Anaya tak pernah menyangka hidupnya sebagai seorang gadis yatim bisa berubah drastis dalam satu malam. Tanpa pilihan, ia harus menikah dengan pria yang bahkan tak pernah terlintas di pikirannya.
Akmal, CEO muda yang tampan dan bergelimang harta, harus menelan pahitnya pengkhianatan saat calon istrinya membatalkan pernikahan mereka secara sepihak.
Takdir mempertemukan keduanya dalam ikatan yang awalnya hampa, hingga perlahan benih cinta mulai tumbuh. Namun, ketika kebahagiaan baru saja menyapa, bayang-bayang masa lalu datang mengancam, membawa badai yang bisa meruntuhkan rumah tangga mereka.
Mampukah Anaya mempertahankan cintanya? Ataukah masa lalu akan menghancurkan segalanya?
Baca kisahnya hanya di "Mendadak Jadi Istri Miliarder"
Yuk ikuti kisah mereka...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06
°
°
°
°
Berita tentang pembatalan pernikahan yang dilakukan Risna berimbas pada kedua orang tuanya yang kewalahan menghadapi pertanyaan para tetangga mereka yang kepo. Masalahnya, karena pihak keluarga Bu Rahma tentu saja juga batal menyelenggarakan pesta.
Akan tetapi mau bagaimana lagi, mereka tidak bisa memaksakan kehendak, jika anaknya yang akan menjalani pernikahan itu belum siap.
Meski harus menahan malu dan menebalkan telinga, mereka akan tetap menerimanya sebagai konsekuensi dari apa yang telah dilakukan oleh sang anak.
Walaupun sebenarnya di dalam hatinya yang terdalam, Bu Rahma sangat menyayangkan keputusan anaknya, dan sampai saat inipun beliau masih belum bisa mempercayai sepenuhnya bahwa sang anak bisa berbuat diluar pemikirannya.
"Sudahlah, Bu. Mungkin Nak Akmal memang bukan jodohnya Risna. Mau disesali seperti apapun tetap tidak akan kembali. Ibu harus ikhlas menerima kenyataan," ucap Pak Rusli menghibur sang istri.
"Ibu hanya tidak habis pikir saja, Pak. Risna yang pendiam dan penurut bisa melakukan perbuatan yang sangat memalukan kita sebagai orang tuanya," ucap Bu Rahma penuh penyesalan.
"Cukup, Bu! Jangan terlalu menyesali apa yang sudah terjadi dan berlalu. Risna itu anak kita, mau bagaimanapun jeleknya dia di mata orang lain, dia tetap anak kita yang wajib kita lindungi. Kalau dia tidak jadi menikah dengan Nak Akmal berarti mereka memang tidak berjodoh, titik!" tegas Pak Rusli yang membuat hati Bu Rahma tak berkutik.
°
Pagi hari menjelang subuh, Anaya mengerjapkan mata lalu meregangkan otot-otot tubuhnya. Dia lantas bangun dari tidurnya dan mendapati sesosok pria tampan tertidur pulas di sampingnya. Anaya menggeser tubuh dan menghadap ke samping, menatap wajah tampan suaminya. Tangannya dengan ragu-ragu ingin menyentuh wajah itu, namun ia urungkan karena takut mengusik tidurnya.
"Mas Akmal ternyata tampan juga, ke mana aku selama ini, ya? Kamu terlalu sibuk mengagumi Zando, sampai tidak menyadari ada pria lain yang tak kalah tampan, Nay!"
"Hehehe...iya juga sih. Dan pria itu sekarang sudah menjadi suamiku." Anaya menggigit jari jempolnya dan menggerakkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan, sambil tersenyum tidak jelas.
"Tapi bagaimana aku melihatnya coba, dia itu sangat jutek, sok cool, kalau ketemu boro-boro mau menyapa. Disapa pun jawabnya cuma heemmm..." Anaya menggelengkan kepalanya berkali-kali, lalu bergegas untuk turun.
"Mau ke mana, hemmm? Jujur saja kalau selama ini kamu itu mengagumiku, kan!" Akmal lantas menarik tangan Anaya sehingga tubuh mungilnya terhuyung dan jatuh tepat di atas tubuh Akmal yang masih terlentang.
Anaya langsung membeku dengan mata membulat merasakan ada sesuatu yang keras di bawahnya. Dengan segera dia turun dari atas tubuh Akmal, dan langsung berlari ke dalam kamar mandi dengan tersipu malu.
Braakkk
Anaya bersandar pada pintu seraya memegang dadanya dan menghembuskan napasnya berkali-kali. "Haahhh...apa itu tadi? Apa setiap pria normal selalu seperti itu tiap bangun tidur? Atau karena...tidak-tidak! Jangan berpikir yang aneh-aneh, Naya! Jangan gila kamu! Huuufft...!" Anaya meniupkan napasnya seraya menepuk pipinya yang terasa hangat. Lalu menghadap ke arah kaca dan melihat wajahnya yang bersemu merah.
