Setelah ibunya meninggal sejak usianya tujuh tahun, kini Naira terpaksa tinggal dengan ibu serta kakak tirinya, pilihan ayahnya kali ini cukup membuat kehidupan Naira serasa di neraka.
Penyiksaan yang selalu Naira dapatkan selama ini, pada akhirnya telah membuat nya mulai berani melakukan perlawanan, dirinya sudah sangat lelah karena selalu mengalah dan terus-terusan ditindas oleh ibu serta kakak tirinya.
Suatu ketika, telah terjadi peristiwa memalukan dalam hidupnya, hingga membuat dirinya terpaksa di nikahkan dengan seorang pria misterius oleh warga satu kampung,nah loh! Kira-kira apa yang membuat mereka sampai di paksa harus menikah? Serta telah membuat warga satu kampung menjadi murka ? Mengapa pria misterius tersebut bisa datang secara tiba-tiba dalam kehidupan Naira dan malah menjadi suami dadakannya.
Lantas siapakah pria misterius tersebut?
Jangan lupa ikuti kisahnya hanya di Noveltoon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selamat datang kota Jakarta
Ketika Naira keluar dari stasiun kereta, Ia disambut oleh pemandangan yang menakjubkan. Gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi, lampu-lampu neon berkedip-kedip seperti bintang di malam hari. Suara klakson, deru mesin, dan pejalan kaki yang berlalu-lalang menciptakan harmoni yang tak terlupakan. Naira merasa seperti berada di dunia lain, jauh dari kesederhanaan kampung halamannya. Kini Naira mencoba mengambil napasnya dalam-dalam, iya harus siap menghadapi tantangan baru di kota metropolitan ini. Ia kembali terpaku di depan stasiun kereta, matanya terbelalak. Baginya Kota ini begitu berbeda dari yang Iya bayangkan. Cahaya, suara, dan energi yang tak terhenti membuatnya merasa kecil dan tak berarti. Tapi, ada sesuatu yang membangkitkan semangatnya. Ia merasa ingin menjelajahi setiap sudut kota, merasakan denyut nadi kehidupan kota metropolitan yang begitu asing baginya. Demi tekadnya untuk bisa segera bertemu Suami tercintanya.
"Mas, aku sudah berada di sini untuk mencari keberadaan mu, karena hanya kamulah satu-satunya harapanku, aku sudah tidak memiliki siapapun di dunia ini, semoga atas restu dan izin dari Allah, kita bisa segera di pertemukan kembali!" kali ini Naira berusaha menyemangati dirinya sendiri, meyakinkan bahwa di kota ini iya akan bertemu kembali dengan Suaminya.
Kali ini dengan mantapnya Naira melangkahkan kedua kakinya menuju jalan trotoar, di kota besar ini Naira benar-benar tidak memiliki sanak saudara, hanya bermodal nekat yang telah membuatnya memberanikan diri berada di kota ini serta rasa cintanya akan Suaminya yang begitu kuat.
"Kemana aku harus mencari mu, Mas Sehun?" kali ini Naira sempat kebingungan, harus kemana iya melangkahkan kedua kakinya? Tidak lama kemudian sayup-sayup terdengar suara Azan, rupanya saat ini telah memasuki waktu Isya dan Naira sendiri memutuskan untuk melaksanakan kewajibannya sejenak di dalam sebuah mesjid yang cukup mewah, sekalian iya bisa beristirahat sebentar di sana.
Setelah ia selesai melaksanakan sholat isya, Naira sempat merebahkan sejenak tubuhnya di atas karpet mesjid, iya merasa sedikit lega.
"Akhirnya aku bisa meregangkan otot-otot di sekujur tubuhku yang tegang karena berjam-jam duduk manis di dalam kereta. Setelah ini aku harus pergi kemana ya? Mana hari sudah semakin gelap!" Naira terlihat kebingungan, namun karena rasa lelah serta kantuknya mulai menyeruak tanpa tersadar iya tertidur pulas di samping koper miliknya.
Sekitar pukul sepuluh malam tiba-tiba saja ada seseorang yang telah membangunkan dirinya dari tidur lelapnya.
