NovelToon NovelToon
Bayi Rahasia Sang Serigala

Bayi Rahasia Sang Serigala

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Manusia Serigala / Hamil di luar nikah / Identitas Tersembunyi
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Zylan Rahrezi

Rere jatuh cinta pada pria buta misterius yang dia temui di Sekolah luar biasa. Ketika mereka menjalin hubungan, Rere mendapati bahwa dirinya tengah mengandung. Saat hendak memberitahu itu pada sang kekasih. Dia justru dicampakkan, namun disitulah Rere mengetahui bahwa kekasihnya adalah Putra Mahkota Suin Serigala.

Sialnya... bayi dalam Kandungan Rere tidak akan bertahan jika jauh dari Ayahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengkhawatirkanmu

Bab 8 -

Setelah hari yang panjang, Arion mendekati Rere di tenda perkemahan, tatapan dinginnya masih terlihat, tapi kali ini ada sedikit ketegangan di wajahnya. Rere, yang sedang merawat seorang prajurit terluka, menegakkan tubuh ketika Arion tiba di hadapannya. la bisa merasakan percakapan ini akan serius.

"Kamu harus kembali ke Taewon," kata Arion tiba-tiba tanpa basa-basi. Suaranya tegas dan tidak mengizinkan ruang untuk perdebatan. "Sudah terlalu berbahaya bagimu berada di sini."

Rere mengerutkan kening, merasa tidak terima. "Apa maksudmu? Aku masih bisa membantu di sini. Banyak prajurit yang terluka, dan aku bisa-"

"Ini bukan tempat untuk seorang utusan peri sepertimu," potong Arion. "Perang ini bukan urusanmu, dan lebih baik kamu kembali ke Taewon, di mana kamu aman."

"Perang ini bukan hanya tentang suin!" seru Rere, suaranya semakin penuh dengan emosi. "Dunia bawah retak, monster-monster dari sana mulai muncul. Ini urusan kita semua! Bagaimana aku bisa pergi semeritara situasi semakin parah?"

Arion menatapnya dengan tajam, tetapi ia tidak tahu bagaimana menjawabnya. Benar, retakan dunia bawah memang sudah mulai mengancam lebih dari sekadar wilayah suin, tetapi itu tidak mengubah fakta bahwa kehadiran Rere di medan perang membuatnya khawatir. Meski dia tak ingin mengakuinya, ada sesuatu dalam dirinya yang menganggap Rere lebih dari sekadar utusan peri.

Namun, Arion tetap kukuh. "Aku tidak akan mengizinkanmu mengambil risiko lebih besar. Kamu akan kembali ke Taewon bersama pengawal yang aku kirimkan.

Rere berdiri teguh, napasnya berat karena rasa frustasi yang terpendam. "Aku tidak akan pergi! Kamu tidak bisa memaksaku!" serunya

"Aku bisa, dan aku akan!" balas Arion dengan nada yang lebih tinggi dari biasanya. "Ini adalah keputusan terbaik untuk semua orang!"

Rere menggigit bibirnya, menahan amarah dan kesedihan. Dia tahu Arion tidak tahu tentang bayi yang dikandungnya, tentang bagaimana bayi itu membutuhkan kehadiran ayahnya agar mana mereka tetap terhubung. Meninggalkan Arion sekarang tidak hanya berbahaya bagi dirinya, tapi juga untuk bayinya.

Namun, sebelum ia bisa menjelaskan lebih jauh, Arion berbalik dan mengakhiri percakapan itu. "Aku akan menyiapkan perjalananmu. Besok pagi, kamu berangkat."

Rere hanya bisa menatap punggungnya yang menjauh dengan perasaan frustrasi dan putus asa. Dia tidak tahu bagaimana cara meyakinkan Arion tanpa mengungkapkan rahasia yang lebih besar.

Keesokan harinya, pasukan Arion dan Rere sedang bersiap untuk berpatroli lebih jauh ke dalam hutan, sementara Rere tetap tinggal di perkemahan untuk membantu merawat prajurit-prajurit yang terluka. Dia masih merasa berat hati karena perdebatan mereka, tapi ia bertekad untuk tetap membantu dengan apa pun yang bisa ia lakukan.

Tidak lama setelah Arion dan prajurit-prajuritnya berangkat, kabar buruk tiba-tiba datang. Rere yang sedang memerban luka seorang prajurit tiba-tiba mendengar jeritan dari luar tenda. Seorang prajurit yang berlari masuk ke tenda terlihat panik.

