Jelita Parasnya, wanita cantik yang berpura-pura tampil jelek agar suaminya tidak mencintainya.
Sakura Lerose, pria tampan yang tak pernah tahu bahwa istri jeleknya sedang menjebaknya untuk berkencan dengan wanita cantik.
Siapakah yang akan terjebak dalam jebakan cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
013 - Pernikahan
Jelita mematut dirinya di depan cermin. Ia memakai gaun berwarna putih, begitu kontras dengan riasan wajahnya yang gelap. Sepertinya akhir-akhir ini Jelita merasa nyaman dengan riasan gelap yang membuatnya terlihat seperti selebriti berkulit eksotis.
Orang tua Jelita memilih menyerah saat melihat penampilan Jelita. Daripada menyuruh Jelita untuk menghapus riasan yang pada akhirnya membuat mereka nantinya menunggu lama, dan akan terlambat datang ke tempat acara, lebih baik mereka tidak berkomentar lagi.
Kecuali Canda, bocah berusia empat tahun itu nampak begitu penasaran dan tak henti-hentinya memandangi Jelita.
"Bunda Ita, kenapa kulit Bunda jadi gelap begini? Apa Bunda kebanyakan main layang-layang?" tanya Canda.
"Tidak. Bunda jadi gosong begini karena dijilat api neraka," jawab Jelita.
"Hah?! Bunda sudah pernah pergi ke neraka?" tanya Canda.
"Iya, sekarang Bunda bahkan akan pergi ke neraka,” jawab Jelita.
"Jelita! Jangan ngomong yang aneh-aneh di depan Canda!" tegur Ayune.
"Semua sudah siap? Kita harus segera berangkat," kata Bu Geulis.
Bu Geulis melihat Canda yang meringkuk di sofa kamar Jelita.
"Canda, ayo pergi, Sayang," ajak Bu Geulis.
"Canda tidak jadi ikut," kata Canda.
"Lho, kenapa?" tanya Bu Geulis.
"Kata Bunda Ita, Bunda Ita mau ke neraka, Canda tidak mau ke neraka," jawab Canda.
Bu Geulis menghela napas berat ke arah Jelita.
"Canda, kita tidak ke neraka, yang ke neraka itu Bunda Ita saja, yuk," ajak Ayune.
Ayune segera membawa Canda pergi meninggalkan Jelita dan Bu Geulis. Bu Geulis sepertinya harus memberi sepatah dua patah kata sebagai nasehat untuk Jelita.
"Jelita, pernikahan itu bisa menjadi neraka atau pun surga tergantung bagaimana kamu menyikapinya," kata Bu Geulis.
"Kalau kamu menyikapinya sebagai neraka, maka kamu yang akan tersiksa.”
Jelita mendelik gusar mendengar ucapan ibunya. Sejujurnya Jelita merasa iri pada ibunya yang begitu bahagia karena menikah dengan pria yang begitu mencintai beliau.
"Ibu bisa bicara seperti itu karena Ibu tidak berada di posisiku! Coba Ibu menjadi aku!" potong Jelita.
Bu Geulis kembali menghela napas berat, Jelita itu anaknya yang penurut tapi juga begitu keras kepala.
"Ya sudah, terserah kamu, yuk kita berangkat sekarang," ajak Bu Geulis.
...***...
Acara pernikahan Jelita dilangsungkan di sebuah resort vila yang berada di kawasan perbukitan.
Acara tersebut bersifat privat karena hanya dihadiri oleh keluarga inti dan orang terdekat Jelita dan Saka.
Jelita bersama keluarganya dan Saka bersama Toby dan Ezra.
Ezra langsung terpana melihat Ayune yang mengenakan kebaya berwarna perak, terkesan mewah sambil menggandeng seorang bocah kecil.
"Lho, Saka, calon istrimu sudah punya anak?" Ezra langsung berbisik pada Saka.
"Bah! Janda memang semakin terdepan," komentar Toby.
Saka mengerutkan alisnya saat mendengar komentar teman-temannya.
Apa kedua temannya sungguh berpikir bahwa Saka akan menikahi Ayune yang merupakan kakak Jelita?
Kehadiran Jelita akhirnya membuat Ezra dan Toby seketika terdiam. Mereka berdua tak percaya apa yang sedang mereka saksikan.
Ezra dan Toby langsung melotot terperangah ke arah Saka.
"Saka! Serius?! Kau sungguh akan menikahi Jelita?!”
"Kok bisa?! Kau tidak sedang bercanda kan?!"
Ezra dan Toby melemparkan tatapan penuh kengerian seakan mereka baru saja melihat penampakan hantu.
"Kalau tidak serius, aku tidak akan berada di sini," sahut Saka dengan santai.
"Ini sungguh di luar prediksi BMKG!" komentar Ezra.
"Sungguh plot twist!" Toby menimpali.
"Lebih baik kalian diam saja," sahut Saka.
"Mana bisa kami diam kalau seperti ini!" sahut Ezra.
Saka melotot ke arah Ezra dan Toby, kedua pria itu langsung memilih diam.
Saka menyambut kehadiran Jelita, membawa Jelita ke sisinya.
