Tak ada yang bisa menebak akhir dari sebuah perjalanan Cinta, bahkan kadang buta akan Serigala berbulu Domba.
Tak pernah menyangka akan akhir yang begitu tragis, sebuah pengkhianatan dari orang yang dicintai, bahkan bertahun-tahun menjalin ikatan, namun nyatanya hanya sebuah tipuan.
Apalagi kalau bukan demi harta dan tahta, itulah yang menjadi tujuan utama, tidak perduli akan kasih dan sayang yang di utarakan, dan Luka akan tetap Sakit pada Akhirnya.
Jangan bilang Tuhan tidak pernah adil pada kehidupan, pada kenyataannya DIA membuat apa yang di Tanam akan di Tuai, Sakit yang dirasakan tak akan sia-sia, luka yang tertoreh pasti akan ada obatnya, terkadang rasa sakit membuat kita menjadi Luar biasa.
Begitulah keajaiban kehidupan, akan tertulis dalam Novel you're AMAZING, perjalanan seorang wanita dengan semua lukanya, mampu bangkit dan berdiri kembali bersama dengan Laki-laki yang luar Biasa.
Salam sehat, semangat dan jangan lupa bahagia...Sinho.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Datang Kembali
Tatapan matanya membeku.
"Tu tuan Than?" Ucap Sifa.
Laki-laki itu hanya diam, menatap sekejap lalu beralih ke arah Hans yang sudah sampai di hadapannya.
Sifa langsung bergeser cepat di belakangnya, tak peduli laki-laki yang tadi bertabrakan dengannya akan membantu atau tidak.
"Minggir, jangan ikut campur urusan orang" ucap Hans tanpa tau siapa yang ada di depannya.
"Tentu saja" Than melanjutkan langkahnya.
Hans tersenyum menang, melihat Sifa kini kembali sendirian.
"Jangan berani mendekat, atau aku akan teriak!" Ucapnya penuh ancaman.
"Jangan mempersulit semua ini, aku pernah memintamu dengan baik-baik saat kita masih punya ikatan, tapi seribu alasan kamu menolak melakukannya dengan ku, aku diam karena kau lebih berkuasa saat itu, tapi sekarang _"
"Dasar Bajingan, jangan samakan aku dengan wanita murahan yang bisa kau tiduri semau mu!"
"Diam, aku tau kakimu cedera, lari pun percuma, mau teriak?, silahkan, aku akan membalikkan fakta, kita lihat, siapa yang akan kehilangan muka nantinya"
"Jangan harap!" Sifa bersiap melangkah, namun Hans lebih dulu menangkap, dan_
Bug!
Satu hantaman di wajah Hans, langsung pingsan seketika.
Sifa yang melakukannya?, tentu tidak, tapi_
"Tu Tuan Than?" Sifa terkejut saat sadar seseorang sudah melayangkan pukulan.
Jas yang bertengger terlepas, dan Than melemparkan ke Sifa begitu saja.
"Pakai Jas itu, baju atasmu terkoyak" ucap Than.
Sifa baru sadar dan buru-buru memakainya.
"Terimakasih Tuan, maaf merepotkan mu" ucap Sifa berusaha berdiri dan menahan nyeri.
Than berbalik, melanjutkan langkah kembali, namun suara rintihan Sifa membuatnya berhenti, masih membelakangi, Than bertanya "Apa kau bisa berjalan?"
"Bi bisa Tuan, jangan khawatir" jawab Sifa segera merapatkan tubuhnya ke dinding untuk menopang.
Than berbalik, hanya menatap Sifa dan melihat bagaimana wanita itu akan pergi dari sana, namun_
"Akh!"
Brug
Sifa berteriak kesakitan dan terjatuh.
Than menghela nafas, lalu mendekati dan menggendong Sifa tanpa persetujuan.
"Kau ini merepotkan!" Gumamnya.
"Maaf" jawab lirih Sifa dalam gendongan.
Kamar VIP terbuka, Than masuk membawa Sifa dan mendudukkannya di Sofa tak jauh dari tempat tidur yang berukuran cukup besar.
Tanpa berkata apapun, Than mengambil ponsel di sakunya dan menghubungi seseorang.
"Sebentar lagi akan ada yang mengobati mu" Than bicara cukup singkat, lalu membuka lemari dan mengambil satu Jas lagi dan memakainya, lalu pergi begitu saja meninggalkan Sifa yang masih diam dan tidak tau harus berbuat apa.
Tak lama, datang seorang Dokter dan asistennya, rupanya bukan hanya membawa peralatan medis saja, sang Asisten memberikan sebuah baju untuk Sifa setelah selesai pengobatan.
"Aku Dokter Nick, apa kau mengenal Than, oh maksud ku Tuan Than?" Tanya sang Dokter.
Dari yang ditangkap oleh Sifa, sepertinya Dokter ini cukup dekat dengan Than, hingga mengharuskan dirinya berhati-hati.
"Tidak, maksud ku pernah bertemu beberapa kali saja" jawab Sifa.
"Oh, jadi begitu, luka mu lumayan, kakimu terkilir dan sudah aku benarkan, mungkin besok pagi sudah bisa di buat jalan, tapi pelan-pelan, lalu luka-luka memar yang lain, darimana kamu mendapatkannya, apa seseorang telah memukul mu?"
