NovelToon NovelToon
Kawan Serumah

Kawan Serumah

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Karangkuna

Mereka bertemu dalam tujuan masing-masing. Seperti kata temannya dalam hubungan itu tidak ada perasaan yang dipertaruhkan hanya ada profesionalitas semata.

Bersama selama tujuh bulan sebagai pasangan suami-istri palsu adalah hal yang mudah pikir mereka. Tapi apakah benar takdir akan membiarkannya begitu saja?

"Maksudku. Kita tidak mudah akur bukan? kita sering bertengkar dan tidak cocok."

"Bernarkah? tapi aku merasa sebaliknya."

***

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karangkuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Akhir Kita

Baswara memutuskan untuk pulang ke rumahnya mengambil beberapa dokumen yang ia simpan di ruang kerjanya. Suasana rumah itu begitu sunyi dan kelam, tiba-tiba terlintas momen manisnya dengan wanita itu, singkat namun berbekas.

Langkahnya yang semula hendak menuju ke ruang kerja sekarang berbelok menaiki tangga menuju ke sebuah ruangan. Dia masuk ke dalam kamar itu dan melihat sebuah kotak biru dengan secarik kertas di bawahnya. Diambilnya kertas itu yang bertuliskan:

"Maaf aku pergi. Jika ada denda dari kontrak yang harus kubayar tolong kabari, akan kubayar."

Pandangannya beralih ke kotak yang di dalamnya berisikan cincin yang dulu berada di jari wanita itu.

"Brengsek!" ucap Baswara murka sembari mengepalkan tangan dan menarik cincin dari jari manisnya lalu memasukannya kembali ke dalam kotak itu. Di pandanginya kotak itu dengan cukup lama kemudian membuangnya ke tempat sampah.

***

Malam itu langit sangat gelap tanpa bintang dan bulan, di bawah sana masih banyak pengendara berlalu-lalang untuk mencapai tempat yang ditujunya. Sementara disebuah ruangan ada seorang pria sedang berdiri menatap dari luar jendela, raut wajahnya menahan kemarahan yang sudah memenuhi dirinya.

"Apa yang kau perbuat?" ucap Panji tanpa memandang wanita lawan bicaranya itu.

"Aku hanya membantu temanku," Sofia istrinya berusaha setenang mungkin menghadapi suaminya itu.

"Kenapa kau sangat terobsesi dengan mereka?" tanya Panji berang lalu berbalik menghadap wanita itu.

Sofia berjalan mendekatinya, "Kita berhutang budi. Kau ingat, dulu saat kau hampir dibuang oleh Barga Rastomo keluarga mereka yang menolong kita. Jadi sudah seharusnya aku memberikan sesuatu yang aku bisa."

"Dengan bekerja sama dengan penipu? Dasar wanita tidak berguna!". Panji pada akhirnya tau hal gila apa yang sudah dilakukan sang istri, sudah terlambat untuk dihentikan pikirnya.

Sementara Sofia agak khawatir namun berpura-pura tetap tenang, "Semua akan baik-baik saja, wanita itu sudah pergi."

Panji lalu mencengkram leher Sofia dengan kasar dan mendekat seraya berbisik di telinganya, "Aku tidak peduli dengan apa yang kau lakukan. Aku hanya menginginkan posisinya, yang anak itu miliki. Jadi jangan menghalangiku." ucapnya kesal dan mendorong Sofia sampai tersungkur jatuh ke lantai.

Setelah suaminya pergi meninggalkan dia yang masih terduduk di lantai, ia merogoh tasnya untuk mengambil ponselnya yang berdering, "Halo, iya nanti tante kesana mungkin sekitar sejam lagi. Berisik sekali, kau sedang di mana Hany?".

"Sedang berada di Foxnite, tante sudah dulu ya," ucap Hany dari seberang sana. Sofia pun berdiri dan membawa tubuhnya pergi meninggalkan ruangan itu.

Hany tiba di klub malam itu sekitar tiga puluh menit yang lalu, ia mendapat kabar dari temannya bahwa Baswara ada di tempat itu, sebuah hal yang mustahil. Baswara tidak pernah ke tempat seperti itu sejak pacaran dengannya dulu dia menghindari dunia malam dan semacamnya meskipun banyak orang yang mengajak ia untuk ikut serta.

Ketika mendengar hal itu Hany tau bahwa ada masalah besar yang dialami pria itu, pasti kehilangan sang ibu menjadi penyebab utamanya.

Baswara duduk di bar ditemani sahabatnya Axel yang sekarang tengah sibuk memberi penjelasan pada sang pacar lewat ponselnya. Pria itu menenggak minumannya sampai tandas, kesadarannya perlahan mulai menurun tapi masih bisa duduk tegak. Hany menghampiri mereka dengan wajah khawatir.

"Jangan bilang kau yang membawanya kemari," ucap Hany sambil melotot kearah Axel.

"Kenapa kau menuduhku? Dia sendiri yang mau pergi ke sini." Axel mencoba membela dirinya yang tak bersalah menurutnya.

Kani lalu menyingkirkan gelas dari hadapan Baswara, "Ayo pulang Bas, berhentilah minum." Sementara itu Baswara menepis tangan Hany yang berusaha memeganginya.

"Dasar brengsek! Ax telepon dia. Suruh dia kemari, suruh dia bicara dihadapanku. Jangan seperti pengecut yang pergi begitu saja," ucap pria itu setengah mabuk.

Axel dan Hany hanya bisa berpandangan lalu mencoba menenangkannya, "Iya nanti kita telepon Kani, tapi sekarang kau harus pulang. Ayo kawan," ucap Axel sambil memapah temannya itu lalu disusul oleh Hany di belakangnya.