"Permisi Mba, anda tidak di perbolehkan tidur di sini, karena ini sudah peraturan dari mesjid, dan saat ini saya selaku Marbot di mesjid Al-Ikhsan akan segera mengunci pintu mesjid, mohon maaf sekali Mba!" kata seorang Marbot yang merasa sangat tidak enak.
Naira pun buru-buru beranjak, dan merasa malu atas sikapnya kali ini
"Tolong maafkan saya pak, saya benar-benar tidak sengaja tertidur di sini karena tadi saya sangat lelah dan mengantuk!" Jawab Naira merasa sungkan, tangannya pun sampai iya katup kan sebagai rasa permohonan maafnya
Beruntungnya si Marbot mesjid memaklumi kondisi dari Naira, karena kejadian seperti ini sudah sering terjadi.
Kini Naira memulai kembali perjalananya di jalan trotoar ibu kota yang semakin ramai dan juga bising, apalagi terdengar suara musik dari setiap warung yang menyediakan aneka dagangannya dan cukup banyak pengunjung yang berdatangan.
Krruuuukkkkk! Terdengar bunyi perut Naira yang mulai merasa lapar, iya pun memutuskan untuk makan sejenak. Kali ini nasi goreng spesial plus teh manis hangat telah iya pesan. Netranya mulai menelusuri suasana sekitar, benar-benar begitu asing, tak ada satu orang pun yang iya kenal.
Saat pesanan miliknya berada di depan meja, iya bergegas melahapnya setelah terlebih dahulu mengucapkan doa.
Ketika Naira sedang asik menikmati hidangannya, segerombolan pengamen mulai menyanyikan beberapa lagu yang di iringi musik yang cukup sederhana, Naira cukup menikmati setiap alunannya.
"Permisi Mba!" ucap salah satu pengamen sembari mengasongkan plastik berwarna silver ke arah Naira, lalu Naira sendiri buru-buru mengambil dompet dari dalam tasnya. Naira terkejut saat dirinya tidak menemukan dompet miliknya.
"Ya Allah, dompetku kemana?" Naira benar-benar di selimuti rasa takutnya, bagaimana tidak karena uang untuk biaya hidupnya selama di Jakarta kini telah raib begitu saja, apalagi Naira bingung bagaimana nanti iya harus membayar makanan yang sudah iya makan dan hampir saja habis tak tersisa.
"Mba kenapa?" tanya si Abang pengamen.
"Dompet saya hilang Bang!" jawab Naira dengan bola matanya yang sudah berkaca-kaca
"Hati-hati Mba, di kawasan sini itu banyak sekali copet, Mba tidak boleh lengah!" ucap si pengamen jalanan.
Naira hanya bisa terduduk lemas saat harus mendapatkan musibah seperti ini.
Ketika si penjual nasi goreng menagih pembayaran, Naira menjawabnya apa adanya
"Alah, jangan alesan mba, bilang saja mau makan gratis, cantik-cantik tapi sayang jadi penipu!" hardik si penjual nasi goreng.
"Saya bukan penipu Bang, dompet saya beneran telah hilang!" sahut Naira mencoba membela diri. Para pengunjung lain pun mulai memperhatikan Naira, ada yang merasa kasihan namun ada juga yang masa bodo. Kali ini tidak ada satu orang pun yang mau menolongnya.
'Ternyata begitu kejamnya hidup di ibu kota, benar apa kata Laras, ibu kota lebih kejam dari ibu tiri.' keluh Naira dalam hati
"Ayo Mba cepet bayar, jangan alasan terus!" desak si penjual nasi goreng.
Naira berusaha mencari sisa uang yang mungkin masih ada di saku celananya, namun sayangnya ia tidak menemukannya. Sungguh miris.
"Biar saya saja yang bayar Bang, berapa totalnya?" tanya seorang pengamen yang tadi sempat mengajak Naira mengobrol
"Tiga puluh ribu bang Juned!" jawab si penjual nasi goreng yang sudah kenal dengannya.
Akhirnya pria yang bernama juned membuka isi dompetnya dan mengeluarkan satu lembar uang lima puluh ribu.
