Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Zio berjalan kearah cermin. Zio hampir tertawa melihat penampilannya sendiri yang seperti ini.
Sebelumnya dia tidak pernah bercermin saat berpenampilan culun. Walaupun dia sering melewati kaca, namun dia tidak terlalu memperhatikan penampilannya.
Zio kembali ke kursi kerjanya dan memeriksa berkas yang sudah bertumpuk. Baru beberapa hari ia tidak ke perusahaan, pekerjaannya sudah sebanyak ini.
Tio kembali masuk ke ruangan Zio untuk memberitahu jika ada beberapa berkas yang harus segera ditandatangani.
Tadinya Tio ingin mengantar berkas itu ke mansion, tapi karena Zio sudah datang, Tio pun meminta tuan nya untuk menandatangani berkas tersebut.
"Tuan maaf, ini berkas yang harus segera ditandatangani. Karena besok harus segera dikirim," ucap Tio memilih berkas tersebut.
"Hanya segini?" tanya Zio sambil memeriksa berkas tersebut. Zio membacanya hanya dengan sekilas saja, ia A sudah tahu isi dari dokumen tersebut.
"Yang ini juga, tapi semua ini tidak terlalu terburu-buru. Sedangkan yang itu harus segera ditandatangani, jika tidak, pesanan kita akan terlambat untuk dikirim," jawab Tio menjelaskan.
"Hmmm, aku mengerti," ujar Zio. Lalu menandatangani berkas tersebut.
Terlanjur sudah datang ke perusahaan, Zio pun memeriksa berkas yang lainnya lalu menandatanganinya.
Tanpa terasa hari pun mulai malam. Tio kembali ke ruangan Zio untuk mengingatkan jika sudah malam.
"Tuan, sudah malam. Apa tuan akan terus bekerja?" tanya Tio.
Zio mendongak memandang Tio, kemudian ia melihat jam tangannya yang ternyata sudah jam 7 malam.
"Kenapa gak bilang dari tadi?" Zio pun meregangkan otot-otot tubuhnya lalu membereskan berkas yang sudah diperiksa dan menyimpannya terpisah dengan yang belum di periksa.
"Maaf Tuan, saya melihat Tuan sibuk dan tidak berani mengganggu Tuan," jawab Tio.
Kemudian Zio pun mengajak Tio pulang. Saat tiba di lantai bawah, semuanya suasananya sudah sepi.
Lampu disini otomatis, bisa hidup sendiri dan padam sendiri. Jadi tidak perlu repot-repot untuk menghidupkan atau memadamkan nya.
"Tuan, kenapa tidak menggunakan mobil?" tanya Tio saat mereka sudah berada di parkiran.
"Aku masih dalam misi ku, jadi belum saatnya menggunakan mobil," jawab Zio enteng, lalu menjalankan motornya perlahan keluar dari gerbang perusahaan.
Saat diluar perusahaan, Zio kembali menghentikan motornya. Lalu meminta Tio untuk berhenti juga.
"Ada apa Tuan?" tanya Tio heran.
"Temani aku makan di restoran," jawab Zio.
Kebetulan Tio juga merasa lapar, tentu saja ia tidak menolak. Zio kembali menjalankan motornya melaju menuju sebuah restoran. Disusul Tio dibelakangnya seperti seorang pengawal.
Tujuan Zio adalah restoran tempat Arsy bekerja, karena ia teringat jika Arsy pulang kerja jam 10 malam.
"Masih sempat bertemu Arsy di restoran, aku ingin dia masak lagi untukku," batin Zio.
Namun saat ditengah perjalanan menuju restoran tersebut, Zio melihat dua orang gadis dan dua orang pemuda sedang membagi-bagikan makanan.
Zio merasa tidak asing dengan gadis itu, karena hanya melihat dari belakang. Zio jadi sedikit ragu.
"Apa aku salah lihat? Itu seperti Arsy, tapi tidak mungkin dia? Secara dia itu juga kurang mampu," batin Zio.
Saking penasarannya, Zio sampai menghentikan motornya dan memastikan apakah itu benar-benar Arsy?
"Kenapa Tuan?" tanya Tio yang juga ikut berhenti disamping motor Zio.
Zio tidak menjawab, ia turun dari motornya lalu menghampiri mereka yang sedang membagikan makanan.
Melihat tuannya turun, Tio juga ikut keluar dari mobil. Tio penasaran, seperti apa gadis yang membuat tuannya sampai tergila-gila seperti itu.
