Janda hanyalah statusku.
Nadira Ayu, seorang gadis muda yang berparas cantik. Tak pernah terbayangkan oleh Nadira, jika dirinya akan menjadi seorang istri diusianya yang masih begitu muda.
Lika liku serta permasalahan dalam hidupnya seolah telah berhasil membuatnya terlempar dari keluarganya sendiri. Hingga pada suatu hari, dengan tanpa sengaja, dirinya dipertemukan dengan seorang gadis kecil yang begitu cantik.
Dan alangkah terkejutnya Nadira, saat gadis kecil itu menginginkannya untuk menjadi sang mommy baginya. Namun sayang, daddy dari gadis kecil itu memandang dirinya dengan sebelah mata hanya karena ia berstatus sebagai seorang janda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah
Selamat Membaca
🌿🌿🌿🌿🌿
Senyuman kebahagiaan begitu terpancar nyata di wajah semua keluarga yang turut hadir dalam menyaksikan anak - anak mereka yang akan segera melangsungkan pernikahan. Semuanya merasa senang, karena inilah momen yang mereka tunggu - tunggu.
Dengan kebaya putih yang begitu pas di tubuh mungilnya, serta dandanan yang terlihat sederhana namun mewah, benar - benar membuat penampilan Nadira begitu sangat anggun nan elegan.
Semua pasang mata sangat terkagum melihat kecantikan Nadira. Ia yang memang pada dasarnya berwajah cantik dan manis, di tambah lagi dengan sapuan make up yang begitu indah di wajahnya, benar - benar telah menambah kecantikannya.
Sang mempelai pria pun telah duduk tenang di depan penghulu. Ya siapa lagi jika bukan Dani, sang pria muda yang tak lama lagi akan menjadi suami sah Nadira.
Penghulu pun akan memulai ijab kabulnya, hingga akhirnya penghulu itu benar - benar mengucapkan nya sehingga Dani si mempelai pria sudah siap menyahut hingga...
" Saya terima nikah dan kawinnya Nadira Ayu binti Yudi Rahman dengan mas kawin tersebut dibayar tunai ". Sahut Dani lantang dengan satu kali tarikan nafas.
" Bagaimana para saksi sah? ".
" Sah... sah... sah... ". Sahut semuanya.
" Alhamdulillahirobbilalamin ". Seru semuanya mengucap syukur.
Semua keluarga dari kedua mempelai itupun begitu sangat bahagia. Akhirnya pernikahan anak - anaknya yang telah dinanti - nanti itupun terlaksana sudah.
Jika biasanya setelah memasang cincin sang suami akan mencium kening sang istri, namun tidak dengan Dani. Pria muda itu seolah enggan untuk mencium kening Nadira, wanita yang baru saja resmi menjadi istrinya. Entahlah, apa yang terjadi pada Dani. Dan terlepas apakah Dani akan mencium kening Nadira atau tidak, yang pasti, Nadira telah mencium punggung tangan Dani yang telah menjadi suaminya itu semenjak sepasang cincin pernikahan telah tersemat di jari manisnya dan jari manis sang suami.
Awalnya Nadira cukup terheran memang dengan sikap Dani yang menurutnya dingin, namun sesaat kemudian Nadira tak mempermasalahkan hal itu, karena siapa tahu suaminya juga tak menginginkan pernikahan ini sama seperti dirinya.
Lusi sang mama dari Dani pun mendekati putra dan juga menantunya. Wanita paru baya itu lalu memeluk Nadira. Ia sangat bahagia dan bersyukur, akhirnya Nadira gadis cantik dan sopan ini benar - benar menjadi menantunya, dan ini memang keinginan Lusi semenjak dulu.
" Dira, terima kasih ya nak atas kebahagiaan yang sudah kamu berikan untuk keluarga kami ". Seru Lusi dengan masih memeluk Dira.
Dira yang mendengar pernyataan seperti itu dari mama mertuanya pun sangat bingung. Kebahagiaan?, untuk keluarga?, memangnya kebahagiaan apa yang telah dirinya berikan untuk keluarga suaminya?, itulah berbagai pertanyaan yang melanda benak Dira.
" Kapan aku memberikan kebahagiaan untuk keluarga kak Dani?, apa hanya dengan menikah dengannya sudah membuat semua keluarganya mendapat kebahagiaan?, sesederhana itu? ". Batin Nadira.
" Dira ". Panggil Yudi.
Dengan melepas pelukan dari sang mama mertua, Nadira menatap papanya.
" Iya pa ". Sahut Dira.
