Berawal dari pertemuan tidak sengaja dengan seorang gadis yang disangka adalah seorang wanita malam malah membuat Letnan Rico semakin terjebak masalah karena ternyata gadis tersebut adalah anak gadis seorang Panglima hingga membuat Panglima marah karena pengaduan fiktif sang putri.
Panglima memutasi Letnan Rico ke sebuah pelosok negeri sebagai hukumannya setelah menikahkan sang putri dengan Letnan Rico namun tidak ada yang mengira putri Panglima masih menjalin hubungan dengan kekasihnya yang notebene adalah sahabat Letnan Rico.
Mampukah Letnan Rico mendidik sang istri yang masih sangat labil. Bagaimana nasih sahabat Letnan Rico selanjutnya??? Apakah hatinya sanggup merelakan sang kekasih?? Siapakah dia??
Konflik, Skip jika tidak sanggup..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Permintaan kecil.
Bang Danar sampai tidak bisa menjawab pertanyaan Nindy. Entah kenapa wanita selalu menanyakan hal yang tidak seharusnya d pertanyakan.
Merasa tidak ada jawaban dari Bang Danar membuat Nindy berkecil hati. Ia beranjak tapi Bang Danar meraih tangannya.
"Bisakah bertanya yang lebih masuk akal?" Tanya Bang Danar dengan wajah setengah sembab.
"Mana yang tidak masuk akal?? Nindy bertanya pada suami sendiri, Abang cinta sama Nindy, sayang sama Nindy atau tidak??" Kata Nindy.
"Menurutmu bagaimana kalau Abang sudah sampai seperti ini??? Stress, hampir gila mikir kamu."
"Jawab saja..!!"
Bang Danar terdiam, entah kenapa semua terasa kekanakan. Yang ia rasakan kini hanya penuh sesal, rasa sedih dan teramat sangat takut karena hampir membuat Nindy celaka. Jika terjadi sesuatu pada istrinya tentu ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.
Nindy benar-benar beranjak dan tidur menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.
Bang Danar ikut beranjak kemudian duduk di sisi tempat tidur dan mengusap bahu Nindy. Ada hal yang tidak biasa, terkadang Nindy nampak dewasa tapi di lain waktu terkesan kekanakan, uniknya makhluk hidup berjenis wanita.
"Ucap sayang seperti apa yang ingin kamu dengar? Apakah sikap Abang tidak menunjukan rasa sayang?" Ujar Bang Danar seperti kehilangan kata saat berbicara dengan istrinya.
"Apa sulitnya mengucap kata sayang? Apakah seperti leher tercekik." Jawab Nindy di balik selimut.
"Abang sayang Nindy..!!"
"Bohong." Sambar Nindy.
Bang Danar mengurut keningnya tak paham dengan keinginan sang istri. Sepele namun cukup membuat pusing tujuh keliling.
"Mau yang bagaimana, sayang?" Tanya Bang Danar merendahkan nada suaranya.
"Yang lembut, yang ikhlas. Masa harus di jelaskan panjang lebar. Kalau hanya begitu saja berarti Abang tidak ada rasa."
Perlahan Bang Danar membuka selimut Nindy, masih terlihat wajah marah sang istri. Marah yang imut lagi menggemaskan. Bang Danar segera masuk ke dalam satu selimut lalu memeluknya dengan erat dari belakang.
"Sayang dan cinta Abang mungkin tidak terucapkan tapi selalu Abang usahakan agar bisa kamu rasakan. Maaf kalau kamu tidak merasakannya. Fokus Abang hanya kerja untuk kamu dan anak kita. Bagi Abang, menyayangi tidak bisa di ungkapkan lewat kata." Jemari Bang Danar menyentuh lengan Nindy hingga menjalar menggenggam erat jemarinya.
Dengan lembut Bang Danar menggigit tipis bibir Nindy. Seketika terdengar deru nafas lirih dari bibir istri cantik Letnan Danar.
"I love you, sayang..!!" Bang Danar pun melanjutkannya.
\=\=\=
Tiga bulan ini tak terjadi huru hara apapun. Nindy pun bisa mengerjakan tugas dengan baik tanpa peduli dengan urusan Bang Prasa lagi. Biarlah semua Bang Danar yang menyelesaikan agar suaminya itu pun bisa sedikit lebih tenang.
Yang Nindy tau kini jangankan pria lain mendekat, seekor nyamuk menghampirinya saja Bang Danar langsung memerintahkan Kompinya untuk melaksanakan fogging masal.
Nindy bersandar pada kursi di ruang ini pengurus ranting. Perutnya kini sudah terlihat membesar dan terasa sesak.
Tak berapa lama ada yang membuka pintu ruangan tersebut.
"Minum susunya, dek..!!" Bang Danar membawakan segelas susu ibu hamil untuk Nindy di sela kesibukannya. Selain menjaga dan merawat bumilnya, ia baru saja memberi makan Milo dan Moli yang kini di titipkan pada barak bujangan karena Nindy mendadak sering pusing melihat kedua kucing ras kaki pendek.
Nindy menggeleng kepala sebab selain susu, Bang Danar pun memaksanya minum vitamin.
"Ayo, sayang..!! Sudah jam berapa ini??? Si dedek pasti sudah kelaparan." Bujuk Bang Danar.
"Nindy kenyang. Nggak pengen makan atau minum apapun." Jawab Nindy.
Bang Danar membuang nafas berat. Usia kehamilan Nindy di empat bulan membuat kehilangan nafsu makan, bahkan berat badan yang seharusnya naik malah semakin berkurang.
"Mau makan apa? Nanti Abang belikan..!!" Janji Bang Danar.
"Nindy nggak pengen makan. Nindy mau pegang bulu hewan."
"Ooalaahh.. ya sudah, ayo..!! Mau ke kandang ayam, bebek, kambing, sapi atau lihat Moli dan Milo?" Tanya Bang Danar dengan senyumnya. "Tapi janji ya, setelah itu harus makan. Sudah siang ini, dek..!!"
Nindy mengangguk. "Nindy mau pegang bulu macan tutul."
Seketika senyum Bang Danar pudar. Bukan Nindy kalau tidak membuatnya gelisah tak karuan. "Di antara banyak bulu, kenapa harus macan tutul??? Pantas, Abang sudah curiga setiap malam yang kamu tonton hanya tayangan tentang national geographic."
"Kalau lihat drama luar negeri, apa bisa Abang kabulkan untuk pegang aktor yang jadi serigala itu??" Tanya Nindy.
"Dua-duanya sulit di kabulkan. Lagipula kenapa yang jauh. Sudah ada Abang yang bebas kamu jalajahi. Memangnya Abang kurang ganteng dari sisi mananya?" Omel Bang Danar.
"Semuanya. Abang nggak ada mirip sama aktornya, malah lebih ke serigala nya." Jawab Nindy malas.
"Oohh ngelamak. Bilang saja Abang mirip luwak." Gerutu Bang Danar.
"Ayo, Bang..!!"
"Apa sih?? Kamu pengen di cemilin macan tutul atau bagaimana??? Puyeng kepala Abang nih mikir kamu. Minta tuh yang bisa di nalar. Kalau begini, Abang pun nggak sanggup sodorin kamu ke macan tutul." Jawab Bang Danar.
Seperti biasa, Nindy terdiam dan membuat perasaan Bang Danar terasa di permainkan untuk kesekian kalinya.
"Ya wes. Abang ambil cuti, kita ke Jawa, main ke kebun binatang. Sekalian kamu kerok bulunya si macan tutul."
.
.
.
.
hayo kak remake tokoh²nya