"Mencintaimu dengan Tulus: Kisah Cinta LDR"
Matara Vega Sakti dan Sherina Ayesha Wicaksono, dua mahasiswa semester satu yang menjalin cinta di tengah jarak. Mereka berbagi impian, harapan, dan tawa. Namun, ketika Sherina pulang ke Indonesia untuk liburan semester, perasaan cemburu Vega mulai menggerogoti hubungan mereka.
Konflik memuncak ketika Vega menemukan Sherina dekat dengan teman lamanya. Kesalahpahaman dan kecurigaan membuat hubungan mereka goyah. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk menahan badai?
Di tengah kebimbangan dan kesulitan, Vega dan Sherina harus memilih antara memperbaiki hubungan atau berpisah. Akankah mereka menemukan jalan kembali ke pelukan each other?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LYS Halaman 34
Marina sungguh tidak habis fikir dengan jalan pikir suaminya, kemarin saja saat Vega meminta untuk bertunangan dengan Sherina dia terlihat kurang setuju, lalu kenapa sekarang dia meminta Vega untuk segera menikah, menurut Marina ini sangatlah aneh.
"Papa, hanya ingin melihat momen membahagiakan putra kita, Ma," kata Anton, dia menatap ke lain arah dengan tatapan kosong.
Vega berdiri dan menatap Papa. "Pa, untuk menikah dengan Sherina aku memanglah menginginkannya tapi dengan permintaan Papa yang mendadak seperti ini aku harus berbicara dengan Sherina lebih dulu." kata Vega.
Marina menatap Vega serius. "Veg, kamu masih kuliah. Kamu yakin dengan permintaan Papa?" tanya Marina, dia tentu memikirkan kedepannya akan seperti apa.
Anton menatap Marina. "Ma, Papa punya beberapa perusahaan. Selama ini Papa selalu bekerja keras untuk Vega. Mama tidak perlu khawatir Sherina tidak bisa makan jika bersama Vega," kata Anton, dia sangatlah yakin.
Marina menghela jika suami sudah mengatakan seperti itu dia hanya bisa menurut saja. Semoga kebaikan dan kebahagiaan selalu menyertai orang-orang tersayangnya.
"Veg, sekarang kamu hubungi Sherina lebih dulu bicarakan padanya dengan tenang. Papa akan menyiapkan sesuatu untuk persiapan datang ke rumah Sherina dan membicarakan pernikahan kalian bersama kedua orang tua Sherina," kata Anton, dia menatap Marina sejenak dan segera berlalu ke kamarnya.
Marina menatap punggung suami yang menjauh dari pandangan. Lalu Marina beralih menatap Vega yang telah berlalu menuju kamarnya.
Marina kembali menghela dan menjatuhkan bobot disofa sembari memikirkan permintaan suami yang terkesan berlebihan.
"Papa ini, apa dia sudah terlalu ngebet ingin memiliki menantu ya?" Marina bergumam.
Didalam kamar, Anton tengah mencari sesuatu didalam laci nakas, dia terniat akan membawa sesuatu tersebut untuk melamar gadis yang dicintai Putra-nya. Sesuatu yang sangatlah sederhana tetapi menurut Anton cukup untuk membuktikan bahwa dia sangatlah menghargai keluarga Wicaksono.
Anton tersenyum setelah menemukannya, dia segera membungkusnya dengan kertas kado yang memang selalu ada dalam nakas dan menghiasnya dengan pita.
Setelah selesai Anton meletakannya diatas nakas, dia berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Diruang tengah, Marina memilih tidak terlalu memikirkan keinginan suami. Dia mencoba berpikir positif dan ikut bahagia karena akan segera memiliki menantu yang cantik. Yang terpenting Vega bahagia Marina tentu ikut berbahagia.
Marina berjalan menuju kamar, begitu sampai didalam kamar, Marina tersenyum mendengar gemericik air dari dalam kamar mandi. Marina sudah menduga jika sang suami pasti tengah mandi, Marina memilih menyusul sang suami ke kamar mandi.
Sementara itu dikediaman Wicaksono, Sherina tengah heboh setelah mendapat telepon dari sang kekasih. Saking bahagianya dia sampai meloncat-loncat diatas tempat tidurnya yang super duper empuk.
Tetapi setelah teringat akan sesuatu wajah bahagia Sherina seketika luntur. Sherina turun dari tempat tidur dan duduk ditepian ranjang.
"Aku memanglah bahagia Om Anton meminta segera menikah dengan Vega tapi, apakah Papa setuju?" gumam Sherina, sambil menggigit bibir.
"Sherina! Ayo temani Mama ke salon," seru Citra sambil mengetuk pintu kamar Sherina seperti biasa.
