Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33.
Mendengar teriakan Jane tersebut, membuat Ayahnya bukan merasa bersalah, tapi membuat pria itu semakin kalap.
"Kau.. kau putri sialan! bukannya minta maaf, tapi malah semakin menjadi-jadi! kau bukan putriku... pergi! jangan datang lagi ke rumahku!!" teriak Ayah Jane dengan kencang.
PRANG!!
Sebuah benda di lemparkan Ayahnya, dan nyaris mengenai Jane, tapi tidak sampai di situ saja, Ayah Jane dengan emosi memukul Jane, hingga terjatuh ke lantai.
"Apa Papa sudah lupa, aku memang bukan putrimu lagi! bukankah kau sudah mengeluarkan aku dari kartu keluarga mu?!" sahut Jane mengingatkan Ayahnya, soal dirinya bukan bagian dari keluarga Ayahnya lagi.
Sementara Ibu dan adik tirinya, diam-diam tersenyum senang melihat Jane di aniaya Ayahnya.
"Kau sungguh berani menjawab semua perkataan ku! aku menyesal punya seorang putri seperti dirimu!!" teriak Ayah Jane semakin kalap.
PLAK!!
Kembali ia memukul Jane yang terjatuh di lantai, dengan wajah merah padam, karena mendengar perkataan Jane, yang tidak mengakui istrinya sebagai Ibu Jane.
Ayah Jane merasa tidak puas memukul Jane, yang teronggok di lantai dengan wajah yang sudah lebam.
Pria itu melepaskan sabuk pinggangnya, lalu mengayunkannya menghantam tubuh Jane, dan Jane diam saja merasakan betapa sakitnya, sabuk itu menghantam tubuhnya.
Hatinya terasa semakin sedingin es, dengan wajah datarnya menahan rasa sakit.
Sabetan sabuk pinggang itu, semakin terasa nyeri menghantam tubuhnya.
Dan, tampak darah keluar dari sudut bibir Jane.
Ayah Jane merasa tidak puas, dengan gelap mata mengayunkan lagi sabuk pinggangnya.
Tapi tiba-tiba, ia merasakan sabuk itu tersangkut. Sepertinya di tahan seseorang.
Ayah Jane menoleh, melihat siapa yang menahan sabuknya.
Matanya spontan terbelalak, melihat seorang pria tinggi besar, memegang sabuk yang hendak ia ayunkan, untuk mencambuk Jane.
"Siapa kau?" tanya Ayah Jane dengan tajam.
Sementara Ibu dan adik tiri Jane, saling merangkul ketakutan, saat melihat pria itu menerobos masuk ke dalam rumah mereka.
Pertanyaan Ayah Jane tidak di jawab pria itu, ia menarik sabuk itu dari genggaman Ayah Jane, dengan kuat hingga terlepas.
Lalu ia melemparkan sabuk pinggang itu, dengan kasar ke lantai.
"Anda ingin membunuh istri saya! Papa macam apa anda! sungguh biadab!!" ujar pria itu, yang tidak lain adalah Hendrik.
Ayah Jane terdiam di tempatnya, baru ini ia melihat menantunya, yang di kabarkan pria yang sangat menyeramkan, karena isu tentang ia membunuh sahabat sepupunya sendiri.
Hendrik berjongkok, lalu meraih tubuh Jane yang teronggok di lantai, terlihat begitu mengenaskan.
"Aku hanya ingin memberi pelajaran padanya, karena sudah berani melawan perkataan ku!" jawab Ayah Jane, menjelaskan kenapa ia sampai memukul Jane.
"Seperti begitu kah di dalam keluarga anda, cara untuk memberi pelajaran pada anggota keluarga anda?!" tanya Hendrik dengan tekanan nada, yang begitu mendominasi.
Membuat Ayah Jane menjadi takut, merasakan aura yang begitu kuat dari Hendrik.
Hendrik membopong Jane, dan melihat wajah Jane yang lebam, dan mengeluarkan darah dari sudut bibirnya, sontak membuat wajah Hendrik menggelap.
BRAK!!
Kakinya yang panjang, menendang benda yang ada di dekatnya, lalu menendang sofa hingga terpental beberapa langkah.
Suasana rumah Ayah Jane terasa mencekam, karena Hendrik yang tiba-tiba muncul, dengan amarahnya yang menakutkan.
"Anda Ayah yang sangat kejam! Jane putri anda, ia seorang wanita, bukan seorang pria!!" teriak Hendrik dengan kencang, hingga membuat ruangan itu seakan bergetar.
BRAK!!
Kembali kakinya menendang apa saja yang ada di dekatnya, ia sudah gelap mata melihat Jane yang terluka.
"Anda bukan seorang Ayah, begitu tega menganiaya putri kandungnya sendiri!!" teriak Hendrik lagi dengan kalap, "Anda mencoba ingin membunuh istri saya, brengsek!!"
BUK!!
Hendrik menendang Ayah mertuanya itu dengan kuat, hingga terjatuh ke lantai.
"Seandainya istriku sedang hamil, mungkin sudah keguguran karena anda aniaya, BRENGSEK!!" teriak Hendrik dengan begitu kencangnya.
Satu tendangan lagi di berikan Hendrik, mengenai tubuh Ayah mertuanya, sembari ia tetap membopong tubuh Jane yang lemah.
"Keluarga sialan! bisa-bisanya menganiaya seorang wanita! kalian semua berhati iblis!!" teriak Hendrik lagi, dengan emosi yang meluap-luap.
Ruangan terasa semakin mencekam, melihat amarah Hendrik yang menggila, dan mereka tidak berani untuk membalas perkataan Hendrik.
Mereka ingat Hendrik seorang pria psychopath, yang rumornya pernah membunuh seseorang.
Tapi, di sudut ruangan, adik tiri Jane, Lusi, mengetatkan gerahamnya menahan rasa iri.
Ia begitu iri melihat Hendrik, sangat sayang pada Jane, dan sepertinya pria itu begitu memperhatikan Jane.
Diam-diam Lusi mendambakan pria seperti Hendrik, yang akan selalu melindunginya, dan selalu siap melakukan apapun untuk dirinya.
Seandainya waktu itu, ia mau menerima wasiat pernikahan, yang sudah di atur Kakek Hendrik pada putri keluarga Rydell, mungkin sekarang, ia sudah merasakan perhatian Hendrik padanya.
Karena, ternyata penampilan Hendrik tidak begitu seram, seperti gosip selama ini menceritakan tentang Hendrik, yang di katakan seorang monster.
Hendrik justru terlihat begitu tampan, dan sangat memesona, dengan tubuh tingginya yang kekar.
Bersambung.....