Arindita memutuskan pindah rumah setelah bercerai dari mantan suami yang lebih memilih wanita simpanannya.
Didampingi oleh putra satu-satunya yang baru berusia delapan tahun, mereka pindah ke sebuah perumahan elit di kawasan ibukota.
Namun kepindahan mereka membuat Arindita dekat dengan anak tetangganya, disitulah kehidupan kedua Arin dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dukungan Para Tetangga
"Arin ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu, ini... Mengenai Meimei" Tutur Sonny bernada serius, ia menghentikan acara makannya membuat Arin juga melakukan hal yang sama.
"Apa itu mas? Kedengarannya serius sekali"
"Emm.... Begini, saya sedang bingung sebenarnya akhir-akhir ini Meimei tidak mau dengan siapa-siapa selain kau. Saya takut Meimei hanya ingin denganmu, saya sudah mencoba menyewa pengasuh baru tapi dia tetap tidak mau. Saya bingung harus bagaimana, menurutmu apa yang harus saya lakukan?" Tanya Sonny meminta pendapat, mungkin saja Arin punya solusi untuk Meimei kedepannya. Karena jujur Sonny sudah tidak tau lagi harus melakukan apa.
Arin terlihat berpikir untuk mencari solusi, ia juga harus mencari saran yang paling tepat. Meimei memang susah akrab jika sudah dekat dengan seseorang, dilihat dari sifatnya Meimei akan sangat sulit menerima orang baru kecuali orang yang dekat dengan Meimei ada disampingnya.
"Emm.... Begini mas, kalau mas tidak keberatan bagaimana jika saya jadi pengasuh Meimei saja? Kebetulan saya juga tidak ada kerjaan di rumah dan Meimei juga ingin terus bersama saya. Itu pun jika mas Sonny mengizinkan" Ucap Arin memberi saran, alih-alih menyuruh Sonny untuk mencari pengasuh baru Arin justru menawarkan dirinya menjadi babysitter untuk Meimei.
Sonny memikirkan tawaran Arin matang-matang, disisi lain ia juga memang ingin menitipkan Meimei pada Arin selagi sang putri memang ingin terus bersama wanita tersebut.
Tapi masing ada yang mengganjal di hatinya.
"Kau yakin ingin menjadi babysitter Meimei? Pikirkanlah baik-baik Arin, saya hanya meminta saran bukan berarti saya mengkode supaya kau mau menjadi pengasuh Meimei" Kata Sonny meluruskan, ia takut Arin salah paham dan menyalah artikan pertanyaannya.
"Saya serius mas, lagipula hanya selama mbak Ayu tidak ada kan? Lagipun kalau saya menyarankan agar Meimei mencari pengasuh baru lagi apa Meimei akan mau? Lebih baik Meimei dengan saya saja, tapi saya tidak akan memaksa jika mas tidak mengizinkannya" Sahut Arin menyangkal apa yang dipikirkan Sonny.
Mendengar jawaban Arin membuat Sonny meyakinkan dirinya untuk menerima tawaran wanita ini, toh tidak ada pilihan lain juga. Benar apa yang dikatakan Arin, lebih baik Meimei bersama dengan Arin saja selama mbak Ayu pulang ke kampung halamannya.
"Baiklah, saya setuju. Tapi saya tidak mau hanya sekedar menitipkan Meimei padamu. Kau juga harus menerima imbalan, aku ingin men-gaji mu setiap bulan" Ucap Sonny dengan tegas.
"Tidak perlu mas, saya.... "
"Tidak ada penolakan! Saya tidak mau terus merasa tidak enak, untuk permintaanku kali ini tidak ada negoisasi" Ujar Sonny menambahkan.
Arin tersenyum lucu lalu mengangguk pasrah, "Baiklah, terserah mas saja. Aku tidak akan mempersalahkan hal seperti itu lagi"
Sonny pun ikut tersenyum, kini ia merasa lega karena sudah mendapatkan seseorang yang pas untuk membantunya menjaga sang buah hati.
***
Hari demi hari terlewati, sudah hampir satu bulan lamanya Meimei selalu bersama dengan Arin. Kedua perempuan itu sudah seperti Ibu dan anak jika diamati, Meimei sudah berani merengek dan merajuk kepada Arin layaknya seorang anak kandung.
Seperti tak ada dinding pembatas diantara kedua orang berbeda generasi tersebut, Meimei kian lengket dan selalu bermanja ria kepada wanita dewasa itu.
Meimei tak segan segan menangis jika Arin pergi, bahkan sudah mulai merasa iri jika Arin mendekati anak tetangganya.
