"Kalo sudah malam, jangan keluar rumah ya ndok. Nanti di bawa kuntilanak!"
~~
"Masalah nya bukan di kamu, tapi di dia."
~~
"JADI SELAMA INI EYANG!??"
Dara, adalah seorang gadis yang baru saja lulus sekolah SMA, dia tidak langsung melanjutkan studi karena orang tua nya terkendala biaya. Dara lalu di titipkan pada Eyang nya yang Dara sendiri tidak pernah tau kalau dia punya eyang, dia di kirim ke kampung yang entah itu dimana.
Dan di sanalah Dara mengalami semua kejadian yang tidak pernah dia alami sepanjang hidup nya, dia juga mengetahui rahasia tersembunyi tentang keluarga nya yang tidak pernah dia sangka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS.11 Mengusap kepala.
Dara berlari dengan sekuat tenaga menghampiri eyang nya yang sekarang sudah berada di tanah, seperti nya eyang hendak lari tapi karena dia tidak bisa berjalan maka dia hanya bisa mengesot dengan susah payah.
"Eyang kenapa?" Tanya Dara, Dara membantu eyang nya bangun dengan susah payah tapi eyang nya masih menangis ketakutan.
"Pergi dari sini, ayo pergi dari sini." Teriak eyang, Dara dan bi Endang yang panik pun langsung membantu eyang bangun dan pergi dari sana.
"Ada apa toh, eyang?" Tanya bi Endang.
"Ada orang besar sekali, dia bawa rante dan terus menatap kearahku Endang." Ujar eyang.
Dara yang mendengar itu lalu menoleh kembali ke belakang, dia ingin memastikan apakah memang ada makhluk yang eyang nya katakan itu ada atau tidak. Dan ternyata Dara tidak melihat apapun, Dara tidak melihat orang dengan ciri - ciri yang eyang nya sebutkan.
'Orang yang eyang maksud ini.. apakah hantu?' Batin Dara.
Karena sejak Dara datang ke rumah itu eyang nya selalu mengatakan bahwa ada sosok besar yang hendak membawa nya pergi, tapi itu hanya eyang nya saja yang bisa melihat.
Mereka kembali ke rumah dan saat mereka sampai di teras, dari jauh Dara melihat seorang perempuan yang berjalan menuju ke arah sungai. Dara memperhatikan nya sampai dia tidak sadar eyang dan yang lain sudah masuk kedalam rumah.
Dan seolah terhipnotis, Dara berjalan menuju ke arah sungai. Dara mencari - cari perempuan yang berjalan tadi sampai hampir mendekati sungai, dan..
"Ting!"
"Ting!"
"Ting!"
Dara terkejut karena tiba - tiba notifikasi di ponsel nya berbunyi. Dia pun langsung melihat ponsel nya dan ya.. Dia mendapatkan sinyal.
"Alhamdulillah.. Dapet sinyal." Dara girang dan langsung membuka pesan.
Ada banyak sekali pesan yang masuk dan Dara membuka pesan dari ibunya.. Dara sudah berharap ibunya akan mencemaskan nya karena dia sudah beberapa hari tidak ada kabar. Tapi raut wajah Dara berubah setelah membuka isi pesan dari ibunya..
"Yang nurut sama eyang, kalo utang mama sama papa udah lunas dan udah beli rumah lagi nanti mama jemput kamu."
Itu yang tertulis di pesan, Dara yang semula merasakan rindu pada orang tuanya seketika menjadi marah dan sedih. Dia menghapus air matanya dan beralih membaca pesan dari ayah nya.. Yang berbunyi..
"Dara sayang, maafin papa karena nitipin kamu ke eyang nak. Tunggu sampe papa sama mama sudah bisa bawa kamu lagi, papa akan jemput kamu nak."
Bunyi nya kurang lebih sama dengan ibunya, Dara yang membaca itu benar - benar kecewa dan mengantongi kembali ponsel nya.
"Nyesel gue dapet sinyal, sekalian aja gue nggak dapet sinyal jadi gue nggak baca pesan mereka." Ujar Dara dengan air mata yang menetes.
"Kalo nggak sayang kenapa nggak bilang aja, gue bisa kok hidupin diri gue sendiri. Emang kapan mereka adil, kak Riri yang dapet paling banyak kasih sayang cuma karena dia lemah jantung." Gumam Dara lagi.