"Yang Mulia Pangeran diserang!" teriaknya. "Monster bawah menyerang kami di hutan. Yang Mulia terluka!"

Hati Rere langsung mencelos mendengar kabar itu. Tanpa berpikir panjang, dia berdiri dan segera meninggalkan prajurit yang sedang dia rawat. la tahu ini bukan keputusan yang bijak, tapi rasa khawatir yang mendalam menyelimuti hatinya. Arion terluka-hal itu membuatnya tidak bisa berdiam diri.

"Di mana Arion sekarang?" tanya Rere, mencoba menenangkan diri meskipun perasaannya kacau..

"Dia masih di dalam hutan, beberapa prajurit sedang membawanya kembali," jawab prajurit itu, wajahnya penuh kecemasan.

Rere mengepalkan tangannya erat-erat, ingin segera membantu, namun kesadarannya tentang kondisinya mengingatkan bahwa tidak mungkin baginya untuk langsung menuju hutan. Dia harus menunggu dengan perasaan tidak tenang, sambil terus berdoa agar Arion tidak terluka parah.

Dia kembali ke tenda perawatan, mencoba untuk tetap fokus membantu prajurit yang terluka lainnya. Tapi pikirannya terus mengembara, membayangkan seperti apa keadaan Arion sekarang. Perasaan khawatir yang tumbuh semakin kuat membuatnya tidak bisa diam, meski tubuhnya mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan.

Angin dingin menyapu perkemahan saat malam mulai menyelimuti langit Luminos. Cahaya bulan yang redup menjadi satu-satunya penerang di tengah hutan gelap. Rere duduk di tenda perawatan, tapi pikirannya melayang jauh, tidak bisa tenang setelah mendengar kabar bahwa Arion terluka diserang oleh monster bawah.

Prajurit yang terluka mengeluh pelan di hadapannya, tapi Rere nyaris tak mendengarnya. Pandangannya kabur, fokusnya terpecah. Jantungnya terus berdetak cepat, seolah memberi isyarat bahwa ada sesuatu yang mendesak harus dia lakukan. Rasa khawatir yang mencekamnya seolah tumbuh lebih besar dari sekadar rasa prihatin biasa. Ada sesuatu yang lebih dari itu.

"Undine," bisik Rere, memanggil peri kecil yang bersembunyi di kalungnya.

Seketika Undine muncul, mengepakkan sayaprıya yang berkilauan dalam redupnya cahaya. "Ada apa, Rere?" tanyanya dengan suara halus, namun terkesan cemas melihat keadaan Rere yang gelisah.

"Arion terluka, aku harus mencarinya," jawab Rere dengan nada yang penuh tekad.

Undine mengerutkan dahi. "Tapi kau tahu, Rere. Kau tak bisa sembarangan meninggalkan perkemahan, apalagi dalarn kondisimu yang sekarang. Ini terlalu berbahaya-"

"Aku harus menemukannya, Undine. Aku merasa ada yang salah, aku tidak bisa duduk diam. Terlebih, bayiku... dia butuh ayahnya, dan aku bisa merasakan mana mereka terhubung." Rere menggenggam perutnya dengan erat, merasakan kehangatan yang mulai pudar di dalam dirinya. "Jika aku tidak segera bertindak, mungkin sudah terlambat."

Undine terdiam sejenak, memperhatikan sorot mata Rere yang penuh tekad. Sebagai peri, Undine bisa merasakan getaran yang menghubungkan tali mana di antara Rere, bayinya, dan Arion. Meski berat, dia mengangguk pelan. "Baiklah, aku akan membantumu."

Dengan bantuan Undine, Rere menyelinap keluar dari perkemahan tanpa menarik perhatian. Mereka bergerak hati-hati di antara tenda-tenda prajurit yang sibuk merawat korban-korban perang. Malam itu begitu sunyi, hanya suara langkah Rere yang terdengar memecah hening.

Ketika sampai di tepian hutan, Rere berhenti sejenak dan menarik napas dalam. Hutan itu gelap dan tidak bersahabat, tapi dia harus melangkah masuk. Rasanya seperti ada yang memanggilnya dari dalam-suatu dorongan kuat yang tak bisa dia abaikan.

"Kita bisa menemukannya," ujar Undine sambil menutup matanya, mencoba merasakan aliran mana yang menghubungkan Rere dengan Arion. "Tali mana yang menghubungkan bayi ini dengan Arion masih kuat. Jika kita ikuti alirannya, kita akan menemukan dia.

