Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 6
Ia mencoba mengintip ke luar lewat lubang persegi panjang yang ada di pintu kamar nya, nampak sunyi dan cahaya nya remang-remang.
Kemudian ia memulai menggali tanah di bawah tempat tidur nya, dengan merusak lantai terlebih dahulu yang terbuat dari adukan semen dan pasir yang lumayan tebal, ia membuang serpihan-serpihan itu ke lubang WC yg ada di kamar tahanan nya.
Lalu kembali menggali lubang di bawah tempat tidur nya dengan peralatan seadanya, yaitu menggunakan plat besi penopang kasur yang ada di ranjang tidur nya. Dengan sabar dan gigih, ia merusak lantai itu menggunakan salah satu sisi ranjang besi itu yang sudah di lepaskan nya. Kemudian sudut nya di manfaatkan sebagai palu, di pukul-pukulkan ke lantai yang terbuat dari acian semen dan pasir.
...☠️💀☠️...
Tak terasa sudah jam dua belas malam, tapi ia masih bergelut dengan keringat membuat lubang pelarian. Ketika ia sedang sibuk menggali tanah yang berpasir itu, tiba-tiba ada yang menendang-nendang pintu kamar nya dari luar.
Spontan ia pun kaget dan panik, di pikirnya itu adalah sipir penjara. Dengan segera dan cekatan, ia membereskan semua nya dan menata nya kembali seperti semula. Dengan nafas kelelahan bercampur panik, ia perlahan mendekati pintu itu dan mencoba melihat keluar lewat lubang persegi panjang yang ada di pintu bagian bawah.
Dengan pelan-pelan dia tengkurap di depan pintu dan mendekatkan sepasang mata nya ke lubang yang biasa untuk memasukkan makanan untuk nya.
"Astaga !!!" Gumam nya kaget dengan sorot mata ketakutan
Dengan cepat ia menjauhkan kepala nya dari lubang itu. Sesaat ia mematung, masih shock dengan apa yang di lihat nya dan setengah tidak percaya bahwa itu benar-benar nyata. Ia melihat sepasang kaki pucat tanpa sandal, yang dari betis kaki tersebut mengalir darah dengan deras ke bawah. Jari-jari kaki tersebut kesemua nya terpotong benda tajam.
Ia mencoba mendekatkan kepala nya lagi ke lubang itu dengan pelan-pelan, untuk memastikan bahwa yang di lihat nya itu tidak nyata.
"Hah hah hah hah hah, bismillah" gumam nya di sertai nafas panik karena takut
Pelan-pelan ia mendekatkan sepasang matanya ke lubang itu.
"Haaaaaaaaaaah.....!!!!!! Spontan ia teriak keras karena kaget
Dua pasang mata yang membusuk sama-sama mengintip lewat lubang itu dari luar. Prapto beradu pandang dengan sepasang mata hancur tepat di depan matanya.
"Hah hah hah hah hah, penjara apa ini? dia bukan manusia" gumam nya dengan nafas panik karena ketakutan.
Dugg...duggg...duggg...duggg...
Hantu itu masih menendang-nendang pintunya.
"Cukuuuup !! Pergiiii !!! Pergi kauu !!!" Teriak nya sambil duduk tertelungkup di sudut kiri tembok samping pintu.
"Kau akan bernasib sama seperti kami" suara seperti orang yang sedang sekarat itu terdengar jelas di telinga nya.
"Penjara apa ini ?!! Aku sudah tidak tahan disini ! " kekesalannya sambil tertelungkup
Suasana kembali sunyi, suara itu benar-benar sudah menghilang. Sedangkan ia masih tetap telungkup mematung untuk memastikan makhluk itu benar-benar sudah pergi.
Perlahan ia memberanikan mengangkat kepala nya dan melihat ke arah pintu itu dengan rasa takut yang masih ada. Ia bangkit dari duduk nya, tapi dia tidak berani melihat keluar lagi. Ia semakin bertekad harus keluar dari penjara itu.