Dalam perjalanan mereka berdua diam dan sesekali melirik pada pria yang sudah tidak sadarkan diri di kursi belakang.

"Jadi ini karena Kani?" tanya Hany tanpa basa-basi.

"Dia tiba-tiba pergi dan menghilang begitu saja, lalu tadi sore Baswara menemukan surat yang berisi pesan Kani agar mereka harus berpisah. Dia murka," ucap Axel sembari fokus pada jalanan di hadapannya.

Hany tertegun dan terhanyut dalam pikirannya sendiri, ia tidak tau kalau pria itu punya perasaan yang begitu besar pada Kani. Dia berpikir bahwa pada akhirnya tempatnya dulu sudah tidak ada lagi atau memang di awal tempat itu bukan untuknya.

***

Pagi itu hujan turun membasahi jalanan yang cukup sibuk dipenuhi dengan berbagai macam kendaraan. Sambil memegang payung Kani berjalan menyusuri pemakaman umum Duri Rotan, di tangannya yang lain terlihat sebuah buket bunga lily putih yang nantinya akan dia berikan pada seseorang.

Setelah melewati beberapa blok, akhirnya dia sampai ke makam seseorang yang di nisannya bertuliskan Ratih Ayu Rastomo dia lalu meletakkan buket itu perlahan dan mengusap nisan yanh basaj terkena air hujan.

"Maaf Kani baru bisa datang," ucapnya lirih.

Suara langkah kaki mendekat ke arahnya, Kani berdiri dan berbalik ke sumber suara itu, ternyata ada seseorang yang berdiri di belakang menatapnya dengan ekspresi yang tidak bisa ia jelaskan.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya ketus, Kani terkejut mendengar suara dingin pria itu tapi apa yang dia harapkan. Pria itu pasti sangat kecewa padanya.

"Aku cuma mampir," ucap Kani memandangi pria itu yang masih tetap tampan walaupun memasang wajah tidak bersahabat.

"Kau punya cukup keberanian untuk menginjakkan kakimu di sini." Kani diam saja mendengarnya karena memang tidak ada yang perlu dikomentari pikirnya.

"Kenapa diam saja? Apa suaramu juga ikut pergi bersama dengan otakmu? Sungguh aku tidak ingin melihat wajahmu lagi. Menjauhlah dari pandanganku." Kani menelan ludah dan mengambil napas panjang seraya mencoba bersikap biasa saja padahal dalam hatinya tidak.

"Jangan datang lagi kemari, kau mengotori makam ibuku." Kani hampir menangis mendengar hal itu, dia berusaha menahan diri.

"Baiklah. Aku pergi Bas, jaga dirimu," ucapnya sambil berlalu pergi. Baswara masih berdiri di tempatnya tanpa berniat berbalik ada menoleh sedikitpun.

Baswara terdiam menatap makam ibunya dengan tatapan kosong. Sejujurnya ketika melihat punggung wanita itu ia ingin sekali memeluknya mencurahkan semua kerinduan yang ia pendam, namun bagian terbesar dari dirinya yang lain benci dan marah atas apa yang sudah dilakukannya. Dia tidak pernah menjelaskan apapun dan hanya pergi begitu saja meninggalkan Baswara seperti sampah yang mudah dibuang.

Baswara berada di pemakaman itu cukup lama ketika hari sudah menjelang sore ia memutuskan untuk pulang. Dia pun masuk ke mobilnya dan melaju menuju Hotel Wisteria.

***

Jona tidak percaya dengan apa yang sedang dia lihat, banyak foto berserakan di atas mejanya dan ada seseorang yang sangat dikenalnya, lalu seseorang datang dan menghampirinya.

"Apa Baswara ada di dalam?" tanya seorang pria muda dengan rambut panjang sebahu.

"Maaf anda siapa? Apa sudah buat janji sebelumnya?" tanya Jona dengan pandangan meyelidik. Tapi belum sempat pria itu menjawab bosnya datang dan menyapa pria itu, mereka berdua pun masuk ke dalam ruangan Baswara.

"Katakan ada perlu apa?" tanya Baswara sembari melepas jas hitamnya.

Ale tampak ragu dengan apa yang akan dia sampaikan, "Ada sesuatu yang harus aku katakan."

"Apa? Tentang Hany lagi?" ucap Baswara malas.

"Jelas bukan. Ini soal istrimu?" ucap Ale yang masih berdiri tidak tertarik untuk duduk.

"Entah aku harus mengatakannya atau tidak. Tapi urusan pribadiku bukan hakmu untuk mencampurinya," kata Baswara malas.

"Tentu saja. Yang aku ingin bilang, bahwa konflik dengan istrimu adalah ulah tante Sofia," ucap Ale sambil menatap Baswara yang terlihat bingung dan terkejut.

1
Koirul Rahman
kalau kalian temukan karya ini cepetan deh mulai save di rak kalian... ini cerita paling bagus buat dibaca
Karangkuna: terima kasih untuk dukungannya ya /Smile/
total 1 replies
Norselie
Kak, Novel ini tidak dilanjutkah?
Karangkuna: terima kasih untuk dukungannya /Smile/ ditunggu next part-nya ya.
total 1 replies
Murniyati Mommy
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Karangkuna: terima kasih /Smile/ ditunggu part selanjutnya ya..
total 1 replies
tae Yeon
Seru banget! 🤩
Karangkuna: thanks uda baca, ditunggu next chapter ya /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!