NovelToon NovelToon
Dunia Tempat Kamu Berada

Dunia Tempat Kamu Berada

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: rsoemarno

The World Where You Exist, Become More Pleasant

_______

"Suka mendadak gitu kalau bikin jadwal. Apa kalau jadi pejabat tuh memang harus selalu terburu-buru oleh waktu?"
- Kalila Adipramana

_______

Terus-terusan direcoki Papa agar bergabung mengurus perusahaan membuatku nekat merantau ke kabupaten dengan dalih merintis yayasan sosial yang berfokus pada pengembangan individu menjadi berguna bagi masa depannya. Lelah membujukku yang tidak mau berkontribusi langsung di perusahaan, Papa memintaku hadir menggantikannya di acara sang sahabat yang tinggal tempat yang sama. Di acara ini pula aku jadi mengenal dekat sosok pemimpin kabupaten ini secara pribadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rsoemarno, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24.) Menuju Pernikahan

Chapter 24: Menuju Pernikahan

Selama 4 hari dipingit menjelang pernikahan ini aku diberi berbagai wejangan tentang seni berumah tangga oleh para senior di keluarga kami. Banyak insight yang aku dapatkan dari cerita-cerita perjalanan mereka dalam mempertahankan sebuah keluarga untuk tetap pada satu arah tujuan yang sama. Tantangan yang dihadapi pun begitu kompleksnya karena setiap tindakan yang keluarga kami lakukan akan selalu menjadi sorotan bagi masyarakat luas. Sebagai anggota keluarga tokoh publik, sebaik mungkin kami pun harus selalu menjaga citra diri dan keluarga untuk menjadi contoh luhur bagi yang lainnya.

Hari ini kami akan mengadakan upacara menuju pernikahan di kediaman masing-masing. Ada delapan rangkaian acara yang perlu dilakukan untuk menyambut upacara pernikahan di keesokan harinya.

Di pagi hari Papa dan Mama didampingi penata upacara adat melakukan tradisi pasang tarub. Secara simbolis Papa dan Mama menganyam selembar daun kelapa menjadi berukuran 1 x 1 m yang akan digunakan sebagai atap saat resepsi. Atap anyaman itu sendiri biasa disebut dengan nama bleketepe. Lantas bleketepe hasil tangan Papa dan Mama pun dipasang menjadi atap untuk menutupi tempat yang sedianya akan digunakan saat prosesi siraman nanti. 

Setelah tarub selesai dipasang, acara selanjutnya yaitu pasang tuwuhan. Tuwuhan sendiri merupakan hiasan dalam pernikahan adat jawa berupa tumbuh-tumbuhan yang memiliki simbol dan filosofi tertentu. Secara simbolis juga Papa dan Mama melakukan pemasangan tuwuhan yang terdiri dari dua tandan pisang raja, sepasang tebu arjuna beserta daunnya, sepasang cengkir gading, daun randu dan pari sewuli, serta godhong opo-opo (daun beringin, daun kluwih, daun alang-alang, daun kara, daun maja, daun kemuning dan daun girang) yang dirangkai menjadi satu pasang hiasan untuk dipajang di pintu masuk.

Selesai ritual pasang-memasang, kini saatnya acara siraman yang melibatkan eksistensiku sebagai calon mempelai wanita dimulai.

Kevin Adipramana, satu-satunya saudara kandungku, menggandeng tanganku menuju altar siraman yang terletak di samping kolam renang outdoor. Sudah seminggu ini ia berada di Indonesia untuk mengikuti seluruh rangkaian acara pernikahanku.

“Lo kok mau sih, Kak. Ngadain acara pernikahan seribet ini.”

“Sekali seumur hidup, Kev.” jawabku kalem. “Nanti pernikahan lo pasti lebih heboh dari ini.”

Kevin mendengus pelan. “Mending gue nikah sama bule deh, Kak. Daripada harus ribet-ribet kayak gini.” ujarnya sembari menarik jubah melati yang kugunakan.

Aku menepis tangannya dengan anggun. Sambil mengumbar senyum, aku mendekatkan bibirku ke telinganya untuk memberi peringatan.

“Kalau sampai jubah ini rusak, lo yang harus jahit sendiri melati-melati ini menjadi jubah.”

Dengan segera Kevin langsung bersikap baik menggandeng lenganku untuk keluar menuju halaman belakang rumah. Ia juga langsung memberi gestur terbaiknya ketika menangkap fotografer yang bertugas mengabadikan rangkaian acara hari ini.