Rere mengangguk, menatap hutan yang tampak semakin menakutkan di depannya. Namun, dia tak punya pilihan lain. Dia mulai melangkah masuk, mengikuti arahan Undine. Setiap langkah yang dia ambil membawa mereka lebih jauh ke dalam hutan, semakin jauh dari keamanan perkemahan.

Hutan itu sepi, tetapi udara di sekitarnya terasa penuh dengan kekuatan yang asing-kekuatan dari monster bawah yang sedang berkeliaran. Rere merasakan bulu kuduknya berdiri, tapi dia terus melangkah. Mana yang mengalir antara dirinya dan Arion semakin terasa, seolah menariknya untuk bergerak lebih cepat.

Semakin dalam mereka masuk, semakin jelas getaran mana itu terasa. "Dia di dekat sini," kata Undine, suaranya terdengar khawatir. "Tapi berhati-hatilah, kita tidak tahu apakah monster bawah masih berkeliaran."

Tiba-tiba, terdengar suara geraman dari semak-semak di depan mereka. Rere terhenti, tubuhnya membeku. Dari kegelapan muncul seekor monster besar dengan taring tajam dan mata merah menyala-monster bawah yang mengancam dunia Luminos.

Rere mundur beberapa langkah, tapi sebelum monster itu bisa mendekat, Undine melayang di depannya, mengeluarkan cahaya yang terang. "Lari, Rere! Aku akan menghalangi makhluk ini!"

Rere tak butuh perintah kedua. Dia berlari secepat mungkin, sementara suara geraman monster dan kilatan cahaya dari Undine beradu di belakangnya. Meski Undine kecil, kekuatan peri air itu cukup kuat untuk memberi Rere waktu melarikan diri.

Setelah berlari beberapa menit, Rere mendapati dirinya di sebuah lapangan terbuka kecil yang diterangi oleh sinar bulan. Di sana, dia melihat sosok yang terbaring di tanah-Arion. Tubuhnya terluka, darah mengalir dari beberapa luka di lengannya dan bahunya. Beberapa prajurit yang semula bersamanya tampak tak berdaya di sekitar, jelas telah kalah dalam pertempuran dengan monster.

"Arion!" seru Rere, napasnya terengah-engah.

Dia bergegas mendekat, berlutut di sebelah Arion yang terbaring lemah. Pria itu masih sadar, meski matanya setengah tertutup karena rasa sakit yang menghimpitnya. Saat dia melihat Rere, tatapan kebingungan muncul di wajahnya.

"Kamu..." suaranya terdengar lemah, hampir tak terdengar. "Kenapa... kamu di sini?"

Rere tidak menjawab pertanyaan itu. Dia hanya meraih tangannya, menggenggamnya erat. Mana yang menghubungkan mereka semakin kuat, kehangatan di perutnya kembali terasa. "Aku di sini untuk menolongmu," katanya pelan, suaranya gemetar antara rasa takut dan lega.

Arion menatapnya dalam diam, namun kali ini, tak ada protes atau pertanyaan lebih lanjut. Rere tahu, meski Arion mungkin tak mengerti sepenuhnya mengapa, tetapi dia bisa merasakan sesuatu yang lebih dalam menghubungkan mereka.

Undine muncul kembali dari balik semak-semak, wajahnya letih tapi puas setelah berhasil melawan monster. "Kita harus segera kembali ke perkemahan," katanya.

Rere mengangguk, matanya masih tertuju pada Arion yang semakin lemah. "Bertahanlah," bisiknya pelan. "Aku tak akan membiarkanmu terluka lebih dari ini."

Malam itu, di bawah cahaya bulan yang redup, Rere menyadari betapa kuatnya tali yang menghubungkan mereka. Bukan hanya melalui bayinya, tapi sesuatu yang lebih dalam, yang belum siap untuk dia ungkapkan.

1
@Risa Virgo Always Beautiful
lanjut kak
✨💥N༙྇A༙྇B༙྇I༙྇L༙྇A༙྇²💥✨
mampir kak
yumin kwan
baru Nemu....langsung marathon...
pliz jgn digantung ya ...
Zycee: sanzz ae sanz
total 1 replies
꧁LC*¹³🌸Intan PS Army 🐨°°🕊️꧂
keren di awal udah keren
Intan Nurul
menarik..sekali

bikin penasaran kisah selanjutnya
Intan Nurul
seruuuu euyy..lanjutt thoor /Determined/
RiJu
wah, ternyata rere keturunan peri
RiJu
tulisannya bagus.
apa yg dimaksud dgn setengah peri dan manusia? apakah rere?
Zycee: mana ku tau🗿
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!