bagaimana jika anak kembar di perlakukan berbeda? satu di sayang bagai ratu dan satu lagi di perlakukan layaknya babu.
perjuangan Alana di tengah keluarga yang sama sekali tak pernah menganggap nya ada, ingin pergi namun kakinya terlalu berat untuk melangkah. Alana yang teramat sangat menyayangi ayahnya yang begitu kejam dan tega padanya, mampukah Alana bertahan hingga akhir? akankah Alana mendapat imbalan dari sabar dan tabah dirinya sejauh ini?
cerita ini hanya fiktif belaka ya, kalo ada yang namanya sama atau tempat dan ceritanya itu hanya kebetulan, selamat membaca😊❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alana 8
"sudah jam segini, anak sial itu malah belum pulang!" marah Kunan yang tak tenang, dari ruang tamu ke pintu dia terus bolak balik entah dia hawatir atau apa yang jelas ini sudah jam 00:23, dan Alana sama sekali tidak terlihat
bahkan Pharta, Rayn dan Seno sama gundahnya, mereka tak bisa tidur karena Ayah mereka tak berhenti menggerutu yang juga sesekali menendang pintu atau memecahkan vas bunga, sedangkan Aluna terlelap tanpa peduli
"HP nya gak aktif yah" sahut Pharta
"siang tadi, juga Seno gak liat dia di sekolahnya yah" sambut Seno juga
"apa anak sial itu mau jadi gelandangan hah! sialan kalau dia pulang besok, lihat bagaimana saya memberinya pelajaran!!" marah Kunan
Kunan benar-benar tak bisa tidur malam itu, semalaman hanya mondar mandir dari pintu ke ruang tamu. rasanya Kunan ingin mencekik anak sialnya itu jika datang nanti
"tu anak kemana si, mau jadi lont* apa gak pulang semalaman gini!" gumam Rayn pelan, hanya Pharta dan Seno yang mendengar nya
"maaf Tuan, saya Khawatir Non Lana kenapa-napa.. apa kita gak cari aja? tadi pagi Non Alana gak sarapan uang yang Tuan titip di saya juga belum di ambil sama Non Alana Tuan" tutur Sumi merasa cemas
selama ini hanya Sumi yang diam-diam perhatian pada Alana, bahkan Alana pun tidak pernah tau jika Sumi terkadang diam-diam merawat lukanya disaat tidur, Sumi tidak jarang menangisi nasib nona mudanya itu. Sumi bertahan menjadi ART di rumah besar itu demi Alana, rasa sayangnya pada Alana cukup besar gadis malang yang hidup sebatang kara di tengah-tengah keluarganya
"anak sial itu tidak mengambil uang jatahnya?" tanya Kunan memperjelas
"iya tuan..." jawab gugup Sumi
'Lana kemana? tanpa uang.. dia kemana sampai malam begini?' batin Seno
"biar Rayn yang cari dia Yah" Rayn berdiri, menenteng Jas nya berjalan keluar
"tidak perlu! Kalian istirahatlah, biar Ayah yang cari anak itu" ucap Kunan keluar mengambil kunci mobilnya
'semoga Non Alana gak kenapa-napa ya Allah.." batin sumi
Seno masuk ke kamarnya tanpa peduli lagi dengan apa yang abang-abangnya ingin lakukan. pharta seperti merenung, belum berniat untuk masuk ke kamarnya sedangkan Rayn sudah meninggalkan ruang tamu menuju kamar Aluna, Rayn membuka pintu kamar itu sedikit untuk memastikan Tuan putrinya terlelap tanpa gangguan
"Bom, temukan Alana, sekarang juga!" ucap Kunan memberi perintah melalui sambungan Telepon, Bombom yang menerima perintah segera melaksanakan nya. Kunan menyusuri jalan yang menuju sekolah kedua putrinya itu, memastikan Jika Alana tidak ambruk karena siksaannya
"menyebalkan! anak sial itu benar-benar menyusahkan! harusnya dulu dia yang mati!" gumam Kunan memukul stir mobilnya
di tempat lain, Alana sedang tidur terlelap, alam mimpinya membawanya berkelana malam ini, setelah lelah berdebat dengan Jinan beberapa jam lalu sebelum tidur, Jinan bersikeras untuk tidak membiarkan Alana menghubungi ayahnya
"pokoknya sebelum punggung Lo sembuh total lo gak bakalan gue kasih pulang!" ucap Jinan setelah Alana terlelap di beberapa jam lalu
dalam mimpinya, Alana lagi-lagi melihat dirinya di saat kecil, di mana dia dan Aluna terjatuh bersama ke dalam kolam, Ayah dan ketiga abangnya hanya khawatir dengan Aluna dan bahkan mengabaikan dirinya yang sudah tenggelam kehabisan nafas, di sana Alana berteriak meminta tolong, dia ingin menyelamatkan dirinya yang tenggelam namun tangannya tak dapat menyentuh tubuh mungil yang tenggelam itu, Alana hanya menangis hingga seseorang datang tiba-tiba wajahnya tertutup semburat cahaya hitam sama sekali tidak dapat dia kenali. dia seorang lelaki yang tingginya sama dengan kedua abangnya, Rayn dan pharta namun wajahnya yang hitam buram itu benar-benar tak bisa dia kenali, anak laki-laki itu datang dan menyelamatkan tubuh kecilnya yang tenggelam, berusaha keras mengeluarkan air dari dalam tubuh Alana bahkan menyelimuti tubuh lemas itu dengan handuk dan berlari membawanya kedalam. Alana tak bisa mengikutinya kedalam, hanya bisa melihat tubuh kecil itu di gendong masuk
