NovelToon NovelToon
Terjebak Nikah Dengan Dosen Killer

Terjebak Nikah Dengan Dosen Killer

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Dosen / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:400.9k
Nilai: 4.6
Nama Author: Puji170

Agnes tak pernah menyangka, sebuah foto yang disalahartikan memaksanya menikah dengan Fajar—dosen pembimbing terkenal galak dan tak kenal kompromi. Pernikahan dadakan itu menjadi mimpi buruk bagi Agnes yang masih muda dan tak siap menghadapi label "ibu rumah tangga."

Berbekal rasa takut dan ketidaksukaan, Agnes sengaja mencari masalah demi mendengar kata "talak" dari suaminya. Namun, rencananya tak berjalan mulus. Fajar, yang ia kira akan keras, justru perlahan menunjukkan sisi lembut dan penuh perhatian.

Bagaimana kelanjutan hubungan mereka? Apakah cinta bisa tumbuh di tengah pernikahan yang diawali paksaan? Temukan jawabannya di cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Detik terasa berhenti. Agnes terpaku, matanya membelalak melihat Fajar yang berada tepat di atasnya. Nafasnya tercekat, sementara jantungnya berdegup kencang, nyaris tidak terkontrol. Situasi ini benar-benar di luar dugaannya, sesuatu yang bahkan tidak pernah ia pikirkan bisa terjadi.

Fajar juga terlihat terkejut, tapi ia lebih cepat menenangkan dirinya. Tatapannya berubah—bingung, lalu menjadi lebih lembut, meski masih menyiratkan ketegasan. Bibirnya sedikit terbuka, seperti ingin bicara, tapi Agnes buru-buru mendorong dadanya, mencoba mengusir jarak di antara mereka.

"Ya ampun, Bapak!" Agnes berseru, suaranya lebih tinggi dari biasanya. "Ngambil kesempatan dalam kesempitan banget, sih!"

Fajar mengangkat alis. "Kesempatan apa? Kamu yang narik aku," balasnya santai, meski nada bingung masih terdengar di suaranya.

Agnes membelalakkan mata, menatapnya penuh rasa tak percaya. "Bapak tahu nggak, itu ciuman pertamaku?" ucapnya setengah berteriak, wajahnya memerah antara malu dan kesal.

Fajar menatapnya beberapa detik, lalu menjawab dengan tenang, "Iya, tahu."

Agnes langsung bangkit. "Hah? Tau dari mana?" Suaranya penuh curiga, seperti menuntut jawaban.

"Ya, barusan kamu kasih tahu," jawab Fajar sambil mengangkat bahu, ekspresinya tetap datar tanpa dosa.

"Fajar Alaska!" Agnes mendengus kesal, memanggil nama lengkapnya seperti sedang memarahi anak kecil. Ia menggigit bibirnya, mencoba menahan luapan emosi yang sudah di ujung kepala.

Fajar hanya menatapnya, bingung. Apa yang salah? Ia merasa jawaban tadi sudah cukup logis. Tapi daripada memperpanjang situasi, ia akhirnya memutar tubuhnya sambil berkata, "Aku ada yang harus diurus. Kamu istirahat dulu, ya."

Tanpa menunggu balasan, ia melangkah keluar kamar.

Agnes menatap pintu yang kini tertutup, lalu membanting tubuhnya ke ranjang. Tangannya menutupi wajahnya yang masih panas. "Astaga... kenapa dia harus segitu cueknya? Gak ada rasa bersalah sama sekali," gumamnya, mencoba meredakan rasa kesal dan malu yang bercampur jadi satu.

Sementara itu, di luar kamar, Fajar menyentuh bibirnya sejenak. Matanya menatap lurus ke depan, pikirannya melayang pada apa yang baru saja terjadi. "Ciuman pertama, ya..." gumamnya pelan, senyum kecil tersungging di wajahnya sebelum ia melangkah pergi.

***

"Hah, kamu serius, Nes? Haruskah aku bikin acara potong tumpeng untuk merayakan kalau bibirmu sudah tidak perawan lagi?" sahut Berta dengan nada menggoda, setelah mendengar cerita Agnes.

Agnes menghela napas panjang. Saat ini mereka sedang berbincang lewat ponsel, dan dia butuh tempat untuk meluapkan kekesalannya. Tapi bukannya mereda, amarahnya malah semakin memuncak mendengar respons sahabatnya yang santai.

