Amira harus menelan pil pahit, ketika seorang kekasih yang selama ini dia sayangi harus bersanding dengan sahabatnya sendiri, dengan alasan cintanya sudah habis dengannya, bahkan selama satu tahun ini sang kekasih bertahan karena berpura-pura dan tanpa terpikir panjang lelaki yang bernama Arya itu mengakhiri begitu saja hubungannya dengan Amira di saat yang bersamaan Amira ingin memberi kejutan kalau dia tengah mengandung benih kekasihnya itu. Akankah Amira sanggup membawa pergi benih dari mantannya itu? nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Amira begitu sedih jika melihat sang anak selalu berdoa agar ayahnya bahagia bersama Tuhannya, hati ibu mana yang tidak teriris jika harus berbohong sampai sejauh ini, apakah Amira tidak merasa takut jika suatu saat nanti putrinya mengetahui hal yang sebenarnya? Tentu jawabannya pasti Iya.
Seorang ibu mana yang tidak takut jika sewaktu-waktu anaknya tahu kalau ayahnya masih hidup, tapi bagi Amira ini sudah menjadi keputusannya, biarlah Afifah di kenal tidak memiliki seorang ayah, itu akan lebih baik dari ada tetapi sampai sekarang tidak ada tanda-tanda Arya untuk mencari tahu keadaan anaknya ada dimana.
"Mungkin saat ini kau tengah bahagia bersama dengan wanita yang begitu kau cintai dan kau banggakan itu, semoga saja suatu hari nanti kau merasakan apa yang ku rasakan, Arya dan Nadine," ucap Amira sambil menatap Nanar ke arah jendela.
"Aku sangat percaya pada kalian berdua, tapi apa! kepercayaan ku kau hancurkan begitu saja, hingga menyisakan suatu trauma yang begitu menyakitkan dalam hidupku semoga suatu saat nanti, anak yang tak pernah kau jenguk ini, bisa membuatku bangga memilikinya," pungkas Amira, dengan air mata yang sudah membasahi pipinya jika dirinya mengingat dua nama orang tersebut.
Untuk menghilangkan rasa stresnya Amira mulai turun ke bawah untuk bekerja dan terus bekerja agar dirinya tidak mengingat kembali dua manusia jahat itu baginya pribadi.
Perlahan mata Amira dilihatkan dengan stok bawang merah yang begitu melimpah ruah, lalu dirinya mulai bertanya pada karyawannya.
"Arum, bawang merah habis di kirim lagi?" tanya Amira.
"Iya Bu, katanya harga bawang merah lagi murah, makanya mereka mengirim ke kita secara besar-besaran," sahut Arum.
"Rum, kalau dibiarkan bawang merah seperti itu lama-lama akan mengering ibu gak mau ya kalau kelamaan menyimpan barang dagangan, gimana kalau separuhnya kita buat bawang goreng saja, biar semua jadi duit dengan cepat," pinta Amira.
"Iya tapi ibu harus punya karyawan lagi dan tempat untuk memproduksi bawang merah yang jumlahnya tidak sedikit ini," terang Arum.
"Baiklah ibu serahkan padamu saja," ucap Amira.
"Bu, lebih baik kita menggunakan mesin untuk mengiris bawang merahnya, jadi kita gak terlalu menggunakan jasa karyawan yang begitu banyak," imbuh Arum.
Sejenak Amira mulai berpikir apa yang dikatakan karyawannya itu ada benarnya juga.
"Baiklah, kalau begitu besok kau siapkan semua ya, intinya kita coba buat usaha baru siapa tahu saja laris manis," ucap Amira, yang diangguki oleh karyawannya itu.
Semenjak tinggal di kota kecil ini, ada saja gebrakan dari ibu muda itu, dia melakukan ini bukan karena aji mumpung, tetapi dia melakukan berbagai hal seperti ini semata untuk menjamin kehidupan sang anak agar kelak menjadi orang yang tidak di remehkan oleh orang lain.
"Anakku lihatlah ibumu ini sudah mulai merintis usaha baru, doakan saja semoga usaha ibumu ini selalu di lancarkan," gumam Amira, sambil menatap penuh harap.
"""""""
Keesokan harinya, Amira dan Arum mulai pergi ke toko elektronik yang menyediakan mesin penggiling untuk bawang, dan tidak lama kemudian Amira sudah sampai di toko tersebut.
"Arum, lebih baik kita menggunakan mesin pengupas nya juga untuk mengurangi jasa karyawan," ucap Amira yang ternyata baru tahu kalau mesin pengupas juga ada.
"Baiklah ibu," sahut Arum.
