Pernikahan 80 Hari

Violet meringis, ia merasakan keram diperut, sakit yang teramat. Ia menunduk sembari memeluk perutnya. Rasanya sulit untuk berdiri, seolah tubuhnya kakinya mati rasa.

Semuanya langsung panik, para pengawal Kiev langsung menangkap pengawal Vikko. Kiev dengan cepat menghampiri Violet dan membawanya berdiri. Tapi Violet mengeluh dengan raut wajah merah dan mengerut.

"Kurang ajar! Aku tidak akan mengampuni kalian semua!" Emosi Kiev di ubun-ubun. Ia tidak terima istrinya diperlakukan seperti itu.

Violet memegang tangan Kiev, bulir bening mulai muncul disudut mata lalu menetes.

"Perutku sakit!" Violet merasakan ada yang keluar dari area jalan lahir.

Kiev langsung mengangkat tubuh istrinya ala bridal style lalu berlari keluar untuk membawa Violet kerumah sakit.

Sementara dua pangawal dan Baby sitter juga mengikuti dibelakang. Vikko dan Saras juga syok melihatnya, Vikko tidak menyangka kalau akhirnya akan seperti ini.

Ia hanya ingin menggertak Violet supaya jujur putrinya ada dimana. Tapi salah satu anak buahnya justru mencelakai Violet.

"Tuan Vikko! Bukankah tadi Tuan Kiev Arron?" Tuan Wisley bertanya.

"Ya!"

"Yaampun..." Tuan Wisley tidak percaya, kalau Vikko bisa menyinggung Kiev Arron. Pria yang bisa melakukan apapun, apalagi memiliki kekuasaan.

.....

"Tahan sebentar, sayang! Kita akan sampai dirumah sakit!" Kiev mengusap dahi Violet yang muncul keringat dingin.

Violet memejamkan matanya. Ia memegang tangan Kiev dengan kuat, seiring perutnya yang terasa sakit. Selain itu, Violet juga takut, calon bayinya kenapa-kenapa.

"Anak kita..." Lirih Violet.

"Jangan berfikiran buruk! Anak kita baik-baik saja! Kalau sesuatu terjadi, aku tidak akan membiarkan mereka!"

Mereka sampai dirumah sakit. Violet langsung dilarikan keruang IGD. Perawat juga memanggil dokter Obgyn yang menangani kandungan Violet.

Kiev menunggu dengan cemas. Samar-samar, ia mendengar suara tangisan anak-anak. Kiev menoleh dan melihat Baby sitternya berjalan sembari menggendong dua anak yang menangis.

Radja dan Rayya sudah waktunya tidur. Namun mereka masih melek, seakan ikatan batinnya merasakan ibu mereka sedang sakit. Hingga mereka masih terjaga dan rewel.

Kiev mengambil Rayya, mencium pipinya. "Mommy baik-baik saja didalam!"

"Aku akan menelpon mama untuk datang. Kau pulanglah bawa Radja dan Rayya!"

"Baik tuan!"

Baby sitter itu jadi kewalahan karena menggendong dua anak satu tahun yang rewel. Karena tadi Violet hanya membawa satu Baby sitternya saja.

.....

Dua jam kemudian, Dokter keluar dari ruang IGD.

Kiev yang menunggu dengan tidak sabar langsung menghampirinya. "Bagaimana kondisi istriku?"

"Nyonya Violet mengalami flek atau pendarahan ringan! Untung saja bayinya kuat, dan cepat dibawa kesini untuk mendapatkan perawatan! Kondisinya sudah stabil, tapi perlu rawat inap untuk memastikan tidak terjadi pendarahan lagi! Paling tidak dua hari!" Jelas dokter.

Kiev bernafas lega mendengarnya. Violet dan calon anak mereka baik-baik saja.

.....

Rachel dan Leon sampai disebuah apartemen, Leon membawanya ke apartemennya. Barulah besok ia akan mendaftarkan pernikahan mereka.

"Jadi, kita akan menikah besok?" Tanya Rachel memastikan.

Rachel masih tidak menyangka saja, menikah dengan Leonardo, Asisten Kiev Arron yang dinginnya sebelas dua belas dengan suami Violet.

"Semakin cepat semakin baik! Aku tidak memiliki banyak waktu!" Sahut Leon, pria itu membuka jaket meninggalkan kaos.