"Ta, kamu ini sahabat macam apa sih? Bukannya ikut prihatin, malah ketawa-ketawa nggak jelas!" protes Agnes. Suaranya terdengar frustasi. "Dua puluh dua tahun aku menjaga ciuman pertama itu buat suamiku yang sebenarnya, dan sekarang hilang begitu aja. Seenaknya banget!"

Di seberang, Berta malah tertawa terbahak-bahak. "Hilang begitu aja? Nes, plis deh, ini ciuman pertama, bukan sendal di masjid."

"Kamu ketawa terus, aku blokir, ya!" ancam Agnes sambil mengerucutkan bibir, meski tahu ancamannya mungkin takkan ditanggapi serius.

"Eh, santai, dong. Lagian, Nes, dengerin deh. Fajar itu suamimu sekarang, kan? Jadi teknisnya, keinginanmu buat ngasih ciuman pertama ke suami udah tercapai. Ya, walaupun nggak sesuai rencana... tapi tetep, kan?" Berta menjawab, masih dengan nada bercanda.

Agnes mendesah berat. "Aku tahu dia suamiku sekarang, tapi kamu juga tahu, aku sama dia nikahnya karena keadaan. Aku nggak cinta dia, Ta."

"Ya terus, kenapa? Mau nikah terpaksa atau enggak, tetap aja dia suamimu," jawab Berta, suaranya mendadak lebih serius. "Jujur, Nes, aku tuh kadang kasihan sama Pak Fajar, loh."

"Kasihan? Maksudmu apa?" Agnes bertanya, keningnya berkerut.

"Ya kasihan, dosa apa sih dia sampai harus dapat istri kayak kamu?" Berta meledak lagi dengan tawa.

"Sahabat laknat kau!" balas Agnes dengan nada gemas.

Berta mencoba meredam tawanya, meski suaranya masih terdengar geli. "Tapi serius, Nes. Aku lihat Pak Fajar itu bukan orang sembarangan. Dia nggak salah apa-apa, malah aku rasa kamu yang menjebak dia dalam pernikahan ini. Apalagi dengan misi gilamu itu."

"Misi apaan lagi?" tanya Agnes seakan lupa apa yang sudah ia targetkan.

"Ya, misi kamu buat bikin dia ngucap talak, apalagi! Nes, aku rasa itu bakal sulit banget. Pak Fajar itu udah matang secara usia, kepala tiga, gitu. Dia bukan tipe yang bakal main-main sama pernikahan."

Agnes mendengus. "Justru itu masalahnya, Ta. Pokoknya aku nggak mau seumur hidup nggak bisa bebas. Aku harus dapat kebebasan itu, apa pun caranya!"

Berta terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata dengan nada bercanda, "Kamu kayak aktivis kebebasan yang nyasar ke drama rumah tangga. Tapi ya udah, semangat deh, Nyonya Alaska!"

"Jangan cuma kasih semangat, kasih tahu aku gimana caranya bikin dia kesel sama aku. Tadi aku udah bilang dia tua, tahu nggak? Bukannya marah, dia malah sabarnya sepanjang Sungai Nil," keluh Agnes, frustrasi.

Berta terkekeh, "Wah, gila kamu. Pantes kalau ada yang kasih predikat istri durhaka buatmu!"

"Tata, jangan bikin aku makin kesal, dong!"

"Habis, gila kamu tuh nggak ada obatnya."

"Udah, berhenti bercanda. Kasih aku ide biar dia benar-benar kesal," pinta Agnes, suaranya penuh tekanan.

Berta di seberang sana terdiam, meski wajah berpikirnya tentu tak bisa dilihat Agnes. Tak lama kemudian, dia berkata, "Gimana kalau kamu jadi istri matre? Habisin uangnya sampai dia pusing."

"Kamu yakin itu bakal berhasil?" Agnes menyipitkan matanya, meski Berta jelas tak bisa melihat ekspresinya.

"Menurutku masuk akal. Pak Fajar itu kan orangnya sederhana banget. Pekerjaannya cuma dosen pengganti, nggak kaya pengusaha-pengusaha yang hidupnya berlebihan. Kalau kamu tekan ekonominya, dia pasti bakal marah. Atau kalau dia nggak marah, minimal keluarganya bakal curiga kamu cuma mau habisin uangnya. Lumayan kan, bikin mereka mikir dua kali soal pernikahan kalian?" jelas Berta dengan penuh keyakinan.