Untuk acara ini aku menggunakan kemben dari kain cinde berwarna merah yang membuat kulit pucatku tampak bersinar. Jubah dari rangkaian bunga melati segar yang dijahit tangan kupakai untuk menutup bahuku yang terbuka. Di acara yang sakral ini, kami hanya mengijinkan keluarga dekat saja yang boleh masuk ke kediaman.

Juru upacara mengarahkanku untuk bersimpuh terlebih dahulu di hadapan kedua Papa dan Mama.

“Pa.. Ma.. Maaf kalau Lila belum bisa menjadi putri yang dapat membanggakan Papa dan Mama selama ini.”

“Di kesempatan ini, Lila meminta kerelaan Papa dan Mama untuk memindahkan bakti Lila kepada calon suami pilihan Lila, mulai besok.”

“Lila harap, Papa dan Mama dapat senantiasa mendukung setiap keputusan Lila kedepannya.”

“Lila sayang banget sama Papa dan Mama. Terimakasih sudah menjadi orangtua terbaik untuk Lila dan Kevin.”

Kurasakan usapan sayang di kepala serta bahuku dari dua tangan yang berbeda.

Papa berdehem sejenak.

“Kalila Maeve Adipramana… Kamu selalu menjadi putri kebanggan kami, Kak.”

“Kami bahagia, kamu dapat menemukan pangeranmu sendiri.”

“Tidak ada yang perlu kami ragu dan khawatirkan dari calon suamimu ini, Kak.”

“Tentu dengan senang hati, kami akan selalu membersamaimu. Berbahagialah selalu bersama Nak Satya kedepannya, Kak.”

Air mataku menetes kala Papa dan Mama menarik bahuku memeluk. Sejenak kami bertiga merasakan perasaan haru yang meluap. Melupakan banyak pasang pasang mata yang juga ikut menatap haru kegiatan kami.

Setelah agak tenang, Mama meregangkan pelukan kami bertiga. Ia menangkup kedua pipiku, lantas menghapus jejak air mata yang tertinggal di pipi dengan lembut.

“Untung aja sekarang make up sudah waterproof semua, Kak. Aman deh ga perlu jadi badut.” gurau Papa yang membuat kami bertiga tertawa bahagia.

Acara siraman ini dimulai dari Papa yang mengguyur pucuk kepalaku dengan air yang berasal dari 7 sumber mata air pilihan. Dan dilanjutkan oleh Mama serta para tetua keluarga Adipramana dan Wijaya yang kami batasi hanya berjumlah 7 orang saja dari setiap keluarga. Terakhir, ada Kevin yang mendapat kehormatan sebagai adik kandungku untuk menutup prosesi siraman ini.

“As.. Shit.” umpat Kevin kala dengan sengaja kupeluk tubuhnya hingga membuatnya ikut basah.

“Kevin Adipramana.” tegur Eyang Putri Wijaya.

Aku tertawa melihat Kevin yang mati kutu di hadapan para tetua. Meski lama berada di negeri orang untuk menuntut ilmu, dia tidak melupakan unggah-ungguh pada orang yang lebih tua. Aku jadi tidak sabar ingin melihat bagaimana pernikahannya nanti. Setauku ia memang sedang menjalin hubungan dengan wanita asing di Inggris sana yang belum pernah dikenalkannya kepada kami. Dan tadi  sempat mengutarakan keinginannya untuk menikah dengan sederhana saja. Entah bagaimana ia akan meyakinkan keluarga kami nanti.

Kevin melirikku sebal. Dengan sengaja ia menyipratkan air ke wajahku secara langsung. Mataku jadi perih.

“Keeviiin…” teriakku kesal.

Acara berlanjut dengan sesi adol dawet yang menunjukkan kekompakan orang tua mempelai dalam mempersiapkan pernikahan anaknya. Karena sudah tidak membutuhkan kehadiranku lagi pada sesi-sesi berikutnya, aku pun lebih memilih untuk berdiam diri di kamar sembari menikmati treatment terakhir untuk calon pengantin.

Sensasi dingin dari lulur manten tradisional yang tengah menempel di kulitku, juga suara riuh keluargaku di luar ruangan membuatku tersenyum bahagia. Ternyata suatu pernikahan dapat mengumpulkan seluruh keluarga Adipramana dan Wijaya dengan lengkap tanpa terkecuali.

“Kak,” sapa Kevin di ambang pintu kamar.