Sherina tersentak mendengar seruan Mama dari depan pintu kamar. Segera, Sherina membuka pintu tersebut dan terlihat Mama berdiri sudah dengan tas jinjingnya.
"Ayo ke salon, kamu sudah lama tidak lulur kan? Mama ingin lulur, yuk sekalian." ajak Citra, saat Sherina sudah dihadapannya.
Sherina terdiam, dia terlihat berpikir.
"Hei, kamu ini kenapa? Mengapa terlihat gelisah, Sherina?" tanya Citra, dia sangatlah pandai memahami ekspresi wajah Sherina dalam setiap keadaan.
"Itu, Ma." Sherina menggantung ucapannya, dia merasa takut ingin mengatakan yang sebenarnya.
Citra mengerut dahi lalu membingkai wajah cantik Sherina. "Itu apa?" tanya Citra, menatap Sherina dengan tatapan lembut.
"Vega menghubungiku. Kata dia, Om Anton memintaku dan Vega untuk segera menikah," kata Sherina, yang mana membuat Citra terkejut.
"Apa katamu? Segera menikah? Apa Mama tidak salah mendengar, Sherina?" tanya Citra, dia kurang percaya dengan apa yang didengarnya, takutnya telinganya yang sudah tidak berfungsi dengan baik.
Sherina menggeleng. "Mama tidak salah mendengar, Mama bisa menelfon Vega jika tidak percaya," kata Sherina, dia menyodorkan ponsel mahal miliknya.
Tanpa menjawab, Citra segera menarik lengan Sherina menuju ke lantai bawah. Citra mengajak Sherina untuk segera menemui sang suami yang tengah bersantai dibelakang rumah, karena hari ini hari minggu tentu Arman tidak pergi ke kantor.
Citra dan Sherina telah sampai dibelakang rumah. "Pa!" panggil Citra, dengan nada sedikit kencang, hingga membuat Arman yang tengah menyeruput kopi terlonjak kaget, beruntungnya kopi tersebut tidak membuat Arman tersedak.
Arman menatap dimana Citra yang berjalan menghampirinya dengan langkah tergesa. "Ada apa, Ma? Mengapa Kamu terlihat tergesa seperti itu?" tanya Arman, dan yang membuat Arman semakin penasaran Citra terlihat menarik tangan Sherina Tidak seperti biasanya.
"Pa, ada kabar baru," kata Citra, dia menuntun Sherina untuk duduk disofa dan meminta Sherina menceritakan semuanya.
Sherina menurut dia segera memulai bercerita dan Arman tentu mendengar kabar yang dibawa oleh Sherina.
..............................
Beberapa menit, Sherina telah selesai bercerita dia menunduk dan sedikit takut dengan respon Papa setelah mendengar kabar bahagia untuknya namun tidak tahu untuk para orang tua.
Tetapi, Sherina dan Citra merasa bingung karena hingga beberapa menit terlewati Arman sama sekali tidak mengucap sepatah katapun.
Sherina dan Citra bertatapan mereka seolah bertanya melalui mata. "Pa, mengapa Papa hanya diam?" tanya Citra, dia telah beralih menatap suami yang terlihat menampakan ekspresi wajah susah ditebak.
Anton menghela lalu menatap Sherina yang menunduk seperti tengah menunggu jawabannya. "Papa, keberatan jika Sherina menikah muda."
Deg
Sherina mendongak dan menatap Papa, dia benar-benar kecewa dengan jawaban Papa, tapi apa yang dikatakan Papa memanglah benar adanya, Dia memanglah masih sangatlah muda untuk menikah.
"Tapi ... Papa pasrahkan semua pada Sherina saja karena dialah yang akan menjalani pernikahan tersebut." kata Arman lagi, yang tentu membuat Sherina menjadi sedikit lega.
Wajah Sherina yang tadi sangatlah tegang kini perlahan mulai tersenyum. Dia sungguh tidak menyangka jika Papa akan mengizinkannya menikah muda.
"Papa, apa Aku tidak salah mendengar?" tanya Sherina, dia ingin mendengar lebih jelas lagi.
Arman tersenyum dan mengangguk. "Tentu tidak, Sherina," jawab Arman.
Sherina tersenyum lebih lebar lagi mendengar perkataan Papa, dia segera berhambur memeluk Papa nya dengan hati yang teramat sangatlah bahagia. Ternyata diizinkan menikah sebahagia ini, Sherina baru paham.
"Terimakasih, I Love Dad," kata Sherina, mencium pipi Papa dan kembali memeluknya.
Citra tersenyum melihat Sherina sangatlah bahagia, dia beranjak dan ikut memeluk suami dan putrinya. "Semoga kebahagiaan selalu menyertai kita,"
lanjut thor