NovelToon NovelToon
Adik Angkat Tersayang

Adik Angkat Tersayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / EXO / Trauma masa lalu
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Chinchillasaurus27

Tentang kisah seorang gadis belia yang tiba-tiba hadir di keluarga Chandra. Gadis yang terluka pada masa kecilnya, hingga membuatnya trauma berkepanjangan. Sebagai seorang kakak Chaandra selalu berusaha untuk melindungi adiknya. Selalu siap sedia mendekap tubuh ringkih adiknya yang setiap kali dihantui kelamnya masa lalu .

Benih-benih cinta mulai muncul tanpa disengaja.

Akankah Chandra kelak menikahi adiknya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chinchillasaurus27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Emang Onar Banget

Dengan kondisi moodku yang abis nangis ini, aku perlahan melangkah menuju kelas.

Sambil jalan sesekali aku lihat pantulan wajahku ke cermin.

"Anjir sembab banget mata gue!"

Langsung aja, aku berlari ke arah kamar mandi.

Eeett belum sampai kamar mandi betapa kagetnya aku melihat Jevin ada disana.

"Loh yang kamu ngapain disini?" tanya dia.

Lah bukannya kebalik, harusnya aku dong yang nanya dia kenapa ada disini. Ini kan kamar mandi cewek.

"Emm... Anu aku tadi disuruh seseorang katanya mau bahas rapat osis."

Hah?

Gak salah?

Kenapa bahas rapat di kamar mandi gini?

Aku yang gak pengen terlihat terlalu curiga akhirnya angkat bicara. "Oh gitu, kalo gitu aku ke kelas duluan ya Je. Bye..."

Aku bergegas pergi dari tempat itu mengurungkan niatku tadi yang pengen cuci muka dahulu.

Waktu berlalu, sekarang bel masuk hampir memasuki saatnya. Tapi...

"Jevin mana ya kok gak dateng-dateng?" batinku.

Setelah ketemu di kamar mandi cewek tadi sekarang Jevin belum juga nongol.

Heran kan, aku mau berpikir positif tapi tetep aja gak bisa.

Siapa sih lawan bicaranya yang mau bahas rapat osis di kamar mandi cewek itu? Aaakhh aku kepo.

"By pacar lo gak masuk ya?" bisik Refran.

Refran ini satu-satunya orang yang tau duluan diantara anak-anak sekelas soal aku pacaran sama Jevin.

Kenapa Refran bisa tau? Karena kemarin Jevin keceplosan memanggilku dengan sebutan 'yang' didepan Refran. Tapi untung Refran bisa diajak kerja sama, dia janji gak bakalan ember.

"Hello Gaby? Kok lo bengong sih?" Refran menggerak-gerakkan telapak tangannya ke depan mukaku.

"Ohh... Eemmm Jeje masuk kok, tadi gue ketemu di ka-ntin."

"Oohh ya syukur deh." ucap Refran sambil menampilkan senyum meledek bilaik 'ciee yang baru aja jadian ciee...'

Tiba-tiba yang kita nanti-nanti akhirnya nongol.

Jevin datang dengan mengulas senyum yang biasanya dia tunjukkan itu.

"Alhamdulilah. Belom dateng ya guru seni budaya-nya yang?" bisik Jevin sembari mendudukkan pantatnya.

"Belom."

Jevin berdiri. Dia memasukkan seragamnya yang keluar dari celana. Kok tumben seragamnya rusuh kayak gitu. Ah mungkin gara-gara naik motor tadi.

Ettt ta-tapi...

Waktu kita ketemu dikamar mandi cewek tadi dia masih rapi. Aku inget betul.

Astagfirullah aku gak mau suudzon.

"Jamkos lagi Je?" tanya Jiko dari belakang.

Sontak Jevin membalik tubuhnya menghadap ke belakang.

Bentar, aku lihat sesuatu. Leher Jevin kenapa njir? Ada bercak merah keunguan yang bertengger di lehernya, sebelah kiri.

Deg

Aku udah gede, aku udah tau hal-hal yang menyangkut begituan.

Enggak! Gak mungkin Jevin kayak gitu. Dia kan anak baik-baik.

Jevin gak mungkin selingkuh!!!!!

"Enggak jamkos. Tunggu aja Pak Kusuma pasti bentar lagi dateng." Jevin menjawab pertanyaan Jiko tadi.

Jevin mendudukkan pantatnya kembali. Dia kini menatap wajahku.