Saka menatap Jelita yang terlihat semakin kusam karena gaun yang dikenakan Jelita begitu kontras dengan warna kulit yang gelap.
Saka akhirnya berpikir bahwa Jelita adalah anak angkat, melihat warna kulit Jelita begitu kontras dibanding dengan seluruh anggota keluarganya.
Saka kembali berpikir betapa liciknya Pak Gagah karena ternyata menumbalkan anak angkatnya. Pantas saja pria itu sangat tidak keberatan dengan pernikahan dadakan ini.
Saka pun jadi kehilangan respeknya melihat Pak Gagah menangis penuh haru saat penghulu memutuskan bahwa Jelita dan Saka sudah resmi menjadi pasangan suami istri.
Jelita mengecup punggung tangan Saka sebagai tanda bakti bahwa ia telah menjadi istri pria itu. Jelita merasa mual dan ingin cepat-cepat ke toilet, perutnya kram karena terlalu banyak menahan rasa kesal.
"Saka, Jelita, ayo lebih mendekat. Kenapa kalian seperti musuh bebuyutan begitu?”
Ezra memberi arahan saat hendak mengabadikan momen foto bersama antara Jelita dan Saka.
"Kak Jelita lupa cara tersenyum?" tanya Rupa saat mengambil foto.
Jelita hanya mengacungkan jari tengahnya pada Rupa sebagai bentuk respon.
"Haha, ya ampun, Kak Jelita!" Rupa terkekeh.
Kemudian acara tersebut dilanjutkan dengan makan malam bersama.
"Tuan Lerose, saya pribadi berharap ke depannya kita bisa sering meluangkan waktu untuk berkumpul bersama seperti ini," kata Pak Gagah.
"Pak Gagah, mulai sekarang cukup panggil saya Saka saja," kata Saka.
"Haha, ya ampun, hanya dalam hitungan hari saja kita bisa menjadi keluarga," Pak Gagah tertawa tipis.
Toby menatap Jelita yang hanya diam sepanjang acara membuat suasana menjadi begitu canggung.
"Wah, aku sungguh masih tidak menyangka bahwa Saka ternyata menikahi Jelita, aku kira Mba Ayune," kata Toby.
"Maksudnya?" tanya Ayune ingin tahu.
"Ehem, Toby," Saka melotot ke arah Toby.
"Iya, aku juga mengira begitu," sahut Ezra.
"Kok bisa kalian berpikir begitu? Memangnya Saka tidak bilang?" tanya Ayune.
"Iya, memang tidak bilang," jawab Toby dan Ezra serempak.
"Yah, itu karena kalian sendiri yang menarik kesimpulan begitu," Saka menimpali.
"Haha…"
Semua orang tertawa kecuali Jelita yang memasang ekspresi masam sepanjang hari. Hal tersebut menjadi bukti nyata bahwa Jelita tidak menyukai pernikahan ini.
"Oh ya, ngomong-ngomong, kalian silakan lanjut, Ayah dan Ibu mau istirahat lebih dulu," Pak Gagah berpamitan.
"Canda ikut Bunda yuk," ajak Jelita.
"Bunda mau ke mana? Kalau ke neraka, Canda tidak mau ikut," jawab Canda.
"Beli es krim. Mau?" tanya Jelita.
"Mau!" jawab Canda.
"Canda, pergi sama Yayah saja ya," ajak Rupa.
Ayune segera menahan Jelita agar tidak pergi.
"Kau di sini saja," kata Ayune.
"Kak," Jelita melotot ke arah Ayune.
Ayune dan Rupa segera pergi bersama Canda.
Jelita yang tidak suka berkumpul bersama para pria memutuskan untuk kembali ke kamar yang sudah disiapkan untuknya.
"Aku mau kembali ke kamar, aku lelah dan mau beristirahat," kata Jelita berpamitan.
"Ya, ya, silakan," sahut Ezra.
Jelita pun akhirnya pergi.
"Saka! Kau benar-benar berutang penjelasan pada kami!" kata Toby.
"Kok bisa tiba-tiba kau menikahi Jelita?!" desak Ezra.
"Kalian ini. Bukankah sudah kubilang bahwa kalian pasti akan terkejut melihat wanita yang akan menjadi istriku?"
"Ya, tapi, kok bisa Jelita?!" potong Toby.
"Apa kau serius selama ini mengencani Jelita?!" desak Ezra.
"Kalian ini sungguh cerewet sekali!" keluh Saka.
"Saka, kami bukannya cerewet, kami hanya ingin tahu saja," kata Ezra.
"Jelita yang sekarang sungguh bukan Jelita yang dulu. Kalau dulu kau patut berbangga karena Jelita yang begitu jelita. Kalau sekarang yang ada kau justru malu, begitu kan?!" cerocos Toby.
Ya, aku memang malu, tapi mau bagaimana?Aku lebih malu lagi kalau batal menikah! batin Saka.
"Teman-teman, terima kasih sudah membantuku sampai sejauh ini. Kalian memang yang terbaik," Saka menepuk-nepuk bahu Toby dan Ezra.
...----------------...