Sementara itu Akmal segera bangun dari tidurnya. Ia merutuki dirinya sendiri. "Ck... hai ucil kenapa kamu mesti bangun, sih? Bikin malu tahu nggak?" Akmal meraup mukanya.
"Pasti dia menyangka aku horny-an lagi!" Akmal berdiri dan berjalan mondar-mandir sambil mengacak kepalanya bagian belakang.
"Lagipula aku kan laki-laki normal, wajarlah kalau bangun. Memang dia nggak tahu apa?"
Akmal membawa langkahnya menuju kamar mandi, lalu menempelkan telinganya pada pintu, namun tiba-tiba pintu terbuka dari dalam menampilkan Anaya yang terlihat segar dengan tubuhnya terbungkus handuk kimono dan kepala terbungkus handuk khusus rambut memperlihatkan leher jenjangnya.
"Kenapa Mas Akmal ada di sini? Mau ngintip aku mandi, ya?" tuduh Anaya disertai cengiran.
Akmal hanya diam membisu di tempatnya, seraya memandang Anaya tak berkedip. Sehingga membuat wanita yang dinikahinya itu melambaikan tangan dan tersenyum menggoda.
"Mas Akmal mulai terpesona sama aku, ya? Hemmm...?" Anaya memperlihatkan cengirannya yang disertai dengan kedipan mata.
Hal itu membuat Akmal tersentak lalu menggelengkan kepala, dan segera masuk ke kamar mandi dengan wajah bersemu merah.
"Hahahaha.... Ternyata gampang juga menggoda Mas Akmal. Kalau begitu aku harus membuatnya jatuh cinta padaku secepat mungkin dan melupakan mantannya itu. Fighting...!!!" Anaya mengepalkan tangan dan mengangkatnya ke udara.
Di dalam kamar mandi, Akmal menatap pantulan dirinya dalam cermin. "Tidak mungkin kan aku jatuh cinta sama dia semudah itu. Tapi toh tidak apa-apa, tidak ada yang salah bukan? Kita kan pasangan halal." Akmal bermonolog sendiri.
Menggeleng kepala beberapa kali mencoba menepis pikirannya sendiri, ia lalu memutuskan untuk segera mandi. Membawa dirinya ke bawah shower dan menikmati setiap tetes guyuran air hangat di pagi hari. Membasahi kepalanya hingga ujung kaki berharap bisa menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak masuk akal menyerbu kepalanya.
Beberapa saat kemudian Akmal keluar kamar mandi, hanya berbalut handuk yang menutup bagian perut ke bawah hingga lututnya, dan mendapati Anaya duduk di tepian tempat tidur, dengan mukena membalut tubuhnya dan bermain ponsel.
Menyadari ada orang mendekat, Anaya pun menoleh. Namun ia segera menutup matanya kembali, saat melihat Akmal bertelanjang dada. "Mas Akmal, pagi-pagi sudah membuat mataku ternoda,"
"Yakin matamu masih suci?"
"Hehehe,,, tapi kan tidak melihat secara langsung."
"Alasan...! Bilang saja suka!"
"Eeh... sudah ah, buruan Mas Akmal ganti baju, nanti waktunya keburu habis!"
Tanpa menjawab Akmal langsung berganti baju, selanjutnya mereka sholat subuh berjamaah.
"Mas, setelah ini kita pulang?" tanya Anaya usai mereka sholat
"He'em, memangnya kamu masih mau di sini?"
"Ya enggak, sih. Aku ingin ketemu Ibu."
"Ya sudah kita berkemas sekarang, kita sarapan di rumah saja, ramai-ramai lebih enak."
Anaya langsung mengemas semua barang-barangnya dan Akmal. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, mereka segera check out dari hotel.
°
Kediaman Pak Deni
Pagi selepas sholat subuh Bunda Marini dan Bu Miyatun, kompak di dapur. Keduanya tampak akrab mesti baru pertama kali bertemu. Mereka layaknya teman lama yang berjumpa kembali. Bu Marini selaku tuan rumah sikapnya sangat hangat dan ramah, serta Bu Miyatun yang receh dan mudah beradaptasi, membawa keduanya cocok juga nyambung saat membahas beberapa hal.
Seperti saat ini mereka memasak untuk sarapan sambil bercengkerama. "Terimakasih Bu Marini, sudah memilih anak kami sebagai menantu di rumah ini. Mohon maaf, jika Anaya kadang masih suka bersikap kekanakan."
"Walah, ngomong apa sampeyan to, Jeng? Justru kami sekeluarga yang harus berterimakasih, karena Anaya bersedia menolong kami dari rasa malu."
"Maaf, kalau boleh tahu. Memangnya apa yang terjadi to, Bu?"
Bu Marini pun tanpa ragu menceritakan semuanya, juga kekesalan hatinya.
"Astaghfirullah al'adzim...." Bu Miyatun menutup mulutnya tak percaya.
°
°
°
°
°
toh sama bpaknya khanza adiknya bpak akmal haddeeehh
maknya si khanza ini
maaf lahir bathin
bun
semua pembaca.
maaf telat🙏🙏