" Sekarang kamu sudah menjadi milik suamimu nak, kamu sudah menjadi tanggung jawab suamimu, jadi papa harap, kamu bisa menjadi istri yang baik untuk suamimu nak ". Seru Yudi yang berusaha mengingatkan.
Nadira yang mendengar seruan dari papanya merasa sangat sedih. Entah mengapa pernyataan papanya seolah menyiratkan jika dirinya akan jauh dari keluarganya sendiri. Apakah setelah dirinya ikut bersama sang suami akan membuat keluarganya sendiri menjauh darinya?, jika itu memang benar, lalu mengapa harus seperti itu?.
Kedua sahabat Nadira yang juga turut hadir dalam akad nikahnya itu merasa sangat sedih. Baik Fitri maupun Rika bisa merasakan bagaimana kesedihan Nadira sahabatnya. Namun mereka bisa apa, mereka tak bisa berbuat apa - apa. Rencana bisa kuliah bersama ternyata tak berjalan sesuai keinginan mereka, harapan kini hanya tinggal harapan.
" Rika, menurut kamu, sebenarnya apa sih yang terjadi sama Dira, entah kenapa aku merasa ada hal yang sengaja membuat Dira mau tak mau harus menerima pernikahan ini ". Bisik Fitri.
" Aku juga merasa begitu Fit, tapi mau bagaimana lagi, kalau saja Dira punya keinginan untuk kabur dari orang tuanya, sudah pasti aku akan bawa kabur Dira ". Sahut Rik.
" Ih kamu bicara apa sih Rik, kok mau bawa kabur anak orang? ". Sahut Fitri yang tak habis pikir dengan niat sahabatnya.
" Ya habisnya mau bagaimana lagi, orang tua Dira itu suka seenaknya sama Dira, ya meski Dira anak mereka sendiri, bukan berarti mereka bertindak semaunya, ingat loh, orang tua itu punya tanggung jawab untuk membahagiakan anaknya, kalau menyuruh Dira menikah di usia muda apalagi dengan perjodohan yang tidak Dira inginkan seperti ini, sama saja kalau mereka sudah merampas kebahagiaan Dira ". Jelas Rika.
Fitri tak menyahut lagi sahutan dari sahabatnya Rika. Jika dipikir - pikir, apa yang dikatakan oleh Rika memanglah benar, orang tua yang memikirkan kebahagiaan anak - anaknya, tak akan pernah memaksakan kehendaknya pada mereka.
" Dan satu lagi yang membuat aku tak habis pikir, Dira itu kan anak bungsu, usianya masih belasan tahun tapi malah sudah di jodohkan, kenapa tidak anak pertama mereka saja si Siska itu yang mereka jodohkan, kan Siska uaianya sudah dua puluh dua tahun, aneh kan ". Lanjut Rika lagi.
Fitra yang mendengar tambahan kalimat dari sahabatnya ini hanya bisa menghela nafasnya. Apa yang terjadi pada sahabatnya Nadira sungguh terasa janggal memang, namun apalah daya, keinginan orang tua Nadira yang ingin menjodohkannya dengan Dani tak bisa diganggu gugat, sungguh malang memang nasib sahabatnya itu.
Jika kedua sahabat Nadira begitu sangat prihatin dengan nasibnya, maka beda halnya bagi Santi dan juga Siska. Dua wanita beda generasi itu begitu dilanda rasa bahagia karena Nadira telah resmi menikah, maka itu artinya sudah berkurang beban hidup mereka yang begitu sangat mengganggu.
Namun, ibu dan anak perempuannya itu tetap harus memainkan peran cantik mereka di depan semua orang, ya untuk apalagi jika bukan karena mereka ingin dianggap sebagai ibu dan juga kakak perempuan yang baik.
" Nadira putriku ". Seru Santi, lalu wanita paru baya itupun mencoba memeluk tubuh Nadira.
" Selamat ya sayang, kamu sudah menjadi istri Danu, mama harap kamu bisa menjadi istri yang baik untuk dia, dan mama juga berharap semoga kebahagiaan selalu menyertai keluarga kecilmu ". Seru Santi sebelum ia melepas rengkuhannya dari Nadira.
Nadira yang meski hanya sesaat diperlakukan selembut itu oleh mamanya merasa sangat tersentuh. Andai saja jika mamanya itu bisa memeluknya setiap saat, sudah pasti dirinya akan sangat bahagia, namun sepertinya itu adalah sebuah angan - angan saja, karena tak akan mungkin pernah tulus melakukannya.
Selesai dengan saling memeluk anggota keluarganya, kegiatan pun masih terus berlanjut dengan menyalami beberapa tamu yang cukup banyak hadir dalam akad pernikahan itu.
Siska menatap senang pada Dira, ia sangat senang karena ternyata suami Dira nampak terlihat acuh pada Dira.
