Masih berstatus perawan di usia yang tak lagi muda ternyata tidak mudah bagi seorang gadis bernama Inayah. Dia lahir di sebuah kota kecil yang memiliki julukan Kota Intan, namun kini lebih dikenal dengan Kota Dodol, Garut.
Tidak semanis dodol, kehidupan yang dijalani Inayah justru kebalikannya. Gadis yang lahir tiga puluh tahun yang lalu itu terpaksa meninggalkan kampung halaman karena tidak tahan dengan gunjingan tetangga bahkan keluarga yang mencap dirinya sebagai perawan tua. Dua adiknya yang terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan bahkan sudah memiliki kekasih padahal mereka masih kuliah dan bersekolah, berbeda jauh dengan Inayah yang sampai di usia kepala tiga belum pernah merasakan indahnya jatuh cinta dan dicintai, jangankan untuk menikah, kekasih pun tiada pasca peristiwa pahit yang dialaminya.
Bagaimana perjuangan Inayah di tempat baru? Akankah dia menemukan kedamaian? Dan akankah jodohnya segera datang?
Luangkan waktu untuk membaca kisah Inayah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fans Rayyan
Hidup harus terus berjalan, selama kesempatan untuk hidup itu masih Tuhan percayakan. Masih banyak yang harus kita syukuri, memilih mengabaikan hal yang membuat diri semakin terluka adalah pilihan Inayah saat ini.
Inayah sadar, banyak hal yang terjadi di luar kendali dirinya. Kita tidak bisa mengendalikannya sendiri. Masa lalu, pendapat orang lain, penilaian orang lain, ekspresi orang lain, nyinyiran, kebijakan atasan, termasuk hasil dari ikhtiyar adalah hal-hal yang tidak bisa dikendalikan oleh diri sendiri.
Menerima dengan hati yang lapang dan ikhlas menjalaninya, menikmati setiap prosesnya dan mensyukuri semua nikmatNya adalah hal baik yang bisa kita lakukan yang akan terlahir dari hasil pengendalian diri.
Tanpa sadar terkadang kita mengabaikan apa yang ada dalam kendali kita dan lebih fokus pada hal-hal yang berada di luar kendali kita. Padahal fokus kita, emosi kita, reaksi kita, ucapan kita, prioritas kita, tujuan kita, keputusan kita, dan usaha kita adalah hal-hal yang berada dalam kendali diri kita. Itulah yang saat ini sedang Inayah usahakan. Fokus pada apa yang bisa dikendalikan oleh dirinya sendiri.
Sejak mengikuti kajian beberapa hari ke belakang Inayah seolah mendapatkan asupan energi positif untuk lebih fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan oleh diri. Hidupnya bahkan terasa lebih ringan dan bermakna.
"Seger banget, mandi kembang tujuh rupa ya?" Ulfah yang baru datang menggoda Inayah yang wajahnya terlihat lebih fresh hari ini. Dalam hati sahabat sekaligus rekan kerjanya itu bersyukur melihat Inayah yang tampaknya sudah lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Inayah hanya tersenyum lebar menanggapi candaan Ulfah, dia memilih melanjutkan pekerjaannya, fokus dengan layar laptop.
Tok ...tok ...tok ...
"Masuk!" seru Ulfah, terlihat dari kaca jendela ruang BK seorang siswa mengetuk pintu.
"Assalamu'alaikum Bu, saya mau menemui Bu Inayah." Rayyan, dialah siswa itu.
Ulfah tersenyum menyambut kedatangan murid yang katanya paling tampan di sekolah itu. Akhir-akhir ini guru-guru BK mendapat apresiasi dari pihak sekolah karena kembali berhasil menangani siswa yang bermasalah.
Ya, Rayyan adalah murid baru yang termasuk pada katagori siswa yang bermasalah. Tidur di kelas, tidak pernah mencatat, memakai baju seenaknya di sekolah dan masalah-masalah lainnya yang ditimbulkan murid baru itu ketika pembelajaran berlangsung. Di awal-awal kedatangannya ke sekolah itu sempat membuat guru-guru mengeluhkan sikapnya yang seolah tidak menghargai seorang guru.