Seperti yang terjadi saat ini, ketika Arin menggendong anak tetangganya yang baru berusia dua tahun Meimei langsung meminta Arin menurunkan anak tersebut.
"Tante Meimei juga mau digendong...! Cepet turunin adeknya!! Tante cepetannn..... " Perintah Meimei menarik-narik dress yang Arin pakai.
"Sebentar sayang, tante kan baru gendong. Meimei liat deh adeknya, lucu ya" Ucap Arin menunjukkan wajah gemas anak perempuan itu.
"Gak! Cepet turunin... Meimei mau digendong..!" Seru Meimei bernada ketus, terus memaksa Arin agar menggendong dirinya.
"Iya iya, sabar sayang" Arin pun lantas menyerahkan kembali balita tersebut kepada Ibunya.
Kemudian ia menggendong Meimei yang sedari tadi sudah memaksa.
"Waduhh..... Meimei tambah lengket aja sama tante Arin" Ucap Puspa melihat kedekatan kedua tetangganya itu.
"Iya nih, udah kayak Ibu dan anak aslinya" Tambah Dewi yang juga menyetujui perkataan temannya.
"Maklum mbak, sudah sebulan Meimei sama saya. Sekarang juga jadi tambah manja, sering iri kalau saya deket sama anak yang lain" Jelas Arin, ia pun merasakan hal yang sama dengan yang dikatakan Ibu-ibu tersebut.
"Kalau sudah seperti ini nanti susah dekat sama yang lain, tambah gede pasti tambah lengket. Mending jadi Ibu benerannya aja" Celetuk Dewi sambil tertawa bergurau.
"Nah bener tuh kata mbak Dewi, lagian mas Sonny juga seorang duda. Cocok sama mbak Arin, saling melengkapi gitu" Ujar Puspa sepakat.
"Hayoloh mbak Arin, Jangan-jangan mas Sonny suka godain mbak Arin ya kalau ketemu" Cetus Sari menggoda Arindita.
Wajah Arin mendadak memerah, kedua pipinya bak tomat yang baru saja matang. Kenapa ia jadi tersipu mendengar godaan para tetangganya padahal ucapan mereka sama sekali tidak benar, Sonny tidak pernah menggoda Arin, mereka selalu bersikap biasa saat bertemu.
"Ya ampun, apaan sih mbak... Gak kayak gitu kok, saya dan mas Sonny biasa-biasa saja" Ungkap Arin mengelak.
"Tapi hati-hati loh mbak Arin bisa jatuh cinta lama kelamaan, mas Sonny kan ganteng, kaya raya, baik lagi. Siapa sih yang enggak mengagumi sosok mas Sonny" Tutur Indah yang langsung dibenarkan oleh yang lain.
"Memangnya mbak arin kalau ngomong sama mas Sonny gak pernah merasa dag-dig-dug gitu? Saya aja waktu di senyumin pas mas Sonny berangkat kerja berasa gimana gitu loh jantung saya" Ungkap Indah mengutarakan apa yang ia rasakan.
Arin diam memikirkan kata-kata mereka, benarkah ia akan jatuh cinta pada lelaki itu? Tapi sesekali Arin masih terbayang akan sosok mantan suami, mungkinkah ia bisa jatuh cinta lagi??
Beberapa detik Arin melamunkan hal tersebut, dengan segera ia menggeleng-geleng guna membuang pikiran-pikiran itu.
"Saya belum setahun bercerai mbak, masa sudah ada pengganti saja" Timpal Arin.
"Ya gapapa dong mbak, itu artinya mbak Arin membuktikan bahwa mbak enggak terpuruk ditinggal oleh mantan"
"Iya mbak, buktikan sama mantan mbak kalau mbak bisa menemukan pengganti yang lebih dari masa lalu mbak Arin"
Semua orang menyoraki Arin serta mendukung hubungan Arin dan Sonny, mereka merasa kedua orang berbeda jenis kelaminn itu sangat cocok jika disandingkan.
Masih muda, sama-sama single parent dan juga memiliki tampang yang sempurna. Sayang sekali jika tidak di jodoh-jodohkan.
"Aduh Ibu-ibu ini pada kenapa sih? Suka sekali menggoda saya sepertinya. Sudah ah malu ada anak-anak" Kata Arin mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Malu kenapa? Toh di depan calon anak sendiri. Iya gak Meimei? Meimei mau gak punya Ibu kayak tante Arin?" Ujar Dewi bertanya pada sosok Meimei yang berada dalam gendongan Arin.
Meimei langsung menganggukkan kepala, menatap Arin dengan hati yang bungah.
"Tuh kan, Meimei aja mau"
Namun Arin hanya diam dengan rasa gundah yang tiba-tiba menjalar di dalam jiwanya.