"Sisa kembaliannya tolong berikan padanya!" ucap Juned
Naira sendiri merasa sungkan atas bantuan yang telah iya terima
"Terimakasih banyak Bang, nanti uangnya aku ganti, sisa kembaliannya Abang ambil saja!" jawab Naira.
"Tidak usah Mba, sebaiknya Mba pegang saja uang itu, meskipun tidak seberapa, lumayan untuk pegangan Mba nya, yasudah kalau begitu saya permisi, Mba tidak usah menggantinya, saya ikhlas menolong Mba, karena saya juga pernah berada si posisi itu, dan tidak ada yang menolongku selain pedagang asongan! Berhati-hatilah tinggal di kota Jakarta ini." tegas Juned mencoba memperingatkan Naira
Iya pun dan segerombolan teman-teman nya bergegas pergi.
Kini Naira melakukan kembali perjalanannya.
Hari sudah semakin larut, iya melihat jam di tangannya yang menunjukan hampir jam dua belas malam. Namun suasana kota ini masih saja tetap ramai. Setibanya Naira di salah satu gang sempit, tiba-tiba ia mendapati seorang wanita keluar dari dalam mobil sedan berwarna hitam yang berhenti tidak jauh darinya, lalu wanita tersebut menutup pintu mobil tersebut secara kasar
"Cih, dasar pria brengsek, habis manis sepah di buang! Pergi kau bersama istrimu, aku memang wanita j*lang!" umpat wanita tersebut sambil berjalan sempoyongan.
Naira cukup terkejut melihatnya, bagaimana tidak, ini untuk pertama kalinya iya melihat secara langsung seorang wanita yang memiliki paras cantik mengenakan pakaian yang sangat minim dan begitu ketat bahkan belahan buah dadanya sangat terekspos.
"Astaghfirullah, kenapa dengan wanita ini? Kok jalannya sempoyongan seperti itu?" tanya Naira bermonolog.
Lalu wanita tersebut memuntahkan isi perutnya.
"Hoek..hoek!
Merasa kasihan, Naira buru-buru membantunya, iya berusaha memijit tengkuk leher wanita tersebut.
"Mba tidak apa-apa ?" tanya Naira terlihat cukup panik karena wajah wanita itu terlihat pucat dan penampilan riasan wajah nya sangat berantakan
Setelah berhasil memuntahkan isi perutnya, wanita tersebut merasa lega. Sedangkan Naira buru-buru membeli sebotol air mineral dengan sisa uang yang tadi, dan segera memberikan botol minuman tersebut kepada wanita yang saat ini berada di hadapannya.
"Glek..glek ..glek." satu botol air mineral tandas iya minum, kemudian wanita tersebut menyusut bibirnya dengan selembar tissu, lalu di tatapnya wajah Naira
"Terimakasih sudah menolongku!" ucap si wanita tersebut
"Iya Mba sama-sama!" jawab Naira sambil melempar senyum.
"Namaku Luna, siapa namamu?" tanya wanita tersebut yang mengaku sebagai Luna, kali ini penglihatannya masih terasa kabur, lalu iya terus mengucek kedua bola matanya.
"Namaku Naira!" jawab singkat Naira.
Kemudian Luna melihat kembali Naira yang terus menggenggam satu buah koper .
"Kau bukan warga sini ya?" tanya Luna.
Akhirnya Naira menjelaskan semuanya kepada Luna, dari mulai saat dirinya menginjakkan kakinya di kota ini, Luna pun merasa iba dan kasihan terhadap Naira, menurut nya, Naira adalah wanita baik yang telah terperangkap di kota metropolitan.
"Baiklah, kau ikut denganku! Hari juga sudah semakin larut, akan ada banyak orang-orang jahat berkeliaran di sini!" Ajak Luna sembari menarik tangan Naira.
"Terimakasih Mba Luna, aku memang butuh tempat untuk melepas rasa lelahku!" jawab Naira yang memang sudah merasa kelelahan.
Akhirnya Naira mengekori Luna melangkahkan kedua kakinya masuk ke dalam gang sempit.
Bersambung...
🌻🌻🌻🌻🌻🌻
gk tega aku thor, klo Naira diduakan😭
itu pasti org Marcel yg mengintip utk mencari tahu apa yg dilakukan oleh Nathan