"Kau masih gadis?"
"I-iya, Tuan."
"Bagus. Kita akan membuktikannya. Kalau kau berbohong, kau akan tahu apa akibatnya."
Bab 31
Ketika Carlton sedang melakukan pendinginan di halaman, ia tepat berada di sisi mansion tempat kamar Ariella berada, dan hal menarik terjadi. Carlton memperhatikan dari jauh, ketika Ariella melempar semacam selimut yang diikat kuat dan disambung dengan berbagai kain-ke bawah.
Gadis itu mencoba kabur. Dia bahkan tidak mencoba mencari tahu orang-orang di sekitar halaman mansion, begitu terburu-buru melangkahi pagar besi balkon, lalu gadis itu mulai merosot turun.
Dari mana gadis itu memiliki kekuatan?
Bukankah semalam dia begitu tidak berdaya seperti boneka, pikir Carlton.
Ia memperhatikan Ariella berhasil mencapai setengah perjalanan, gadis itu berpegangan erat-erat pada kain yang menahan beban tubuhnya, lalu dengan mudah gadis itu meluncur ke bawah. Ia mendarat tepat di atas semak-semak bunga mawar, gadis itu mengerang karena kakinya tertusuk duri.
Carlton sudah berada tepat di belakang Ariella ketika gadis itu mencoba keluar dari semak-semak bunga.
"Kenapa kau begitu terburu-buru, Nona?"
Mendengar suara Carlton. Tubuh Ariella langsung tegang. Gadis itu terpaku selama beberapa langsung tegang. Gadis itu terpaku selama beberapa detik sebelum ia berbalik, langsung dihadiahi tatapan tajam dari mata hijau Carlton.
Ariella kikuk. Segala pembelaan di lidahnya seolah hilang secara misterius. Gadis itu mengerjap, merasa bersalah.
"K-kau ... kenapa kau ada di sini?"
Ariella tergagap. Gadis itu terlalu terkejut sampai-sampai tidak melontarkan pertanyaan yang menggelikan.
"Menurutmu apa? Ini mansionku," kata Carlton.
Pipi Ariella bersemu.
"O-oh, kupikir kau pergi bekerja. Aku hanya ingin melihat-lihat taman."
Ariella keluar dari semak-semak, tak peduli meskipun kakinya yang telanjang terasa perih karena tergores. Gadis itu mengambil jarak sejauh mungkin dari Carlton, mencoba mengambil langkah kecil.
Dalam sekejap, Ariella melakukan lompatan cepat dan berlari, tetapi baru beberapa langkah diambilnya, Carlton sudah mendapatkan Ariella.
Mata gadis itu membelalak. Ia berbalik ke arah Carlton, menjadi histeris.
"L-lepaskan aku!"
Carlton tidak melepaskannya, ia menahan pergelangan tangan Ariella dengan kekuatan cengkeraman tak tergoyahkan.
"Kau tidak akan ke mana-mana sampai kita bicara."
"Bicara apa?"
Carlton lalu meraih tubuh Ariella sepenuhnya, mengangkatnya seperti mengangkat sekarung beras, gadis itu menjerit histeris.
"Akkhh! Lepaskan aku!" Kakinya menendang-nendang lemah.
Tukang kebun yang berada di taman menundukkan kepala ketika melihat Carlton dan Ariella, para pelayan dan juga orang-orang keamanan yang melihat adegan itu menjadi gelagapan karena takut dihukum, mereka berdiri sambil menunduk, siap menerima bentakan marah sang tuan.
"James! Pasang teralis besi di jendela gadis ini. Sekarang juga!"
Ariella terus memberontak.
"Kau bajingan, Tuan! Lepaskan aku!"
Kini, Carlton membawa Ariella ke kamarnya di lantai atas.
"Lepaskan aku!"
"Baiklah."
Carlton melepaskan Ariella sekaligus, gadis itu terkapar di tempat tidur.
Ariella langsung duduk tegak, matanya menyala penuh kemarahan, dan dia sudah bersiap untuk melarikan diri lagi.
"Lepaskan aku! Aku hanya ingin pulang!"
"Silakan saja kau coba melarikan diri dari sini, Ariella. Kau beruntung tadi aku menemukanmu. Jika tidak, mungkin kau sudah di makan oleh harimau-harimauku yang kebetulan kelaparan."
Mendengar ucapan Carlton. Wajah Ariella memucat.
"D-di sini ada harimau?"
Carlton melipat tangan di dada. Terlihat puas.
"Aku akan melepaskan mereka ke pekarangan jika kau nekat. Mereka bahkan tidak akan menyisakan tulang belulangmu."
Ekspresi di wajah Ariella menjadi ngeri.
"Kau bohong!"
"Untuk apa?"
Lalu, Carlton beranjak ke pintu.
"Mandi dan ganti pakaian. Kita sarapan bersama."
Pria itu menatap Ariella penuh arti.
"Ada kontrak yang harus kau tandatangani, Ariella."
"Kontrak apa?"
"Kontrak pernikahan kau dan aku.