Pengkhianatan yang di lakukan Mike, membawa Aleena bertemu dengan seorang pria tampan yang tidak di kenalnya sama sekali di sebuah club mewah yang berada di pusat kota London.
Minuman alkohol yang di teguk Aleena malam itu benar-benar mempengaruhi dirinya. Gadis polos itu seketika menjadi liar bahkan dengan berani merayu pria yang saat itu berada di dekatnya.
Pria tampan pemilik rahang tegas itu terlihat semakin gelisah, ketika merasakan aliran panas tubuhnya tidak wajar. Terlebih gadis muda pemilik wajah cantik dengan rambut warna karamel bergelombang indah itu merayunya dengan gerakan begitu seksi.
Dalam keadaan setengah sadar Aleena menyerahkan tubuhnya pada pria asing yang tidak di kenalnya sama sekali.
Keduanya menghabiskan malam panas dengan liar layaknya pasangan yang sedang di mabuk cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KECELAKAAN YANG DI SENGAJA
"Aleenaa..
Beruntung Sean yang berada di depannya masih bisa mendengar teriakan Aleena.
Sean menghentikan paksa lari kudanya. Melihat Aleena terjatuh dari atas kuda yang di tungganginya.
"Aleenaa..
"Ya Tuhan, Ale...kenapa kau bisa terjatuh".
Sean berlari menghampiri Aleena yang meringis kesakitan memegang kakinya.
"Apa yang terjadi?", tanya Sean. Ia menarik ke atas celana panjang yang di kenakan Aleena. terlihat luka lecet dan memar di sepanjang kaki. Sean mengusap dengan lembut pergelangan kaki Aleena. Gadis itu memekik kesakitan.
"Pasti sangat sakit. Kau tidak bisa berjalan".
Tanpa pikir panjang Sean menggendong Aleena. Aleena menyembunyikan wajahnya pada leher laki-laki itu. Keduanya menunggangi kuda bersama untuk kembali ke hacienda. Karena Rubi melarikan diri, di pastikan kembali ke hacienda.
Benar saja, Ryan dan Orlando bersama Rubi. Keduanya terlihat bingung saat kuda itu kembali sendirian. Orlando nampak memeriksa pelana kuda Aleena ada yang putus. Padahal ia sendiri selalu teliti memeriksa perlengkapan berkuda. Terutama untuk majikannya.
Sean membantu Aleena turun dari kuda. Laki-laki itu kembali menggendong Aleena. Ryan yang tampak kaget hendak menggantikan bos-nya itu. Namun Sean reflek menolak.
Laki-laki bertubuh atletis itu langsung masuk kedalam rumah. Margot yang melihat Aleena di gendong seperti itu langsung panik.
"Bawakan air hangat", ucap Sean pada Margot.
Margot menganggukkan kepalanya, langsung berlari mempersiapkan yang di minta Sean.
"Di mana kamar mu?"
Aleena menunjuk tangga lengkung. Sean langsung menaiki tangga itu. Nicole yang hendak turun terdiam di ujung tangga. Kedua matanya tanpa kedip menatap Sean. Bahkan gadis itu memejamkan matanya ketika parfum mahal Sean berhembus sangat kencang ke indera penciuman nya.
"Hm... siapa laki-laki itu. Dia sangat tampan. Ada apa lagi dengan wanita itu, kenapa ia gendong. Apa yang terjadi dengan nya?", pikir Nicole sambil menuruni tangga.
Ia menghentikan Margot yang membawa air. "Apa yang terjadi padanya?".
"Ada yang ingin mencelakai putri ku. Siapapun orangnya aku ingatkan... hidupnya tidak akan lama lagi di Bierdi", ketus Margot menatap tajam Nicole. Wanita paruh baya itu mencondongkan sedikit tubuhnya. "Karena pemilik asli Bierdi sudah kembali", sambungnya lagi. Kemudian ia pergi menuju kamar Aleena.
Nicole mendecakkan lidahnya mendengar perkataan Margot. "Dasar pelayan tua. Kenapa juga wanita itu tidak mampus sekalian", gerutunya kesal.
*
Sean menyandarkan tubuh Aleena pada sandaran tempat tidur. Sementara laki-laki itu duduk ditepi ranjang berukuran besar milik Aleena. Sean membawa kaki Aleena ke atas pahanya mengusap pelan.
Sesaat Margot berdiri di ambang pintu memperhatikan keduanya. Senyuman terlukis di wajahnya.
Aleena melihatnya. "Bibi kemari, bantu aku–"
"Berikan airnya", ujar Sean pada Margot.
Margot menatap Aleena yang terlihat tidak nyaman.
"Tuan Harley terimakasih anda sudah menolong saya. Sekarang ada bibi Margot yang akan membantu ku".
Sean tidak menggubris ucapan Aleena, ia mengambil box berisi air hangat dan handuk kecil yang di bawa Margot.
Sean mengusap-usap pergelangan kaki Aleena dengan handuk yang sudah di basahi air hangat.
"Tahan sedikit, ini akan terasa sakit. Tapi akan membuat mu lebih baik setelahnya", ucap Sean sambil menarik cukup kuat pergelangan kaki Aleena. Terdengar gemeretak bunyi tulang.
Aleena terpekik kesakitan, spontan mencengkram kuat-kuat lengan Sean. Wajahnya memerah menahan sakit. Benar-benar sakit. Margot menenangkannya sambil mengusap punggung gadis itu.
Perlahan tangan Sean memutar-mutar pergelangan kaki Aleena. Aleena tidak merasakan sakit lagi di kakinya.
Wajah Aleena berseri-seri menatap kakinya. "Kaki ku tidak sakit lagi", ucapnya girang menatap Margot yang tersenyum.
"Jangan banyak bergerak dulu, nanti bisa membengkak", ucap Sean yang merendam kedua kaki Aleena ke dalam air hangat. "Aku akan meminta Ryan memanggil dokter–"
"Hm..tidak perlu tuan. Nanti bibi Margot yang akan menghubungi dokter keluarga. Terimakasih kau sudah menolong ku", ucap Aleena dengan tulus.
Tangan Sean terulur mengusap lembut wajah Aleena. "Kau membuat ku panik, Ale".
Kedua mata Aleena mengerjap- ngerjap menatap Sean dengan wajah memerah.
Melihat pemandangan itu, cepat-cepat Margot keluar dari kamar meninggalkan keduanya. Wanita paruh baya itu tersenyum bahagia seraya menutup rapat pintu kamar Aleena.
...***...
To be continue