"Leher kamu kenapa?"

Jevin langsung membulatkan matanya karena pertanyaanku tersebut.

...***...

Sekolah telah usai, kini waktunya pulang.

"Yang stop!" Jevin menggenggam tanganku, dia menahan aku yang mau pergi ke gerbang depan.

Sekarang keadaan sekolah udah sepi, hanya ada satu dua aja anak yang lalu lalang, aku gak perlu khawatir dengan tindakan Jevin ini.

"Aku kan udah bilang, aku gak selingkuh yang. Sumpah. Kamu cuma salah sangka, ini tadi gak tau digigit hewan apa." ucap Jevin sembari menunjuk lehernya.

"Iya iya aku percaya."

Aku sebenernya gak mau suudzon, tapi berdasarkan semua bukti yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri tadi hmmm...

Udahlah aku gak mau urusannya jadi panjang.

"Aku anterin pulang ya?"

Aku pun mengangguk.

Motor Jevin akhirnya sampai tepat di depan rumahku. Setelah mesinnya mati aku lalu turun.

"Makasih ya."

Jevin mengangguk, kemudian melepaskan helmnya. Dia turun dari motornya itu.

"Aku boleh mampir gak?" tanya dia.

Kok tumben dia nyempetin mampir di rumahku. Biasanya langsung capcus pulang.

"Yuk." ajakku. Kita berdua berjalan menuju rumah.

Saat aku buka pintu rumah tiba-tiba...

"Eh kalian udah pulang ya?" Kaget aku, karena Chandra sudah pulang, tapi dia tidak sendiri. Dia dengan kak Ken dan kak Sean.

Mereka bertiga kemudian kompak mengangguk atas pertanyaanku barusan.

Seketika aku kikuk di tempat, pasalnya aku juga tengah membawa seseorang...

"Oh iya kenalin, ini namanya Jevin." ucapku sambil nunjuk Jevin yang ada di sebelah kiriku. Jevin lalu menundukkan badannya 90°.

"Oh iya Je, yang itu kakak gue namanya Chandra."

Lahh aku ini apaan sih, kan kemarin-kemarin Jevin udah pernah ketemu sama Chandra. Duhh.. Malu aku. Pasti kelihatan kalo lagi canggung nih. Pasti Chandra menilaiku begitu. Ahh ketahuan kan kalo aku emang lagi kikuk.

Oke By, tenang!

"Emm... Kalo yang tengah itu namanya kak Sean, dan yang sebelahnya lagi namanya kak Ken."

Jevin pun mengangguk.

"Duduk sini dulu ya, gue buatin minum dulu." suruhku pada Jevin.

Jevin lalu mengangguk kembali.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Chandra's POV

Gaby melangkahkan kakinya menuju dapur. Mau bikin minum buat tamunya ini katanya.

'Sok manis banget nih anak. Senyam senyum mulu dari tadi.' batin gue, dalam hati.

Gue menoleh ke arah Sean dan Ken lalu mereka menoleh balik ke gue. Gue mengangguk sebentar memberi kode 'gas tanyain kuy!'.

Gue berdehem untuk membukanya.

"Jadi lo pacarnya adek gue?" tanya gue dengan tatapan serius.

Anak klx ini mengangguk.

Widihhh langsung to the point sekali. Sok pemberani nih bocah!

Setelah mendengar tanggapan bocah itu, gue lantas ngelihat ke arah Ken sebentar. Dia mengangkat salah satu sudut bibirnya. 'Tuhkan Chan', kurang lebih seperti itu mungkin kata batinnya.

"Udah pacaran berapa lama?" kali ini yang nanya Sean.

"Belum ada satu bulan Kak." jawab anak klx. Si Sean manggut-manggut.

Yaiyalah belum ada satu bulan, orang Gaby sekolah di sana aja masih 3 minggu. Seharusnya Sean gak perlu tanya hal itu dong, ah malu-maluin.

Ken tiba-tiba maju mendekat ke anak klx. Dia lalu duduk di sebelahnya. Ken ngelihat wajah anak klx lekat-lekat sambil megang pundaknya.

"Emang lo siapa berani-beraninya pacaran sama Gaby?" tanya Ken sambil menyeringai.

Haduh si Ken gak bisa santuy nih. Dia terlalu berlebihan.

"Ken." panggil gue. Ken menolehkan kepalanya ke arah gue. Gue menggeleng pelan ke Ken, lalu dia langsung mindahin tangannya itu.