Entah kenapa menurut Rachel, penampilan Leon yang mengenakan jaket dan celana jeans lebih membuat Leon terlihat muda dan gagah. Dari pada setelan jas yang serba rapi, mungkin saja Rachel terbiasa dikelilingi pria memakai jas rapi, sewaktu menangani grup Victoria.

"Aku khawatir dengan Violet!" Gumam Rachel.

Sebenarnya, Leon telah memberitahunya bahwa rencana Leon membawanya kabur itu rencana Leon dan Kiev.

Leon bukan tidak bisa menyelesaikan masalah-masalahnya, namun Kiev mendesak untuk bercerita. Akhirnya Leon menceritakan semuanya pada Kiev.

Dan sekarang, Kiev pasti telah memberitahukan kepada Violet. Rachel sungguh tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi wanita itu kalau tau ia dan Leon sudah...

"Hanya ada satu kamar. Tidurlah diranjang, aku tidur disofa! Ini pakaian untukmu." Ucap Leon sembari menyerahkan paper bag.

Rachel menganggukkan kepalanya lalu masuk kedalam kamar mandi, tidak lama keluar lagi masih mengenakan gaun yang sama. Meskipun ia sempat berfikir akan satu ranjang dengan Leon. Tapi ternyata, Leon tidak seburuk didalam fikirannya.

Leon duduk disofa, sembari mengecek pesan yang dikirim pengawal grup Arron.

Pria itu terkejut saat melihat rekaman Videonya, bahkan pesan yang dikirim juga mengatakan Nyonya Violet dibawa kerumah sakit.

"Ada apa?" Tanya Rachel saat menyadari Leon sepertinya panik.

"Nyonya Violet jatuh karena anak buah ayahmu! Ayahmu mengira, Nyonya muda yang membantumu kabur, makanya dia menahan supaya kamu kembali!"

"Yaampun Violet!" Rachel berubah panik mendengarnya.

Kemarin karena melindunginya, Rayya dan Violet hampir saja dalam bahaya. Dan sekarang, karena ia kabur, Violet terluka dan dibawa kerumah sakit.

"Aku mau kerumah sakit sekarang! Aku harus mengecek kondisi Violet!"

"Tidak bisa!" Sahut Leon. "Besok setelah kita mengambil buku nikah, baru kerumah sakit! Saat ini kondisi tidak memungkinkan, anak buah ayahmu dan Boy Wisley masih mencarimu!" Imbuh Leon.

Leon tentunya merasa bersalah kepada Violet dan Kiev. Tapi ia juga tidak ingin, rencana yang telah disusun berantakan karena ditangkap anak buah ayahnya Rachel.

Rachel diam, "Benar juga! Aku akan menghubungi Violet kalau begitu!" Namun Rachel lupa, ia tidak membawa apapun saat kabur dari rumah.

Leon melirik Rachel, ia kemudian mengirim pesan pada bosnya, tapi tidak ada balasan. Mungkin saja tuan mudanya sedang sibuk, fikir Leon.

.....

Pagi harinya, Leon dan Rachel sungguh datang kekantor sipil untuk mendaftarkan pernikahan dan mengambil buku nikah.

Tidak ada banyak drama, proses berjalan lancar. Dalam sekejap, Rachel telah resmi menjadi istri dari Leonardo.

"Ini surat kontraknya!" Leon memberikan sebuah map plastik snelhecter yang didalamnya terdapat surat kontrak perjanjian pernikahan mereka. "Tanda tangani!"

Rachel mengambilnya lalu membacanya. Ada poin yang menyatakan bahwa mereka akan menikah selama 80 hari, atau sekitar hampir 3 bulan.

Rachel membuka tutup pulpen lalu membubuhkan tandatangannya.

"Selesai!"

Leon menyimpannya. "Tidak ada Bulan madu, karena pernikahan kita hanya sementara! Jangan berharap cinta dariku! Karena aku tidak percaya apa itu cinta!" Ucap Leon lagi.

Rachel mengerutkan keningnya mendengar kejujuran Leon. Benarkah pria itu tidak percaya cinta? Kenapa memangnya?

Tapi Rachel juga tidak terlalu memikirkannya. Ia juga tidak berharap dicintai Leon, atau bahkan mencintai Leon.