Kembali Ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan s2-nya. Anindya harus dihadapkan masalah yang selama ini disembunyikan Abinya yang ternyata memiliki hutang yang sangat besar dan belum lagi jumlah bunga yang sangat tidak masuk akal.
Kavindra, Pria tampan berusia 34 tahun yang telah memberikan hutang dan disebut sebagai rentenir yang sangat dingin dan tegas yang tidak memberikan toleransi kepada orang yang membuatnya sulit. Kavindra begitu sangat penasaran dengan Anindya yang datang kepadanya meminta toleransi atas hutang Abinya.
Dengan penampilan Anindya yang tertutup dan bahkan wajahnya juga memakai cadar yang membuat jiwa rasa penasaran seorang pemain itu menggebu-gebu.
Situasi yang sulit yang dihadapi gadis lemah itu membuat Kavindra memanfaatkan situasi yang menginginkan Anindya.
Tetapi Anindya meminta syarat untuk dinikahi. Karena walau berkorban demi Abinya dia juga tidak ingin melakukan zina tanpa pernikahan.
Bagaimana hubungan pernikahan Anindya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 Mulai Bucin.
Karena perbuatan Kavindra yang membuat Anindya jadi malu dan bahkan melihat di sekitarnya yang sebenarnya tidak ada juga yang memperhatikan dirinya saat dicium Kavindra. Tetapi tetap saja dia malu.
Jika cadar itu di buka sudah dapat di pastikan wajah Anindya cemberut yang kesal pada sang suami.
Anindya bahkan tidak mengoceh lagi dan berhenti meminta kepada Kavindra atas apa yang dia inginkan. Dia sudah sangat kesal dengan hal spontan yang dilakukan Kavindra.
"Kenapa kok tiba-tiba diam seperti ini?" tanya Kavindra yang serba salah.
Anindya tidak menjawab dan bahkan wajahnya ke sana kemari yang tidak ingin melihat Kavindra. Wanita cantik Itu tampak ngambek pada sang suami.
"Aku akan mengizinkanmu mengajar," ucap Kavindra tiba-tiba yang membuat Anindya kembali kaget dan melihat ke arah Kavindra.
"Se-serius?" tanya Anindya yang ingin memastikan.
Jika cadar itu dibuka sudah dapat dipastikan ekspresi wajahnya langsung berubah.
"Jika waktunya sesuai dengan apa yang kau katakan, maka baiklah, kau boleh melakukannya. Tetapi awas saja jika kau melakukan satu kesalahan atau melanggar aturan. Aku tidak akan mengizinkan kau mengajar lagi!" tegas Kavindra yang memberikan peringatan.
"Baik tuan," sahut Anindya dengan mengangguk-anggukkan kepala.
"Asal benar saja," ucap Kavindra.
"Saya berjanji akan menepati janji saya dan tidak akan melanggar apapun. Saya juga memiliki kodrat sebagai seorang istri dan pasti akan memenuhi kewajiban dan tugas saya sebagai seorang istri yang tahu aturan dan perintah dari suami,"
Anindya yang terlihat begitu senang. Wajah cemberutnya sudah berubah menjadi tersenyum lebar walau tidak bisa dilihat oleh Kavindra, tetapi dari tatapan mata itu sudah bisa dilihat betapa senangnya sang istri.
"Kenapa aku selalu saja mengabulkan apa yang dia inginkan, bahkan hal yang tidak masuk akal juga aku lakukan," batin Kavindra yang lagi-lagi merasa dirinya sangat aneh dan merasa itu bukanlah dia.
Mungkin saja Anindya memiliki magnet untuk menarik hati suaminya itu agar menuruti keinginannya dan lagi pula apa yang dia inginkan adalah hal yang positif dan dia juga tidak pernah macam-macam selama ini.
"Sebenarnya laki-laki seperti apa yang aku nikahi. Terlihat sangat menyeramkan dan orang-orang berpandangan buruk kepadanya, tapi aku merasa dia adalah orang yang sangat baik dan bahkan selama ini memperlakukanku dengan baik," batin Anindya yang memang tidak punya alasan untuk tidak nyaman dalam pernikahannya.
****
Anindya sekarang tidak perlu merasa jenuh di rumah. Dia bahkan sudah menjalankan aktivitas mengajarnya selama 1 Minggu. Anindya mengajar di salah satu Yayasan Madrasah dengan ilmu agama yang sesuai dia katakan pada sang suami.
Anindya benar-benar sangat menikmati hari-harinya sebagai seorang tenaga pendidik suka rela. Walau mengijinkan sang istri untuk mengajar, tetapi Kavindra tetapi memantau dengan memberikan pengawasan dan terlebih lagi setiap Anindya pergi akan diantar sopir dan bahkan ditunggu sampai pulang.
Jika dia ingin diberikan izin untuk mengajar, maka dia juga harus menuruti syarat yang diberikan suaminya dan Anindya tidak mempermasalahkan hal itu selagi syarat tersebut masuk akal.
Seperti saat ini dengan pakaian busana muslim berwarna hitam dan tidak lupa menggunakan cadarnya, Anindya membawa murid-murid yang sekitar berusia 7 tahun sampai 12 tahun itu untuk belajar secara outdoor agar lebih nyaman.