Namun berkat kesabaran Inayah dalam memberi pengertian dan membimbing Rayyan, murid baru itu kini telah berubah. Rayyan bahkan semakin menunjukkan kecerdasannya. Baru dua bulan sekolah di sana, minggu depan dia akan mewakili sekolah di ajang olimpiade sains antar sekolah se-kabupaten.
Jika Rayyan berhasil lolos dan menjadi pemenang, maka dia akan mewakili kabupaten Garut untuk bertandang di jenjang selanjutnya yang lebih tinggi yaitu tingkat provinsi hingga tingkat nasional.
"Wa'alaikumsalam Rayyan, silakan masuk." Rayyan memasuki ruangan BK itu setelah kembali mengucapkan salam dan dijawab kompak oleh Bu Ulfah dan Bu Inayah.
"Ditunggu ya Rayyan, sedikit lagi pekerjaan ibu selesai." pinta Inayah ramah.
Saat ini Inayah sedang menyusun program kerja untuk dilaporkan ke kepala sekolah.
"Maaf ya Rayyan, Bu Inayahnya lagi dikejar deadline, jadi harap maklum ya kalau harus menunggu lama." Bu Ulfah menghampiri Rayyan yang duduk di sofa yang ada di ruang itu.
"Tidak apa-apa, Bu. Saya akan menunggu, karena saya adalah tipe laki-laki yang setia." jawab Rayyan santai. Dia tidak menyadari jika jawabannua terdengar ambigu di telinga kedua guru itu.
Bu Ulfah tergelak mendengar jawaban Rayyan, sementara Inayah membolakan matanya menatap tajam sang murid yang malah sedang senyam senyum dengan menampilkan deretan gigi putihnya yang membuat Rayyan semakin terlihat tampan. Anak yang berwajah datar dan jarang tersenyum kata orang-orang ternyata tidak berlaku jika di hadapan Inayah.
Pasca kedatangan Farhan ke sekolah, hubungan Inayah dengan Rayyan semakin dekat. Komunikasi di antara keduanya juga sudah semakin sering. Walau pun Inayah tidak mengajar di kelas tinggi tetapi dia cukup sering memasuki kelas Rayyan karena harus mengisi jadwal pembimbingan yang seharusnya dilakukan Bu Habibah yang sering dinas luar.
Inayah mematikan laptopnya. Hati ini Inayah akan membersamai Rayyan mengikuti bimbingan belajar persiapan olimpiade yang akan dilaksanakan tidak lama lagi.
"Ayo, sudah siap mengupas tuntas soal-soal?" seru Inayah antusias.
"Siap Bu!" sahut Rayyan tak kalah bersemangat.
Keduanya pamit pada Ulfah dan berjalan menuju taman belakang dimana Pak Hendra guru Fisika sudah menunggu di sana.
Entah apa tugas Inayah saat ini, sebagai guru BK biasanya dia tidak sejauh ini membersamai siswa yang akan menjadi peserta lomba.Tapi kemarin dia mendadak mendapat surat tugas untuk menjadi pembimbing Rayyan.
Hari-hari yang dilalui Inayah lebih tenang. Tidak ada lagi gangguan apapun dari Farhan. Pesan-pesan masuk dari nomor tidak dikenal yang diyakini Farhan kini sudah tidak ada lagi. Farhan juga sudah tidak lagi pernah menemuinya.
Tenang, itulah yang dirasakan Inayah. Dia sudah berdamai dengan dirinya sendiri lebih ikhlas menjalani kehidupannya. Perihal omongan orang, nyinyiran atau apapun itu Inayah sudah tidak memedulikannya. Begitu pun dengan Ibu yang sudah kembali berjualan di pasar dengan tenang. Indira dan Irfan juga berkuliah seperti biasanya.