"Lan.. Alana!!" teriak Jinan membangunkan Alana yang masih terlelap
"hah? apa? udah pagi ya??" ucap Alana bangun dengan rambut acaknya
"ye.. sholat subuh sono, hari ini lo gak usah masuk sembuhin punggung lo dulu ntar gue yang izinin. kalo sampai gue gak temuin lo pulang sekolah nanti, awas aja lo, gue laporin bapak lo ke polisi!" ancam Jinan
"tapi gue gak mau ketingal.. "
"sstt.. ntar pulang sekolah gue ajarain semua yang di pelajarin di sekolah, udah deh gak usah ngeyel!" potong Jinan
mau tak mau Alana hanya bisa mengikuti perintah Jinan, Alana menyiapkan sarapan selagi Jinan bersiap ke sekolah. walau setelahnya mendapat omelan dari Jinan lagi, Alana hanya bisa diam
"ntar gak usah ngapa-ngapain, ada bik Ani yang ngurus rumah Lo cuma perlu istirahat oke? nonton TV boleh tapi HP lo masih gue sita, jadi mendingan lo duduk anteng jagain rumah gue oke?" oceh Jinan sebelum berangkat, Alana hanya bisa menarik nafas dan menganggukkan kepalanya
ocehan Jinan membuatnya seperti merasakan kehidupan pagi anak-anak lain yang bangun pagi di sambut omelan emaknya.
entah apa yang akan Alana sambut jika pulang nanti, Alana sudah menebak jika Ayahnya sedang marah besar saat ini. Tapi Jinan benar, punggungnya hampir mati rasa karena luka yang tanpa henti dia Terima mungkin menunggunya sampai kering baru pulang tidak terlalu buruk? walau setelah pulang nanti mungkin nyawanya menjadi taruhan
.
"Jinan!" panggil Aluna saat Jinan hampir masuk kelas, Jinan berbalik untuk menyambut Tuan Putri manja itu
"apa?" tanya Jinan dengan wajah tanpa dosa
"Alana mana?" Aluna celingak celinguk melihat kelas yang masih sepi
"Lo kan saudara kembarnya, ngapain tanya gue?" jawab Alana santai, Aluna terkejut mendengar ucapan Jinan
"Lo tau dari mana gue dan Lana kembar?" tanya Aluna lagi tak senang
"wihh.. tatapannya, aduhh takut nih" Jinan menutup wajahnya dengan jari-jari terbuka seolah sangat takut dengan tatapan Luna yang tak senang
"kenapa gak pake insting lo buat nyari tau Lana dimana? malah nanya ke gue, mau heran tapi ARDINATA FAMILY" lanjut Jinan
"lo ngatain keluarga gue? jangan macem-macem ya lo Jinan!" marah Aluna
"aduh, takut banget.." sahut Jinan meninggalkan Aluna dan masuk ke kelasnya, Jinan tidak peduli bahkan jika Ayah mereka yang datang untuk mengancam sekalipun. memang nyali Jinan cukup besar, tapi Jinan punya kekhawatiran nya sendiri hanya saja di tutupi oleh sifat ceplas-ceplos nya
"Jinan.. !!! gue belum selesai ngomong ya sama lo!!" teriak Aluna nyaring, beberapa siswa yang sudah datang di buat terkejut dengan teriakannya
"lo liat gue kayak wewe gombel kah? lo pikir gue penculik apa? lagian lo ngapain si peduli banget sama Lana, bukannya dia cuma 'PE.BAN.TU' lo doang ya?" celetuk Jinan yang muncul di jendela dengan nada sindiran nya yang khas
"lo.. !"
"udah deh, cuma anak pembantu doang kan? mungkin aja dia capek kerja sama lo terus ngundurin diri, bisa jadi kan?" potong Jinan lagi
Aluna tak tau harus berkata apa lagi, Luna berusaha menahan amarahnya yang hampir meledak
"Luna, emangnya pembantu lo si Alana itu pergi tanpa bilang ya? kayaknya juga dia belum dateng, apa jangan-jangan dia pulang ke kampung halamannya? kenapa gak cari pembantu baru aja?" sahut salah satu temannya yang lain
"tuh dengerin, cari pembantu baru aja, cuman PEMBANTU DOANGkan? apa susahnya nyari yang baru" sindir Jinan lagi yang tak mau berhenti
"Diam!!" bentak Aluna pada Jinan, Aluna pergi dengan cepat sepertinya dia tidak akan mendapat jawaban apapun dari Jinan, Aluna yakin Jinan tau Alana di mana
Alana tidak ingin orang lain memandangnya jahat karena tak ingin mengakui Alana sebagai saudara, sekarang Jinan tau kebenarannya yang entah tau dari mana yang jelas Aluna tidak akan membiarkan orang lain tau jadi Aluna akan berusaha membungkam Jinan
'tapi, Jinan kayaknya tau dari lama, waktu itu juga bilang Lana itu bukan pembantu gue.. kok gue gak sadar sih!! tapi dia tau dari mana? apa jangan-jangan Lana yang kasih tau?'batin Aluna gundah tak terima