Senja dan Fajar, dua murid pintar yang selalu bersaing di peringkat teratas.
Namun, perbedaan status sosial membuat hubungan mereka dipenuhi rintangan. Maminya Fajar tidak menyukai Senja, gadis yatim piatu dari panti asuhan, dan akan melakukan apapun untuk memisahkan keduanya.
Mampukah Senja dan Fajar mempertahankan hubungan mereka, atau akankah semua berakhir tragis?
Baca dan temukan jawabannya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qinaiza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Berangkat Sekolah Bersama
Pagi-pagi sekali Fajar sudah ada di Panti Permata untuk menjemput Senja ke sekolah. Yup, dia menepati janji untuk pergi ke sekolah bersama.
"Tok tok" suara ketukan pintu membuat Bu Asri melihat siapa gerangan tamu yang datang di pagi hari. Matanya menangkap sesosok tampan bertubuh jangkung dengan jaket warna hitam nya.
"Eh, cari siapa ya nak ?" tanya Bu Asri.
"Itu Bu, saya mau jemput Senja untuk ke sekolah bersama."
"Oh, jadi kamu nak Fajar toh." Fajar mengangguk mengiyakan.
Sebelumnya Senja memang bercerita kepada sang Bunda, perihal sepedanya yang harus dititipkan di sekolah karena kerja kelompok.
"Yasudah kalo begitu, masuk dulu nak Fajar."
"Iya Bu"
"Tunggu sebentar ya, Ibu mau panggilkan Senja. Kamu duduk saja dulu." Fajar hanya mengangguk dan menanggapinya dengan senyuman.
Sementara Bu Asri memanggilkan Senja, Fajar melihat sekelilingnya. Rumah yang tidak begitu besar, dengan beberapa foto yang tertempel di dinding.
Salah satunya foto seorang gadis kecil dengan 2 kunciran di samping kepalanya. Siapa lagi kalau bukan Senja, dengan senyuman manisnya yang menawan memperlihatkan gigi gingsulnya.
"Wah, kakak tampan pacarnya kak Senja ya ?" tanya Rika
"Bukan dek he he"
"Yah sayang banget sih kak, padahal aku berharap punya kakak tampan kayak kakak."
"Kamu boleh anggap aku kayak kakak kamu sendiri kok dek."
"Wah beneran kak, asiikkk." teriaknya kegirangan, membuat seorang anak lagi muncul.
"Ada apa si ribut-ribut Rika ?" tanya Aini dengan tangan yang mengucek-ngucek matanya. Ia sebenarnya baru saja bangun, jadi harus menetralkan dahulu penglihatannya.
"Woah, siapa kakak ganteng ini. Pacarnya kak Senja ya ?" tanya Aini kembali setelah nyawanya sudah sepenuhnya sadar.
"Bukan dek" jawab Fajar dengan kembali menampilkan senyuman canggungnya. Bagaimana tidak, sudah dua kali dia ditanya seperti itu. Rasanya seperti ada gelenyar aneh yang kini tengah ia rasakan.
"Yahh" kecewa Aini
"Tapi kalo ntar kakak jadi sama kak Senja, kita bakal restuin 100 persen kok." lanjutnya.
"Salah lah Aini, yang bener dukung 1000 persen." kata Rika memberikan pembenaran atas ucapan Aini barusan.
Fajar sendiri hanya mampu menyunggingkan senyumnya karena perkataan 2 gadis kecil tersebut.
...🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺...
"Kak Senja pegangan dong, biar gak jatuh ntar." ledek Dinda
"Udah sayang, jangan godain kakaknya dong." ucap Bu Asri karena melihat Senja yang mukanya sudah memerah. Pasti gadis itu sedang menahan malu atau tidak sedang menahan marah.
"Iya Din, udah-udah mending kita siap-siap sekolah juga." ajak Bella
"Enak aja Din-din, kamu kira nama aku Udin."
"Bukan Udin, kan nama kamu Dinda. Jadi Din lah manggilnya. Bener kan ?"
"Manggilnya yang lengkap lah biar gak ambigu."
"Ya deh Dinda" Bella mengalah kepada gadis yang berusia lebih tua 2 tahun darinya.