“Apa yang lo bawa?”

Kevin melangkah hati-hati dengan membawa baki yang berisi dua mangkok kecil di atasnya.

“Dawet. Mau ga?” tawarnya.

“Mau.”

Aku segera mendudukkan diri di atas kasur dan mengambil satu mangkok dawet dari nampan.

“Gue makan ini gapapa kan, ya?”

Kevin mengendikkan bahunya. “Waktu gue bawa nampan ini ke kamar lo, para tetua yang liat cuma diem aja sih, Kak.”

Aku menghela napas lega. Lantas menyeruput kesegaran es dawet yang dibawakan oleh Kevin.

“Lo masih percaya hal-hal begituan, Kak?”

“Jiwa manusia dan alam semesta itu selaras, Kev. Kalau kita bisa menyeimbangkan keduanya, kenapa harus menentangnya? Lagipula keluarga Adipramana juga yang memegang pilar sosial-budaya negara ini. Kita memiliki tanggungjawab moral untuk menjaga kebudayaan nusantara, agar negara tetap berjalan seimbang.” jelasku mengingatkannya yang mungkin lupa karena terlalu lama di negeri orang.

Kevin terkekeh. “Dekat sama Paman Ravenno dan Tante Kirana buat lo jadi semakin bijak setiap harinya, Kak.”

Aku tertawa. “Makanya sekarang giliran lo yang deket sama Ayah dan Ibu biar jadi bijak dan siap memimpin keluarga Adipramana nantinya.”

Kevin bergidik. “No.” tolaknya cepat.

“By the way, Kak. Setelah melepeh Mas Reno yang perfect begitu saja, kok lo mau sih sama Pak Satya yang tua itu? Lo diguna-guna, ya?”

Aku mengeplak kepala Kevin atas tuduhan ngawur yang diucapkannya.

“Chemistry gue sama Alren itu kakak-adik yaa. Alren juga sudah memulai keluarga kecilnya sendiri. Jadi, jangan pernah lo ungkit-ungkit soal ini di luaran sana. Gue ga mau repot ngurusin orang cemburuan kedepannya.” peringatku.

“Istrinya Mas Reno gampang cemburu, Kak?” tanya Kevin salah fokus.

Aku mengendikkan bahu. “Buat jaga-jaga aja. Lo kan juga tau sendiri gimana rumitnya status pernikahan di keluarga Kusumanegara.” jawabku ambigu.

Kevin mengangguk setuju. “Padahal dulu lo udah dikasih karpet emas buat mencapai status pernikahan yang rumit di keluarga Kusumanegara dengan mudahnya, Kak. Tapi lo malah milih nikah sama Pak Satya yang sudah tua.”

Aku mendelik menatap Kevin yang sepertinya sedang suka menggodaku lantaran usia Mas Satya yang terpaut cukup jauh denganku. 7 tahun.

“Kayak lo ga suka yang lebih tua aja.” sindirku balik merujuk pada kekasih Kevin yang memang lebih tua beberapa tahun dari adikku ini.

Kevin tertawa terbahak. “Kayaknya emang gen anak-anaknya Papa sama Mama ini jatuh cintanya sama yang lebih tua.”

“Padahal Papa sama Mama itu seumuran.” ujarku ikut tertawa.

“Tapi serius, Kak. Lo ga diguna-guna kan sama Pak Satya?”

Aku menatap Kevin tepat di matanya. “Lo pernah liat atau cari tahu tentang Mas Satya ga sih, Kev?

Kevin menggeleng polos. “Bahkan baru hari ini gue denger nama calon suamimu, Kak.”

Kupukul kesal lengan Kevin. “Iih… Lo kok ga ada perhatian-perhatiannya sih jadi saudara?!”

Kevin menghindari pukulanku dengan panik. “Bukan gitu, Kak. Gue kan juga baru tiba di Indo semalam.”

“Tetep aja.”

Kevin mengangkat tangannya menyerah. “Oke.. oke.. Gue salah.”

“Nanti malam acara midodareni, kan? Ntar gue korek langsung deh dari orangnya, gimana calon kakak ipar gue ini.”

1
Metana
Semangat
Shion Fujino
Keren deh ceritanya, thor mesti terus bikin cerita seru kayak gini!
sweet_ice_cream
karya ini bikin aku merasa seperti ikut dalam ceritanya, sukses terus thor 🤗
Apaqelasyy
Duh, seru euy! 🥳
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!