"Ya sudah, jadi kita cukup punya karyawan tiga saja untuk produksi bawang di awal ya, nanti kalau peminatnya banyak baru kita tambah karyawan lagi," ungkap Amira.
Semua mesin berkualitas terbaik dan berukuran besar sudah dibeli dengan jumlah yang begitu fantastis bagi Amira, tapi tak mengapa karena dia keluar uang banyak juga untuk usaha, tak apalah tabungannya sedikit terkuras untuk membeli mesin-mesin tersebut.
'Ya Allah semoga usaha baru hamba mendapatkan ridho-Mu,' batin Amira.
Semua barang sudah di rakit dan di uji kualitasnya, barulah mesin tersebut di angkut oleh pick up yang di kendarai oleh Amira sendiri.
Setelah menemukan jarak sekitar satu jam lebih akhirnya Amira dan Arum sampai di rumahnya, seperti biasa untuk menurunkan mesin-mesin tersebut Amira meminta bantuan pada karyawan laki-laki.
"Ayo yang cowok ibu minta tolong untuk turuni barang-barang ini dari mobil.
Amira pun mulai menggunakan pekarangan belakang rumahnya yang cukup luas, untuk beberapa mesin-mesin tersebut, seperti biasa Amira yang mengatur sendiri letaknya, dan akhirnya letak yang dia harapkan sesuai dengan keinginannya.
"Nah ini baru sesuai, beruntung kanopi di belakang rumah cukup luas, jadi bisa berguna juga dibuat usaha seperti ini," gumam Amira.
"Bu, berarti kita tidak jadi sewa tempat ya?" tanya Arum.
"Urungkan saja, di pekarangan belakang cukup nyaman kok, lagian duit ibu udah menipis, ibu harus putar otak lagi nih, untuk mengatur keuangan," sahutnya dengan penuh candaan.
"Idih, Ibu mah bisa saja, padahal loh Buk, duit Ibu di bank masih banyak," celetuk Arum yang memang sudah biasa bercanda seperti ini.
"Bank yang mana, bank jali atau bank Jago," balas Amira yang di dasari candaan juga.
******
Tiga hari kemudian, hari ini Amira mulai merintis usaha barunya itu dengan di temani tiga karyawan, yang merupakan seorang ibu-ibu, di hari pertamanya ini Amira mencoba untuk berkecimpung juga untuk mengakrabkan diri terhadap karyawan barunya itu.
Semua bawang yang sudah di cuci bersih di masukkan ke mesin pengupas, yang di dalamnya sudah berisi dengan air, lalu tinggal menekan tombol of saja mesin sudah bekerja dengan sendirinya, dan tidak membutuhkan waktu lama bawang merah sudah terlepas dari kulitnya.
"Ya Allah sepertinya ini bisnis cukup menguntungkan, semoga saja, nantinya akan ada para ibu-ibu yang terbantu perekonomiannya dengan usaha yang baru saja saya rintis ini," ucap Amira dengan penuh rasa syukur.
Cukup lama Amira berada di tempat produksi bawang goreng, setelah di rasa puas, wanita cantik itu mulai mengecek toko nya yang ada di depan sana.
Amira menatap penuh bangga, para pembeli yang datang silih berganti, di tokohnya, hingga tiba-tiba sang anak menegurnya untuk bersalaman karena baru pulang dari sekolah.
"Ibu ...," panggil Afifa yang tidak di gubris oleh ibunya.
"Ibu ....," panggilnya kembali.
"Eh Sayang maaaf ibu tidak dengar," sahut Amira.
"Ibu sedang bahagia ya, kok terlihat senyum-senyum begitu?" tanya Afif.
"Iya Sayang, kamu tahu gak apa yang membuat ibu bahagia?" bukannya menjawab Amira malah bertanya balik.
"Apa Bu," sahut anaknya itu.
Ibu sedang bahagia karena kita bisa hidup damai seperti ini Nak, lihat saja, Tuhan begitu baik terhadap kita sehingga kita diberi kemudahan dari segi rejeki seperti ini Nak," ucap Amira sambil memeluk buah hatinya itu.
Siang .... Sekedar memberi tahu ya kakak, cerita Amira dan Afifah kecil sudah cukup di bab ini ya, selanjutnya di bab berikut, Afifah sudah besar ya dan mengalami berbagai lika-liku kehidupan layaknya gadis yang menginjak usia remaja.
Selalu nantikan ya kisahnya🙏🙏🙏❤️🥰❤️
regan tambah keren aja bisa menghalau keluarga arya yg sok kaya itu... paling gak buat aluna dipenjara thor. biar jatuh nama baik n harga diri keluarga arya n nadine
kayaknya pa regan jodohnya Amira 🤲
nama baik kok dipertahanin dengan cara jahat....kakek sableng