NovelToon NovelToon
Tutorku Tunanganku

Tutorku Tunanganku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mashimeow

"Mulai sekarang gue yang jadi tutor lo sampai ujian kenaikan kelas."

Awalnya Jiwangga hanya butuh Keisha sebagai tutornya, itupun dia tidak sudi berdekatan dengan anak ambis seperti Keisha.

Sayang seribu sayang, bukannya menjauh, Jiwangga malah dijodohkan dengan Keisha.

Lantas bagaimana kelanjutan kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mashimeow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Petak Umpet

Jiwangga berjalan dengan langkah tertatih menuju ruang UKS dengan susah payah. Ia merasa seperti sedang terkena kram pada bagian perutnya. Kalau tidak dibantu oleh Joshua dan Tristan, mana mungkin pemuda itu bisa menjangkau ruangan itu seorang diri. Hantaman dari bola serangan Keisha sampai membuat kepala Jiwangga berdenyut nyeri. 

Ia lantas menidurkan tubuhnya di atas salah satu ranjang dan menyamankan posisi.  Ada perasaan lega ketika sudah berada di ruangan yang bisa menjadi tempat aman untuknya. Masih lekat ada di ingatan pada momen beberapa menit lalu. Saat benda bulat itu mengenai perut nyaris ulu hatinya membuat sirkulasi pernapasan pemuda itu nyaris terhenti. 

Jiwangga membuka kaus olahraganya sampai tersingkap sebatas dada. Rasa nyeri yang menyerang saat ini pasti akan menimbulkan bekas kebiruan nanti. Dia merasa seperti didatangi malaikat pencabut nyawa. Namun keadaan sudah lebih baik untuk sekarang ini. Jiwangga mengedarkan pandangan ke arah teman-temannya. Raut wajah khawatir mereka tidak bisa disembunyikan.

“Gue beliin air es dulu mau? Buat kompres tuh memar lo biar nggak terlanjur biru nanti,” usul Tristan. 

“Gila sih servisnya Keisha tadi kencang banget. Suaranya waktu kena badan lo udah kayak gorengan baru diangkat dari minyak panas, kriuk,” sahut Julian. Pemuda itu lalu memberikan botol air mineral dingin untuk Jiwangga.

“Itu perempuan punya dendam apaan sih sama gue? Bangke sial banget satu sekolah sama dia,” gerutu Jiwangga. Ia perlahan mengusap permukaan perut ratanya untuk meredakan nyeri. “Titip siomay komplit tanpa pare dong. Lapar gue,” ucap Jiwangga sambil mengeluarkan uang dari kantung celananya.

“Jelas dia punya dendam sama lo. Gue tanya udah berapa kali lo mangkir dari kelas tutornya?” tanya Joshua.

Jiwangga terdiam sejenak memikirkan jawaban atas pertanyaan sang sahabat. “Berapa ya, mungkin sekitar tiga atau empat kali pertemuan?” tanya Jiwangga ragu.

“Nah itu. Gue kalau jadi Keisha juga bakal marah sih,” kata Joshua.

“Kok lo jadi belain Keisha sih?” tanya Tristan.

“Gue netral aja yang menilai secara objektif. Coba lo bayangin gimana jadi Keisha yang nunggu setiap hari di sekolah sampai sore banget biar si Jiwa ikut kelas tutornya dia. Gue nggak asal ngomong doang. Pernah sekali lihat tuh cewek nongkrong di depan kelas waktu gue mau latihan basket,” jelas Joshua.

“Tapi kan lo juga nggak bisa memaksakan opini kalau si Jiwa harus datang ke bimbingannya Keisha. Mau atau nggak juga keputusan ada di Jiwa lah bukan Keisha,” sahut Tristan sewot.

“Gue nggak ada bilang memaksa—“

Jiwangga melirik ke arah dua sahabatnya dengan tatapan sinis. “Berisik. Lo berdua aja sana beliin gue air es,” usir Jiwangga.

“Bertiga sama gue aja. Ini anak dua kalau udah debat dan nggak ada yang lerai bisa hancur nanti satu sekolah,” kata Julian. 

Jiwangga mengangguk pasrah. Tangannya terulur untuk memberi kode pada tiga sahabatnya itu untuk segera pergi. Lantas pemuda yang tubuhnya sedikit lebih kecil itu merangkulkan kedua tangannya pada pundak Tristan dan Joshua bersamaan. Ruangan yang hanya dihuni oleh Jiwangga seorang diri menjadi sunyi setelah ketiga temannya pergi. 

Pemuda tampan berkulit sawo matang itu memejamkan matanya sejenak. Berada di tempat sepi membuatnya mengantuk. Semilir angin dari pendingin ruangan berhembus menyapa rambut hitam arangnya. Jiwangga hampir saja jatuh terlelap dalam mimpi kalau tidak mendengar suara langkah kaki samar-samar dari pintu masuk.

Mungkin saja Tristan, Julian, dan Joshua sudah kembali.