"Nah gitu dong"
"Udah nak, mending sekarang kalian berangkat sekolah. Jangan dengerin lagi perdebatan mereka berdua." ucap Bu Asri kembali.
"Yaudah kalo gitu Bun, Senja berangkat sekolah dulu ya." pamit Senja
"Saya juga Bu, pamit berangkat sekolah dulu." Bu Asri mengangguk dan mengatakan kepada Fajar agar pelan-pelan saja membawa motornya. Fajar pun tersenyum mengiyakan.
Di sepanjang perjalanan terasa canggung, hanya ada suara deru motor. Fajar pun mengambil inisiatif untuk memecah keheningan tersebut.
"Adek-adek lo lucu juga ya"
"Ya begitulah"
"Kok begitu, lo gak sayang sama mereka."
"Ya sayang lah baka"
"Sayang kok responnya begitu. Eh-eh, lo kok copas kata-kata gue si."
"Gue lagi gak mood, puas. Sejak kapan kata baka lo yang ciptain, dih."
"Iya deh iya. Gue diam, gue ganteng. Sejak dalam kandungan."
Senja memasang mukanya seolah ingin muntah karena perkataan Fajar barusan.
"Ganteng katanya, ganteng kalo diliat dari sedotan kali." batin Senja
Fajar yang melihat reaksi Senja dari kaca spion hanya terkikik geli. Baru kali ini ada seorang cewek yang tidak terperdaya akan ketampanannya. Apakah gen tampan dari sang Papa telah luntur.
Cowok maniak warna hitam itu menggelengkan kepalanya. Sejak kapan gue jadi sok narsis gini, pikirnya. Pasti karena ketularan Candra, sohib sengkleknya yang bener-bener ajaib.
"Bener kan gue ganteng, lo aja sampe diam terpesona gitu." goda Fajar
"Cih, jangan sok kepedean deh. Gue kan dah bilang gak mood, makanya gue diem."
"Oke-oke, gue bakalan diam juga nih"
Tak semudah itu Fajar menyerah mengganggu gadis itu. Selang beberapa detik, pewaris keluarga Herlambang itu malah melajukan motornya dengan cepat membuat seseorang yang di boncengnya berteriak ketakutan.
"FAJARRR" teriak Senja sembari melingkarkan tangannya dipinggang Fajar. Bukannya gadis itu modus atau apa, tapi dia hanya takut jatuh karena ulah cowok songong itu.
"HA HA HA HA" tawa Fajar menggelegar, yang kemudian mengundang Senja untuk mencubit pinggangnya.
"Aduh duh, jangan dicubit dong. Ntar kalo jatuh gimana." Senja memberhentikan cubitannya karena takut jatuh seperti yang dikatakan Fajar barusan.
"Lo juga bikin gue jantungan"
"Jadi lo ngaku suka sama gue gitu ?" tanya Fajar dengan polos padahal aslinya dia berniat menggoda Senja untuk yang kesekian kalinya.
"BUKAN GITU JUGA BAMBANK. AU AH SERAH."
Astaga... Sejak kapan dia jadi banyak bicara seperti ini, dan bar-bar pula.
"Oke tahan Senja, tahan. Jangan lagi ladenin orang gila macam dia." tekannya dalam hati.
Setelah perjalanan menuju sekolah yang menguras emosi akhirnya sampai juga. Senja menghela nafas lega karena sampai dengan selamat. Coba kalo tidak, dia pastikan akan menghantui cowok itu.
Untungnya keadaan di sekolah masih cukup lengang, jadi tidak akan ada yang menyinyir jika dirinya berangkat sekolah bersama Fajar. Ia tidak mau menambah lagi kebencian-kebencian dari fans nya Fajar yang sudah seperti suporter bola. Cukup dengan dia tidak punya teman dan ujaran kebencian yang diberikan untuknya selama ini.
Gadis itu tak mau, jika ujaran kebencian untuknya kembali bertambah dan memengaruhi pikirannya. Sudah dipastikan jika dirinya memiliki hubungan dengan cowok itu makin tidak tentram dirinya di sekolah.