kadang mereka juga keterlaluan tetap saja mengutamakan anak emasnya dibandingkan yang lain. Aku sangat heran kepada mereka bagaimana bisa mereka meminta suamiku memberikan uang kepada saudaranya yang telah menikah dibandingkan suamiku, iparku itu lebih banyak memiliki gaji apalagi dia memiliki warung.
Aku mendengar sendiri bagaimana ketika iparku itu menelpon ibunya mengadukan segala hal dalam rumah tangganya dari A-Z , apa dia tidak tau bahwa tidak boleh membuka aib rumah tangga kepada siapapun termasuk orang tua apalagi jika itu berurusan dengan ranjang dan keuangan.
Dan mertuaku selalu membela putrinya astaga, bukankah mereka paham dengan agama tidak boleh mencampuri urusan rumah tangga anaknya. Astagfirullah...
Aku selalu beristighfar jika membahas saudara perempuan suamiku itu. Jika memang belum siap menikah dan berpisah dari orang tua kenapa mau menikah sekali pun jika itu keinginan orang tua nya. Dia selalu mengadu dan mengeluh belum lagi dia memperlakukan orang tua seperti pembantu ketika di rumahnya.
Mertua perempuan ku yang mengerjakan segala sesuatu di rumahnya mulai dari masak, cuci baju, cuci piring dan yang lainnya padahal dia hanya hamil dan punya anak satu. Bahkan suaminya berasa seperti raja yang harus dilayani.
Aku saja disini memperlakukan mertuaku seperti ratu beliau hanya memasak jika ingin dan mencuci pakaiannya sendiri sedangkan pekerjaan rumah seluruhnya aku yang mengerjakan. Saat aku protes kepada mertuaku mereka hanya menganggap seperti angin lalu..
Aku selalu membelikan apapun keinginan beliau selama dalam hal wajar dan aku mampu. bahkan aku sendiri yang mengantarnya naik ke anaknya itu jika dia menginginkannya belum lagi aku harus selalu membeli cemilan untuk cucu kesayangannya padahal untuk anakku dia sangat jarang menjaganya apalagi membelikannya sesuatu sedangkan cucu dari anak perempuannya selalu mendapatkan nya.
Aku bukan iri tetapi apakah sebegitu pilih kasihnya kah mereka terhadap anak dan cucunya. Sedangkan selama ini aku berusaha untuk tidak protes tapi kali ini aku tidak tahan bukan kah anakku juga cucunya. Mereka selalu beralasan kalau anakku itu tidak dekat dengan mereka makanya mereka jarang menggendong apalagi menjaganya.
Aku meminta suamiku untuk tinggal kos di makassar agar kerjanya lebih dekat. Aku yang memang sudah lelah dengan seluruh sikap kedua mertuaku itu memilih untuk tinggal terpisah aku memang tidak mengatakan alasan utama ku kepada suamiku untuk pindah aku hanya menjaga perasaan yang kupendam selama ini kurasakan terhadap mertuaku.
Aku ingin tetap menjaga hubungan baikku dengan mereka. Kebetulan kos yang ditempati adikku masih memiliki sisa 5 bulan sedangkan dia dan suaminya memutuskan untuk pindah menetap di Sidrap tanah kelahiran suaminya. Jadi dia menyuruhku untuk turun menempati kos nya karena sangat sayang jika ditinggal begitu saja na masih banyak bulannya apalagi suamiku juga bekerja di makassar.
Saat aku mengutarakan niatku suamiku langsung menyambut dengan senang hati karena dia tidak akan terlalu lama diperjalanan saat dia pulang bekerja jika kami tinggal. Berbeda dengan mertuaku mereka seakan keberatan karena siapa lagi yang mau menanggung biaya rumah tangga jika kami pergi.
Dia bahkan memberi tahu suamiku untuk selalu pulang setiap pekan saat dia libur. Ya Allah apakah aku yang terlalu berburuk sangka kepada keluarga suamiku atau bagaimana. Mereka seakan-akan menekan kami dengan tanggung jawab sebagai seorang anak padahal memang kami selalu memberi setiap bulan.
Jujur saja aku malas memberikan mereka uang karena mereka pasti akan memakai untuk pergi jaulah. Belum lagi mereka juga suka memberikan uang itu untuk cucu dan anak emasnya itu. Padahal dia sudah bersuami dan suaminya memiliki uang lebih banyak daripada kami.
Sejak aku tinggal sendri dikos bersama keluarga kecil kami aku semakin berisi bagaimana tidak aku hanya mengerjakan pekerjaan yang tidak terlalu berat karena kos yang kami tempati hanya satu kamar dengan ukuran kamar 3x4 dan wc serta dapur didalam kamar yang berbeda ukuran dengan kamar.
Aku bersyukur dengan hal ini. Hanya saja aku sangat malas jika beliau menelpon suamiku untuk naik saat hari liburnya. Aku tau mereka selalu meminta uang saat kami naik. Aku tidak mempermasalahkannya yang aku permasalahkan uang itu bukan hanya untuk mereka. Jika itu diberikan kepada Khadijah aku tidak masalah tapi ini untuk memberi pada cucu yang jelas orang tua nya ada, serta anak yang sudah menikah...
Kami kos di makassar hampir 2 tahun dan alhamdulillah bisa menabung sedikit untuk persiapan sikecil dalam kandungan ku nanti. Ya saat ini aku mengandung anak kedua ku. Selama aku disini hampir setiap hari ayahku dan adik lelakiku kekos hanya sekedar singgah atau numpang makan karena sejak dulu ibu tiri ku itu memang sangat jarang memasak kalaupun dia memasak itu hanya untuk dirinya dan juga ayahku.
Aku selalu memasak lebih dan pastinya menelpon ayahku dan adikku untuk datang ke kos agar bisa makan bersama karena jujur saja aku memang tipe yang menghindari orang yang membuatku marah karena walau aku seorang akhwat aku kadang suka tidak bisa mengontrol emosi dan perkataanku jika marah dan sakit hati itulah sebabnya untuk menjaga diriku dari menyakiti orang lain maka aku menjahui orang-orang tersebut terutama yang bergelar orang tua baik itu mertua atau ibu tiriku.
Bukan tak ingin bersilaturahmi tapi aku hanya ingin menjaga lisan dan tingkah lakuku agar tak menyakiti orang lain. Aku yang memang sajak dulu memiliki prinsip "kau jual aku beli" Ini sangat susah untuk meredam kan dan mengontrol emosi. Aku selalu ingat kata Murobbiyahku untuk menjaga jarak dari orang-orang yang membangkitkan emosi dan jiwa barbar dalam diriku.