“Siomaynya ada nggak?” tanya Jiwangga.

“Oh ternyata lo nggak benar-benar sakit ya. Gimana reaksinya Pak Herman kalau gue bilang ternyata tadi lo cuma pura-pura sakit biar bisa cabut ke UKS?” Suara yang pemuda itu kenal dengan baik sontak membuat sepasang netranya menatap tajam ke arah sumber suara. “Mau lo apa sih? Habis lo rusak motor gue, sekarang nyerang gue kayak gini,” tanya Jiwangga sinis.

“Lo tanya mau gue apa? Semua jawabannya ada di lo, Jiwangga. Gue nggak akan berhenti gangguin lo sebelum lo datang sendiri ke kelas tutor gue. Lupa ya kalau ada seseorang yang bilang dia bisa lakuin apa pun buat dapat keinginannya?” tanya perempuan dengan badge nama Keisha Zievanna.

Jiwangga terkekeh sinis. “Oh ya, gue nggak lupa kalau ada manusia yang bela-belain jatuhin harga dirinya buat ganggu kehidupan orang lain. Gue nggak pernah cari masalah sama lo,” balas sinis pemuda itu.

“Kalau lo kooperatif di hari pertama juga gue nggak bakal sampai segininya. Makanya nanti tuh datang ke bimbingan gue, bukannya langsung cabut sama geng lo yang sok oke itu.” Keisha berkata sambil kakinya bergerak untuk menendang sepatu Jiwangga secara diam-diam menjauh dari ranjang.

“Kalau gue nggak mau?” tantang Jiwangga. Pemuda bermata setajam serigala itu menatap lurus pada mata si puan tajam dan dalam. Sebuah senyum seringai terbentuk indah di paras tampannya. 

“Nantang gue ceritanya?” Keisha menganggukkan kepala dengan kening berkerut dan bibirnya tersenyum lebar. Gadis itu lantas berjalan mundur beberapa langkah sambil membawa sepatu milik Jiwangga di kedua tangannya. “Gue bawa dulu ya sepatunya, nanti lo tinggal cari di mana gue sembunyiin ini. Anggap aja kita lagi main petak umpet,” ucap Keisha santai lalu berlalu pergi keluar dari ruang UKS meninggalkan Jiwangga.

“Keisha! Balikin sepatu gue!” seru Jiwangga kencang. 

Keisha seolah tuli dan acuh saja setelah mendengar seruan menggelegar yang Jiwangga beri untuknya. Gadis itu berlari semakin jauh sambil membawa sepasang sepatu berlogo hewan puma keluaran terbaru milik si biang onar. Dia melewati siswa-siswa menembus kerumunan untuk mencari tempat persembunyian yang aman. 

Atensinya teralihkan pada satu tempat di dekat aula yang dipenuhi oleh banyak pohon rindang di sana. Sedangkan Jiwangga di ruang UKS, pemuda itu dengan susah payah bangkit dari kasur busa untuk menyusul ke mana perginya Keisha dan sepatunya. Ia mengesampingkan rasa sakit di perut demi mencari keberadaan si puan meskipun tanpa memakai alas kaki. 

Jiwangga mungkin saja dipandang aneh oleh para murid tetapi ia tidak peduli. Ketua dari Chaos Brotherhood itu terus menapakkan kakinya di seluruh tempat yang ada di sekolah untuk mencari sepatunya. Bahkan pemuda itu mengabaikan panggilan dari Joshua dan Tristan saat bertemu di dekat kantin. 

Dengan langkah yang tertatih, sambil memegang perut pula, Jiwangga mengedarkan pandangan pada setiap sudut. Telapak kakinya seakan mati rasa saat berhadapan dengan gersangnya aspal beton di halaman utama. Jiwangga menyisir rambutnya ke belakang dengan jemari saat dirasa peluh mulai membasahi kening dan wajahnya. Dari sudut mata, pemuda itu tidak sengaja melihat pada sesuatu yang tidak asing.

Jiwangga refleks berlari mendekat ke arah pohon mangga di dekat pintu masuk aula. Tatapan nelangsa si tuan beri saat melihat sepatu miliknya sudah bertengger apik di atas pohon. Bagaimana dia mengambil sepatu itu disaat kondisi tubuhnya belum membaik sepenuhnya? Jiwangga mengepalkan tangan erat menahan emosi yang akan tumpah ruah.

“KEISHA ZIEVANNA!”

Diam-diam dari arah kejauhan Keisha melihat itu semua. Dia tertawa begitu lepas seolah melihat Jiwangga yang sedang kelimpungan mengambil sepatunya adalah pemandangan paling lucu satu dunia. Lebih menyenangkan lagi tidak ada satu orang pun yang membantu pemuda itu.  

1
bayusetyawan
aku pengen gabung ke chaos brotherhood thor
Cheng Lin2194
Terhibur banget!
Mashimeow: terima kasih udah suka sama ceritaku^^
total 1 replies
Juárez Márquez Odette Margarita
Ngakak dosa!
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!