Gue berdiri sambil melipat kedua tangan gue di depan dada.

"Denger ya bocah. Kalo lo macem-macem sama adek gue, lihat aja.... Lo gak bakalan bisa lolos gitu aja dari kita."

Bocah itu cuma menatap gue dengan tatapan tidak berdosanya.

Tiba-tiba Gaby udah dateng sambil bawa 5 gelas teh di nampan.

"Maap ya lamaa." ucap Gaby sambil nurun-nurunin kelima gelas itu.

Dia kemudian ngelihat ke arah kita.

"Kok pada diem?" tanya dia. "Lah kakak ngapain berdiri-berdiri gitu?"

Gue cuma mendesah, lalu duduk kembali.

Gaby sama anak klx kini memilih duduk di teras depan. Mereka ngobrol-ngobrol disana gak di ruang tamu sama gue, Sean, Ken.

Kita sesekali cuma ngintip dari balik kaca jendela ruang tamu.

Sean mulai mendekatkan dirinya lagi ke jendela. Entahlah, dia mau nguping pembicaraan si Gaby sama bocah klx kali. Diantara kita bertiga cuma Sean doang yang yang paling grusak-grusuk penasaran.

"Udahlah duduk aja lo!" suruh gue pada Sean.

"Gue kepo bang." ucap Sean sambil clingak-clinguk.

"Ayok pindah ke ruang tv aja, gue ngantuk. Hoammm...." Ken udah nguap.

Kita bertiga lalu menuju ruang tv. Ken langsung ngerebahin tubuhnya di sofa. Gue ngehidupin ps, gue ajak si Sean main ps aja.

"Lo kenapa kok muka lo lempeng kayak Dio gitu?" tanya gue pada Sean. Gak biasanya deh tuh anak.

"Dia galau Chan, liat adek lo sama pacarnya." sahut Ken yang ternyata belum tidur.

Sean gak terima dengan omongan Ken. Sebuah bantal pun terbang ke arah Ken.

"Awww." pekik Ken saat bantal itu berhasil mendarat tepat di wajahnya.

Sean mendengus lemah. Kayaknya bener deh kata Ken, dia lagi galau nih. Salah sendiri gak nembak-nembak Gaby dari dulu. Keduluan orang kan jadinya.

"Bang, tapi masih gantengan gue kan?" tanya Sean.

...***...

Hari udah mulai petang, Ken dan Sean udah pulang. Anak klx juga barusan udah pulang. Mana pakek acara pamitan juga ke gue tadi.

"Kak saya pamit dulu ya." ucap anak klx tadi sambil salaman.

Kak kak palanya kotak kali kak. Gue ogah jadi kakaknya. Gausah sok akrab deh.

Kok gue kesel ya. Hmmm, udahlah. Lupain.

Btw Gaby kemana ya?

Seperginya pacarnya tadi si Gaby gak keliatan. Dia lagi ada dimana sih?

"By... Gaby..." panggil gue sambil jalan ke lantai atas.

Nah, tuh dia.

Si Gaby lagi liat rintik-rintik gerimis di balkon.

Lah... dia itu kenapa sih?

Gue perlahan memeluknya dari belakang. "Anak yang tadi nakalin kamu ya? Bilang aja dek biar kakak kasih pelajaran."

Gaby perlahan mendongakkan kepalanya buat natap gue. "Enggak kak."

Gue liat matanya, tersirat kesedihan disana. Kira-kira apa ya yang membuat adek gue sedih kek gini?

"Kak..."

"Hm?"

"Aku kangen banget sama mama."

"Hmmm.... sabar ya dek, lusa kita ke Solo nemuin mama. Tahan dulu ya."

Gaby perlahan mengangguk.

Tak berselang lama air-air dari langit mulai berjatuhan. Hujan akhirnya turun, membuat suasana seketika menjadi dingin.

"Buruan mandi ya, kalo nanti-nanti bisa pilek." suruh gue pada Gaby.

...***...

"GABYYYY!!!!!"

"Udah dibilang jangan masuk ke kamar gue!"

Gue yang baru aja selesai mandi auto syok ngeliat keadaan kamar gue.

Diobrak-abrik dong kamar gue sama Gaby. Mainan-mainan superhero gue kini berserakan di ranjang. Sprei gue udah lecek gak karuan pasti tadi dia abis loncat-loncat di atas ranjang gue kan?????