" Heh...baguslah kalau si Dani acuh sama kamu, semoga nasibmu malang Dir ". Batin Siska.
Semua kegiatan setelah akad pun telah usai. Tak ada malam resepsi yang digelar, hari ini hanya tentang akad nikahnya saja, dan itu artinya, sudah saatnya lah bagi Dira untuk ikut pulang dan tinggal bersama suaminya.
Dengan rasa kesedihan yang masih terus melanda hatinya, Nadira tetap mengikuti langkah sang suami untuk masuk ke mobil. Namun sebelum ia benar - benar masuk, Nadira menatap wajah papanya.
Sangat tergambar jelas dari rautnya, jika papanya merasa sedih karena harus berpisah dengannya. Namun sesaat setelah itu, papanya tersenyum padanya seolah mengatakan jika semuanya akan baik - baik saja.
Lantas Nadira pun juga ikut tersenyum, hatinya sudah merasa lebih tenang karena melihat senyuman sang papa. Dan akhirnya Nadira pun benar - benar masuk ke mobil bersama suaminya, untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah mereka.
*****
Sepasang pengantin baru itupun telah sampai di kediaman baru mereka. Dengan masih malu - malu, Nadira mencoba mengikuti langkah sang suami atau lebih tepatnya Nadira mengekori Dani dari belakang tubuhnya, hingga kini mereka berdua telah benar - benar sampai di ruang tamu.
Sepanjang memasuki ruangan rumah suaminya, Nadira tak henti - henti menatap area di sekitarnya. Setelah di perhatikan, ternyata rumah suaminya ini sama besarnya seperti rumahnya.
" Masukkan nomer handphone mu di sini ". Seru Dani pada akhirnya setelah sekian lama pria itu diam.
Nadira pun langsung mengarahkan pandangannya pada handphone Dani.
" Kenapa kamu diam, cepat masukkan nomer handphone mu ke handphone ku ". Seru Dani lagi namun rautnya sedikit berubah agak kesal.
Nadira yang tak ingin suaminya menjadi marah, akhirnya meraih handphone suaminya itu, lalu ia pun memasukkan nomer handphone nya sesuai dengan perintah suaminya.
" Ini kak, nomernya sudah saya masukkan ". Sahut Dira pelan dengan menyerahkan handphone itu pada suaminya.
" Itu kamarmu ".Tunjuk Dani pada salah satu kamar di rumahnya.
" Kamu tidur di sana... malam ini aku akan keluar, dan akan ada kemungkinan malam ini aku tak kembali, jadi kamu tinggal di sini saja dulu sendiri, dan besok akan ada dua orang pembantu yang akan datang kemari, jadi selama aku tidak ada di rumah ini, kamu boleh melakukan apapun yang kamu mau selama itu tidak mencoreng nama baikku dan juga keluargaku ". Ujar Dani panjang lebar.
Lalu pria itu pun hendak melangkahkan sepasang kaki jenjangnya menuju pintu keluar.
" Kak Dani tunggu kak ". Cegah Dira.
Sontak Dani pun langsung menghentikan langkahnya dan langsung menoleh pada Dira.
" Maaf kak kalau Dira lancang, tapi boleh Dira tanya... memangnya kak Dani mau kemana sampai ada kemungkinan kakak tidak kembali malam ini? ". Tanyanya dengan sedikit takut.
Dani terdiam, ia menarik nafasnya sejenak. Sepertinya dirinya memang harus menjelaskannya.
" Malam ini aku akan keluar, ada hal yang sangat penting yang tidak bisa aku tinggal, dan kemungkinan besar aku tidak kembali malam ini, tapi juga ada kemungkinan aku akan lama kembali, tapi kamu tak perlu khawatirkan itu ".
" Dan satu lagi, aku akan rutin mengirimkan uang setiap bulannya ke rekening mu sebagai uang nafkah... dan jangan bertanya apa - apa lagi ". Jelas Dani.
Setelah mengucapkan kalimat panjang lebarnya itu, Dani pun langsung keluar dari rumahnya dengan meninggalkan Nadira seorang diri di sana.
Mendengar kalimat yang baru saja suaminya lontarkan, membuat Nadira semakin bingung dibuatnya, sebenarnya apa yang terjadi pada suaminya?.
" Kak Dani akan mengirim uang setiap bulannya sebagai uang nafkah, memangnya kak Dani lama tak akan pulang? ". Batin Nadira bertanya.
Bersambung..........
Hai kakak - kakak, Author kembali update, semangat membaca.
🙏🙏🙏🙏🙏❤❤❤❤❤
🌿🌿🌿🌿🌿