Anindya memiliki ciri khas sendiri dalam mengajar. Dia sangat lembut dan anak-anak itu juga sangat menyukai guru mereka yang memberikan pelajaran tidak monoton.
Sementara supir Anindya yang terlihat tertidur di dalam mobil. Anindya memang menyuruh supir tidak perlu mengikutinya dan menunggu saja di mobil yang tidur Bangkong.
Tok-tok-tok-tok.
Suara kaca mobil yang diketuk dengan kuat yang tidak membangunkan supir itu dan terus saja mengetuk yang akhirnya sang sopir bangun yang.
Dia langsung bergerak dengan cepat seperti melihat hantu dan buru-buru membuka pintu mobil.
"Tu-tuan," ucap pria sekitar berusia 60 tahunan itu terbata dengan menundukkan kepala yang tidak percaya. Jika atasannya sudah berada di depannya.
"Aku menyuruhmu untuk menjaga istriku dan bukan malah molor," ucap Kavindra dengan kesal.
"Ma-maaf, Tuan! saya kecapean," jawabnya.
"Ada saja alasanmu. Kalau sudah bosan bekerja dengan saya maka silahkan mengundurkan diri!" tegas Kavindra dengan tatapan mata yang sangat tajam.
"Tidak tuan," pria itu langsung menjawab dengan cepat.
"Bawa mobilku pulang!" titah Kavindra.
"Nona Anindya bagaimana?" tanya pria.
"Aku menyuruhmu untuk membawa mobilku pulang dan bukan bertanya ini dan itu. Jika aku sudah berada di sini yang artinya aku yang akan mengurusnya!" tegas Kavindra.
"Baik tuan!" pria itu langsung menundukkan kepala dan langsung berlalu dari hadapan Kavindra sebelum mendapatkan masalah yang lebih banyak lagi.
"Dasar!" kesal Kavindra dan Kavindra yang memasuki mobil. Kavindra menurunkan kaca mobil yang melihat ke arah sang istri.
Kavindra memperhatikan istrinya saat sedang memberikan ilmunya kepada murid-murid tersebut dan murid-murid itu terlihat sangat menyukai Anindya sampai mereka tertawa terbahak-bahak dan entah apa yang dikatakan Anindya sampai melihat ketulusan di wajah anak-anak kita.
Kavindra yang tiba-tiba saja mendengus tersenyum yang terus memperhatikan sang istri dan sangat nyaman sekali melihat istrinya seperti itu. Kavindra seperti orang yang tidak memiliki pekerjaan yang sekarang sedang menonton hal secara langsung.
Entahlah kebodohan apalagi yang akan dia lakukan jika sudah berurusan dengan Anindya dan mungkin saja Kavindra sudah tertarik kepada Anindya dan bukan tertarik masalah tubuh lagi tetapi sudah berurusan dengan perasaan.
Kavindra mungkin tidak memikirkan hal itu terlalu jauh dan mungkin dia merasakan hal itu biasa saja, yang memang menjadi hobi barunya saja memperhatikan istrinya.
Sampai akhirnya Anindya menyelesaikan tugasnya sebagai guru dan menghampiri mobilnya dan ketika Anindya yang hampir sampai pada mobil itu dan Kavindra yang langsung keluar dari mobil membuat langkah Anindya terhenti yang terkejut dengan sopirnya yang sudah berganti menjadi suaminya.
"Tuan!" ucapnya tampak senang dengan cepat menghampiri Kavindra.
"Tuan kenapa ada di sin?"
"Tuan sudah pulang?" tanya Anindya yang memang kembali ditinggal LDR oleh Kavindra bahkan 10 hari lamanya.
"Hmmm! kenapa kau tidak suka melihat kehadiranku di sini?" tanya Kavindra yang membuat Anindya menggeleng dengan cepat, dia bahkan begitu senang sekali dengan kedatangan sang suami.
"Saya senang sekali melihat tuhan sudah kembali. Apa pekerjaan tuan lancar?" tanya Anindya.
"Tidak ada masalah dan semuanya baik-baik saja," jawab Kavindra.
"Lalu di mana, pak Tarno?" tanya Anindya.
"Aku menyuruhnya pulang membawa mobilku dan aku menggantikannya, aku hanya ingin saja melihat apakah benar-benar kamu bekerja atau semua Itu hanya alasan saja yang mencari alasan agar keluar dari rumah," jawab Kavindra
"Lalu setelah tuan memastikannya, apa saya berbohong?" tanya Anindya.
"Entahlah! Aku hanya melihat satu hari saja," jawabnya yang membukakan pintu mobil di bagian samping pengemudi.
"Ayo masuk! Kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu bukan?" tanya Kavindra yang membuat Anindya menganggukkan kepala.
"Kalau begitu kita pulang," ucap Kavindra.
"Tuan apa boleh kita makan sebentar dulu?" tanya Anindya yang sekarang mengajak-ngajak Kavindra.
"Baiklah," sahut Kavindra yang tidak menolak sama sekali.
Anindya tersenyum dan langsung memasuki mobil yang dan kemudian di susul Kavindra yang pasti juga sangat senang dan apalagi sekarang istrinya yang malah menawarkan untuk makan bersama.
Bersambung.....