"Ti tidak, tadi ada insiden kecil saja, dan Tuan Than membantu saya, itu saja"
"Oh, jadi begitu, Than, maksud ku Tuan Than berpesan, anda sebaiknya istirahat disini dulu, baru besok pagi pulang, biar keadaan mu membaik"
"Tapi_"
"Tuan Than tidak akan ke sini, jangan khawatir, dia langsung terbang ke luar negeri, jadi santai saja, aku tau kau tidak akan nyaman dengannya, dia laki-laki yang tidak menyenangkan sama sekali" ucap Dokter Nick yang kemudian segera pamit dan meninggalkan nomer ponselnya jika ada sesuatu yang terjadi dengan Sifa, boleh segera menghubungi.
Sifa bernafas lega, setidaknya untuk sementara bisa beristirahat ditempat yang nyaman, sampai dirinya kuat untuk pulang.
*
*
Tiga hari telah berlalu, dan sang Ibu sudah menelepon memberi kabar baik dimana ayahnya sudah bisa pulang karena keadaannya sudah di nyatakan sehat dan aman untuk rawat jalan.
Sifa merasa sangat bahagia dan bersyukur, tapi di saat yang sama juga merasa bingung harus bagaimana, karena berarti hari ini adalah pembayaran terakhir Rumah Sakit.
Dan apa yang terjadi?, akhirnya Sifa berada kembali di tempat sebelumnya.
"Silahkan Nona Sifa, sudah ditunggu di dalam"
"Baik"
Sifa melangkah dan berdiam sejenak, saat tiba di depan pintu, menarik nafas cukup dalam dan menghembuskan perlahan, berusaha menenangkan jantungnya yang berdetak cukup kencang.
Pintu di buka perlahan, tangan kirinya yang memegang sebuah Jas mahal menggenggam erat tanda ketegangan berusaha dikendalikan.
"Maaf Tuan Than" ucap Sifa.
"Hem, duduklah" jawaban di dengar.
Sifa perlahan duduk di kursi didepan meja Than yang masih melanjutkan membuka berkas-berkasnya.
Menunggu sejenak sampai selesai, dan Sifa melihat betapa dinginnya seorang laki-laki yang akhirnya menutup lembaran berkas itu tanpa menoleh ke arahnya.
"Katakan apa maumu?"
Pertanyaan yang membuat Sifa sangat berat untuk menjawabnya, dalam hati berkata, sungguh, seandainya keadaan tidak memaksanya, dirinya tidak akan sudi berurusan lagi dengan laki-laki sedingin salju di hadapannya ini.
"Saya ingin mengucapkan terimakasih, dan mengembalikan Jas anda ini"
"Hem, keluarlah dan berikan pada asistenku" ucapnya tanpa melihat bagaimana raut wajah Sifa.
"Emm, ada lagi Tuan" ucap Sifa saat Than mau beranjak, lalu duduk kembali dan kini baru menatap Sifa, memperhatikan sambil menunggu penjelasan.
"Jangan membuang waktu ku, katakan" ucapnya.
"Saya, masih menawarkan kerjasama yang dulu, dan kali ini_" Sifa menghentikan kata-katanya, bingung sekali harus berkata apa untuk bernegosiasi dengan Than.
"Lanjutkan"
"Saya berharap anda menerima, karena saya butuh_" lagi-lagi, Sifa menahan ucapannya, terlihat sekali kecemasan ada di wajahnya, dan Than menangkap semua itu.
"Uang?" Tanya Than.
Perlahan tapi pasti, Sifa mengangguk, tak perduli lagi bagaimana pandangan Than kali ini, Karena baginya yang terpenting adalah melunasi biaya Rumah Sakit dan ayahnya bisa segera pulang.
"Saya akan bekerja sesuai permintaan anda Tuan" ucap Sifa.
Than terdiam, menautkan kedua jari jemari tangannya di atas dadanya, lalu suara khasnya terdengar.
"Aku juga masih menawarkan hal yang sama, pekerjaan yang bukan sesuai bidangmu"
"Tapi Tuan?"
"Keluarlah, percuma kau disini, aku tak membutuhkan apa yang kau tawarkan"
Sifa menegang seketika, tingkat cemasnya makin bertambah, hingga keringat dingin terasa mulai keluar, dan ucapannya terlontar spontan begitu saja.
"Jika saya menyetujui nya_?"
Than sedikit terkejut, dan kini membenarkan duduknya kembali.
"Teruskan" ucap Than.
"Jika saya menyetujui yng anda inginkan, apa saya bisa mendapatkan uang seratus juta saat ini juga dari anda?" Ucap Sifa tanpa berani menatap Than yang kini menyorot padanya.
Ada senyuman tipis disana, lalu Than mencondongkan sedikit tubuhnya ke meja kerjanya.
"Tentu saja, itu bukan hal yang sulit"
"Apa kita ada perjanjian tertulis?"
"Akan di buatkan" jawab Than.
"Lalu, apa sebenarnya yang anda inginkan dari kerjasama kita?" Sifa memberanikan diri bertanya, kembali menunduk saat sejenak menatap mata Than dan merasa takut.
"Menikah Kontrak"
"Apa?!"
Sifa tentu sangat terkejut, dan kini langsung menatap mata Than yang terlihat santai ditempatnya.
Hola, yuk yang makin penasaran bagaimana selanjutnya, Komennya dong?!
LIKE, HADIAH, dan tonton IKLANNYA jangan lupa.
Bersambung.
kyknya hrs memunculkan pesaing biar mereka sadar akan perasaannya..