"Arsy?" Merasa namanya disebut, Arsy pun menoleh. Kemudian ia tersenyum melihat Zio.
"Wow, pantas saja tuan Zio tergila-gila, ternyata memang sangat cantik," batin Tio. Sehingga mulutnya terbuka.
"Eh Zio, mau kemana?" tanya Arsy setelah selesai membagikan makanan dari satu tempat ke tempat yang lain.
"Mau ke restoran tempat kamu bekerja, gak taunya ketemu disini," jawab Zio.
"Ya, aku ...."
"Aku sudah lihat, ternyata kamu sangat peduli terhadap sesama," potong Zio.
"Beginilah, kebetulan aku ada sedikit uang, jadi ya seperti ini," ucap Arsy. Sebenarnya Arsy cukup terkejut dengan kehadiran Zio.
Namun ia berusaha untuk menutupi keterkejutan nya dengan tersenyum kepada Zio.
"Dek, ayo pulang, kita sudah selesai," ajak Arsa.
"Kamu pulang sendiri, biar aku antar Arsy pulang." Zio menawarkan diri.
"Tuan, katanya mau makan?" tanya Tio menyela.
"Tidak jadi, kamu pergi sendiri, nih!" Zio menyerahkan beberapa lembar uang kepada Tio.
Tio bisa apa? Tuannya sudah terkena penyakit bucin. Yang tadinya ingin pergi makan pun tidak jadi.
"Tidak usah, aku bisa pulang bersama dia," kata Arsy merangkul lengan Arsa.
"Sama aku saja, gak apa-apa, aku bisa kenalan dengan orang tuamu."
Arsy menarik pelan tangan Arsa sedikit menjauh, Zio merasa panas melihat hal itu. Apalagi Arsy terlihat begitu dekat dengan pemuda disampingnya.
"Bagaimana ini? Aku tidak ingin dia mengetahui siapa aku?" bisik Arsy.
"Sebaiknya jujur saja, sepertinya dia benar-benar menyukaimu," timpal Naura.
"Iya Dek, jujur saja. Kemudian kamu ancam dia jika macam-macam," kompor Arsa.
"Kalian, bukan ngasih solusi malah menjebak. Sudahlah, aku terima saran kalian." Arsy pun kembali ketempat tadi dengan perasaan dongkol.
Zio merasa senang karena Arsy akhirnya mau satu motor dengannya. Sementara Arsa, Naufal dan Naura satu mobil.
Karena mereka sengaja membawa mobil yang lebih besar agar bisa menampung banyak makanan.
Bukan cuma itu, mereka juga memberikan bahan mentah berupa sembako. Begitulah kegiatan mereka jika di hari Jumat.
Zio memasangkan helmnya kepada Arsy. Karena cuma satu, jadi Zio tidak memakai helm.
"Aku tidak ingin terjadi sesuatu kepadamu," ucap Zio dengan lembut.
"Apalah dayaku yang jomblo ini," batin Tio menjerit.
Tio seakan tidak percaya melihat tuannya selembut itu. Biasanya dingin pada wanita lain dan kejam pada musuh.
Arsa, Naufal dan Naura jalan duluan, mereka akan ke mansion Oma nya terlebih dahulu. Karena kendaraan mereka ada disana.
Tio juga sudah pergi, dia masih melanjutkan untuk ke restoran. Karena memang sudah waktunya untuk makan malam.
"Jadi mereka saudaramu?" tebak Zio, karena ia mendengar Arsy memanggil kakak dan Arsa memanggilnya adik.
"Ya, ini aku kembalikan, maaf aku tidak jujur tentang diriku," jawab Arsy mengembalikan kartu pemberian Zio.
"Untukmu saja, pergunakan sesukamu. Oya, boleh dong aku ikut kegiatan seperti ini, sepertinya menyenangkan," imbuh Zio.
Arsy mengangguk, lalu menyimpan kembali kartu pemberian Zio. Motor Zio pun melaju dijalanan. Keduanya tidak ada yang berbicara satu sama lain.
Hingga mereka tiba didepan pintu gerbang. Penjaga gerbang pun menghampiri Zio melalui pintu kecil. Karena mereka tidak mengenal Zio, jadi mereka harus berhati-hati.
Namun saat melihat Nona mudanya, merekapun tidak jadi untuk menanyai Zio. Penjaga itupun meminta temannya untuk membuka pintu gerbang.
paham...
jd jangan terlalu sombong