Tidak kuat menahan sesak di dada nya, Dara pun berjongkok menyembunyikan wajah nya sambil memeluk lutut nya dan menangis sesenggukan disana sendirian.
"Hiks.. Hiks.."
"Nggak ada yang sayang sama gue." Gumam nya..
Namun baru saja Dara berkata demikian, Dara merasa sesuatu menyentuh kepalanya. Dara merasa kepalanya di usap oleh seseorang, Dara tidak merasa aneh dia pikir itu mungkin bi Lastri atau bi Endang.
"Yang sabar cah ayu.."
Dara bahkan mendengar suara lembut yang sangat mirip dengan suara bi Endang, sehingga dia malah semakin meluapkan tangis nya. Hatinya begitu sesak karena dia sama sekali tidak di rindukan oleh orang tua nya, dan entah kenapa saat itu Dara menangis sejadi - jadi nya, tidak pernah Dara menangis sampai begitu kalut sampai terisak - isak, seolah semua unek - unek nya keluar.
Usapan tangan bi Endang membuat Dara merasa dirinya di sayangi oleh seseorang, cukup lama Dara menangis.. dan selama Dara menangis itu juga Dara merasa usapan tangan bi Endang masih membelai - belai kepalanya. Sekitar lima belas menit kemudian baru Dara merasa lebih baik, tapi..
"Makasih bi.. En.." Dara kebingungan, saat dia mendongak kan kepalanya dia tak mendapati siapapun berada di belakang nya.
Dara celingukan dengan panik, dia menghapus air matanya dan bangun dari jongkok nya.. tapi memang tidak ada bi Endang sama sekali. Mustahil jika bi Endang pergi secepat kilat, karena Dara masih sempat merasakan usapan tangan nya saat sebelum dia mendongak.
"Bi.." Panggil Dara, tapi tidak ada yang menyahut.
Merasa aneh, Dara akhir nya langsung bergegas pergi dan masuk kedalam rumah. Heran nya baik bi Endang atau bi Lastri tidak ada yang mencarinya padahal Dara belok ke sungai sejak tadi.
"Bi Lastri, liat bi Endang nggak?" Tanya Dara pada bi Lastri yang sedang memasak di dapur.
"Bi Endang tadi nemenin eyang non di kamar, non Dara nggak jadi mandi tadi katanya mau mandi." Ujar bi Lastri.
"Mandi?" Tanya Dara bingung, karena dia tidak merasa mengatakan nya.
"Iya.. tadi kan non Dara bilang katanya pengen mandi, tadi non udah masuk kedalem kamar mandi kok." Ujar bi Lastri.
Mendengar itu Dara terdiam, dia yang paling tau dari mana dirinya tadi.. dan siapa yang bi Lastri kira sebegai dirinya? Dara langsung berjalan ke arah kamar mandi dan memang terdengar suara keran air menyala dari luar.. Tanpa aba - aba lagi Dara langsung membuka pintu kamar mandi itu dan.. kosong.
Tidak ada siapapun, tidak ada bekas air apapun, air keran nya pun mati dan lantai kamar mandi juga masih kering, padahal jelas Dara mendengar suara keran air yang menyala tadi.
'Ini nggak bener, ada yang aneh sama rumah ini.' Batin Dara.
Dia yang sebelum nya tidak pernah sedikitpun bersinggungan dengan hal mistis dan ghoib kini sering mengalami hal janggal yang tidak bisa di jelaskan dengan logika. Sudah banyak yang Dara alami, dia semakin yakin bahwa ada yang tidak beres.
Dan malam harinya..
Selepas Dara menunaikan sholat isya, Dara mencoba untuk mengaji di rumah itu.. dia lancar - lancar saja saat mengaji tapi selama dia mengaji Dara merasa mendengar ada angin besar yang berputar di luar rumah, Dara tidak menghiraukan nya sama sekali dan terus mengaji.
Sampai akhir nya Dara selesai, dan barulah Dara tidak mendengar suara apa - apa lagi dari luar rumah. Dara kemudian keluar dari kamar dan keadaan sudah sepi.. dia berjalan menuju ke meja makan dan duduk di sana sendirian sambil meminum air putih.
"Kamar itu.. kenapa di dalem mimpiku mbah uyut melarang membuka kamar itu.. ada apa di dalam nya?" Gumam Dara, sambil matanya menatap ke arah pintu kamar yang selalu terkunci.
BERSAMBUNG..
ato ga bisa pindah rumah karena ada sesuatu yg mengikat di rumah itu?