Hiiiiiiihhhhhhhh.

Gaby sekarang lagi manjat ke rak buku gue. Dia mau ambil sebuah buku. Pecicilan banget nih anak, kalo jatoh gimana coba. Gue bantu pegangin raknya supaya gak roboh.

"Eh jangan baca yang itu!"

Gue lalu ambil majalahnya, gila nih anak mau baca majalah dewasa punya gue. Gue marahin dong dia. Gaby akhirnya ngambek, lalu keluar dari kamar gue.

Gini nih kalo kamar lupa gak gue kunci, Gaby main terobos aja. Gue yang masih lilitan handuk ini lalu beresin kamar gue yang udah kayak kapal pecah.

Pusing banget gue lihatnya.

Kampret! Gaby nyentuh semua barang milik gue. Bukannya gue itu pelit, enggak. Gue cuma khawatir kalo lecet. Ini tuh mahal semua.

"Aaaakkh!"

Gue menjerit saat tahu senar gitar kesayangan gue udah kendor semua. Siapa lagi kalo bukan Gaby pelakunya.

Langsung aja gue ke kamar dia sambil bawa gitar gue ini. Gue mau marahin dia pokoknya.

"Liat gak ini lo kan yang bikin kayak gini?" tanya gue sambil memperlihatkan gitar gue ke Gaby.

Dia menggeleng. Halah jelas bo'ong.

"Udah dibilangin jangan main diputer-puter ininya! Susah tauk nyetelnya!"

Dia gak gubris sama sekali. Dia cuma ngelihat gue sebentar lalu lanjut nonton drakor di laptopnya.

Huhh...

Gue mendengus sebal. Gue keluar, lalu menuju ke kamar gue. Gue duduk ditepi ranjang lalu coba nyetel gitar gue.

Tiba-tiba Gaby masuk lagi.

"Kenapa kesini lagi?" tanya gue yang masih kesel.

Dia cuma senyam-senyum gak jelas. Hingga akhirnya dia ngomong. "Boleh gak aku karaokean?"

"Gausah!"

"Ayo dong bentarrr aja." rengek dia.

"Gak gue lagi marah nih!"

"5 menittttt."

"Tapi suara lo jelek, cuma bikin gue pusing By." ucap gue.

Gaby itu gak bisa nyanyi, gak ada bakat, dilatih pun juga gak bakalan bisa.Yang ada malah stress pelatihnya. Dia tuh suaranya cempreng, pokoknya jelek banget deh suaranya. Telinga gue langsung sakit kalo denger.

Gaby tetep maksa, dia mohon-mohon sama gue. Bahkan dia mau ambil micnya sendiri.

Yaudah dengan terpaksa gue bolehin dia karaokean. Gue siapin mic sama lagunya buat karaokean, kalo dia ngambil sendiri terus nyetel sendiri yang ada peralatan gue rusak karena dia mencetnya asal-asalan.

Gue kecilin volume nya sampek pelan banget. Eh dia langsung protes katanya gak kedengeran. Oke gue gedein dikit.

Udah ya gue mau keluar dulu, gue gak mau denger Gaby nyanyi didalem. Gak tahan sama suaranya.

Sejelek apasih suaranya Deby? Sumpah juelek bangetttt, Deby napas aja udah fals gimana mau nyanyi cobak. Semisal ikut Indonesian Idol mah, si Deby itu baru ngelangkahin kakinya masuk ke ruangan audisi aja udah dikick sama jurinya.

Gue nungguin Gaby selesai nyanyi di kamarnya aja. Anggap aja kita lagi tukeran kamar buat sementara.

Gue merebahkan diri di ranjangnya. Enaknya ngapain ya? Aah main game diponsel ajalah.

Ngiiiiiiiiuuuuiinggggg!!!!

Astaga diapain itu mic gue!

Gue langsung lari ke kamar gue.

"Lo ap-"

Gue sangat kaget, Gaby ngerusakin mic gue itu. Kepala mic gue dicopotin sama dia.

Langsung aja gue ambil micnya dari tangan dia. Sumpah gue mau nangis. Gue kira ini cuma lepas karena diputer sama dia, tapi gak ini tuh dipatahin.

"Yaahh maap microfon pelunas hutangnya patah." ucap Gaby.

"Kok bisa sampek kayak gini sih????!!"

"Gak sengaja Kak."

"KELUAR!!!"

~tbc....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!