Agnes menarik sudut bibirnya, merasa ide itu cukup cerdas. "Oke, Ta. Kalau soal ide gini, kamu memang jagonya. Tapi jangan lupa belajar biar Cepat lulus dan nikah, kasihan Bu Rumsiah pengen cepat punya cucu."

"Dih, ini kenapa malah aku yang kena ceramah, sih?" protes Berta, setengah kesal setengah geli.

Namun, suara Berta yang meninggi itu tak lagi terdengar oleh Agnes. Dengan tenang, Agnes memutuskan sambungan telepon dan mulai merencanakan aksinya sesuai saran sahabatnya.

"Jangan salahkan aku kalau bikin kamu jatuh miskin, Fajar Alaska," gumam Agnes menarik sudut bibirnya.

Agnes menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri sebelum keluar dari kamar. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Fajar sudah berdiri di ujung lorong. Wajahnya tenang, kedua tangannya dimasukkan ke saku celana.

"Mau ke mana?" tanyanya, suaranya datar dengan alis yang sedikit terangkat.

Agnes mencoba tetap tenang meski dadanya berdegup kencang. "Mencari Bapak. Ada yang mau aku bicarakan," jawabnya, suaranya terdengar lebih terkendali dari yang ia kira.

Fajar melangkah mendekat, berhenti beberapa langkah di depannya. Tatapannya datar namun tajam. "Katakan saja. Aku dengar."

Agnes meneguk ludah, hatinya sempat goyah. Namun, ia memantapkan diri, menatap langsung ke mata Fajar. "Aku minta semua tabunganmu," katanya, tegas namun dengan suara yang sedikit gemetar.

Fajar menatapnya lama, tetapi ekspresinya tetap sulit ditebak. Bukannya marah seperti yang Agnes bayangkan, sudut bibirnya justru terangkat membentuk senyum kecil. "Untuk apa?" tanyanya pelan, nada suaranya terlalu santai hingga membuat Agnes sejenak kehilangan kata.

1
Alanna Th
polooos amat agnes! pk dosen smp mesem" saking gemesnya! mana tahan!
Alanna Th
bukan pisang, nes; tapi meriam /Facepalm//Facepalm//Kiss/
Mu Shofihin
semangat
Hayurapuji: terimakasih kakak
total 1 replies
Alanna Th
sama aja dg mngumumkn bhw agnes n fajar sdh tdr bareng /Facepalm//Joyful/
Hayurapuji: terkadang agnes diluar nurul
total 1 replies
Alanna Th
biasanya kalo ada tabrakn smcm itu, tandanya othor bakak mnjdhkn mrk
Hayurapuji: gak kak serius enggak
total 1 replies
Alanna Th
Aaaa, kelepasan tuuuh
Alanna Th
waaa, nenek ksh jamu apa tuh?
Alanna Th
mati brdiri deh sang pelakor
Alanna Th
ck ck ck, bnr" swami idaman
Alanna Th
bisa gk liat iklan, matikn dulu nt nya lalu balik spt baru akan baca lnjtnny. aq juga kezel kl iklannya panjang", kdg 2 pula
Alanna Th
penazaran apakh fajar msh prjk? /Grimace//Facepalm//Joyful/
Alanna Th
waaa, trciduk keamann; dnikahkn hari itu juga?
Hayurapuji: enggak kak enggak hihi
total 1 replies
Chin Hong Tan
Luar biasa
Hayurapuji: terimakasih kakak
total 1 replies
wan hasma
Lumayan
Hayurapuji: terimakasih
total 1 replies
Muchamad Ridho
udh kuliah ko GK ngrti yg begitu..bnyk informasi lwat media..pelajaran d sekolh jg ada x..polos apa bodoh..
Hayurapuji: sepertinya dia terlalu grogi jdi ngehank balik ke Pentium 1
total 1 replies
eci
bikin s² nya cerita nya tentang rega berta dan serly punya pasangan
Hayurapuji: kita nyari hilalnya dulu kak heheh...

terimakasih sudah mampir
total 1 replies
Wayan Sucani
Luar biasa
Hayurapuji: terimakasih kakka
total 1 replies
Ririn Nursisminingsih
udah nes jalani aja
Triokta
suka penyelesaian nya..
Hayurapuji: siap kak terimakasih
total 1 replies
Diana Resnawati
Luar biasa
Hayurapuji: terimakasih kakak. jangan lupa mampir di karya Autor yang lain ya kak, benih pengikat kaisar.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!