"Alhamdulillah ..." lirih Inayah, dia baru saja selesai shalat Dzuhur. Masih membersamai Rayyan belajar dan kini mereka sedang beristirahat.
Hari hang dinantikan Rayyan dan Inayah bahkan satu sekolah akhirnya tiba. Dia mobil beriringan untuk membersamai Rayyan mengikuti olimpiade sains yang dilaksanakan di pendopo kabupaten Garut. Satu mobil berpenumpang kepala sekolah dan guru-guru dan satu mobil adalah siswa para pengurus OSIS yang mewakili sekolah untuk menjadi supporter Rayyan.
"Rayyan, ini untuk kamu." seorang gadis berjilbab datang menyapa Rayyan yang tengah berdiri seorang diri. Dia belum masik ke dalam mobil. Masih menunggu Inayah yang sedang ke ruang BK dulu karena ada yang ketinggalan.
"Apa itu?" tanya Rayyan dengan ekspresi datarnya. Tangannya masih berada di posisi semula, memegang ponsel di tangan kanan dan buku di tangan kirinya. Dia membiarkan murid wanita itu menggantung tangannya.
Sebuah kotak berlapis kertas kado masih berada di tangannya.
'Ini untuk kamu, hadiah kecil dari aku. Selamat bertanding, semoga jadi juara." ucap siswi tersebut tulus mendo'akan keberhasilan Rayyan.
"Terima kasih, tapi kamu tidak perlu repot-repot memberiku hadiah. Maaf aku tidak bisa menerimanya." siswi bername tag Raihan itu terpaku. Baru kali ini dia mendengar Rayyan berbicara cukup panjang. Bukannya tersinggung karena penolakan dia malah membeku karena terpesona saat melihat Rayyan bicara.
"Hana ...kamu ikut?" Keheningan yang beberapa detik sempat tercipta kini buyar karena kehadiran Inayah.
"Bu Inayah ..." Hana terlonjak, dia kaget karena tidak menyadari kedatangan Inayah. Dia buru-buru menurunkan kedua tangannya yang masih menggantung di udara takut ketahuan jika dirinya tengah memberi sesuatu pada Rayyan.
"Apa itu? Terlambat, Inayah sudah melihat sebuah kado ada di tangan Hana.
"Sudah siap Bu, ayo kita berangkat, yang lain sudah menunggu." Rayyan memotong, mengalihkan perhatian Inayah yang tertuju pada kado yang dipegang Hana.
"Sebentar Rayyan, Hana ada yang bisa Ibu bantu?" Inayah yang dapat melihat gelagakeresahan sekaligus ketidakberdayaan Hana merasa Iba.
"Aku ...aku ..."
"Aku apa Hana? Katakan saja pada ibu dangan sungkan." Inayah mencoba meyakinkan.
"Aku ...aku hanya ingin memberi kado ini untuk Rayyan Bu."
"Oya ..." Inayah tersenyum lebar, rupanya tengah terjadi kisah asmara masa remaja. Dia tersenyum geli namun beberapa detik kemudian wajah Inayah.berubah murung.
Ingatannya tiba-tiba melayang ke masa putih abu-abunya. Inayah masih ingat betul bagaimana dulu Farhan mengatakan cinta padanya.
"Ya sudah ayo kamu kasih ..." Inayah tersadar dari lamunannya, dia kembali berwajah ceria. Ingatannya tentang masa lalu kini sudah tidak terlalu mempengaruhinya. Fokusnya kembali pada Hana yang kini yelah menjadi salah satu fans Rayyan secara terang-terangan.
Sayangnya, Rayyan yang menangkap dengan jelas perubahan raut wajah Inayah yang sempat sendu mengartikan lain dalam hatinya.
Senyum tipis pun terlukis di wajahnya. Senyum yang sangat tipis, Inayah dan Hana bahkan tak mampu melihatnya.
padahal aku pengen pas baca Inayah ketemu sama siapa ya thor...🤔🤔🤔🤔🤔 aku kok lupa🤦🏻♀️