NovelToon NovelToon
Sugar Daddy Dokter Impoten

Sugar Daddy Dokter Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Romansa / Sugar daddy
Popularitas:3.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Clarissa icha

"Cuma karna I-Phone, kamu sampai rela jual diri.?" Kalimat julid itu keluar dari mulut Xander dengan tatapan mengejek.

Serra memutar malas bola matanya. "Dengar ya Dok, teman Serra banyak yang menyerahkan keperawanannya secara cuma-cuma ke pacar mereka, tanpa imbalan. Masih mending Serra, di tukar sampa I-Phone mahal.!" Serunya membela diri.

Tawa Xander tidak bisa di tahan. Dia benar-benar di buat tertawa oleh remaja berusia 17 tahun setelah bertahun-tahun mengubur tawanya untuk orang lain, kecuali orang terdekatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

"Dok, kenapa nggak di angkat.? Siapa tau penting." Tanya Serra. Sudah 3 kali dia melihat Xander mengabaikan panggilan telfon dari Mamanya. Terakhir kali malah di tolak.

Xander melirik jengah saat ponselnya lagi-lagi berdering. "Kepala saya pusing kalau angkat telfon dari Mama. Pasti membahas soal perjodohan lagi." Jawabnya kemudian mengambil ponsel di atas meja untuk di non aktifkan. Lebih baik tidak bisa dihubungi sekalian daripada harus di telpon berkali-kali. Xander juga tidak berminat mengangkatnya.

"Apa Dokter mau dijodohin.? Sama siapa Dok.?" Mata Serra membulat sempurna karna cukup terkejut. Kalau Xander benar-benar akan dijodohkan, tamatlah riwayatnya sebagai simpanan dokter tampan kaya raya.

Xander mengangkat kedua bahunya acuh. "Mana saya tau." Jawabnya tak ada minat membahas tentang siapa orang yang akan dijodohkan dengannya.

"Tapi Dokter nggak setuju kan.?" Serra menatap penasaran. Walaupun jawabannya sudah jelas.

Kening Xander berkerut saat melihat gadis di depannya justru yang lebih antusias membahas soal perjodohan. "Kenapa jadi kamu yang penasaran." Selorohnya.

Serra tersenyum kikuk sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. "Serra takut Dokter setuju dijodohin." Jawabnya jujur.

Xander menautkan alisnya seraya menatap bingung.

"Kalau Dokter sudah punya istri, pasti Serra nggak akan dibutuhkan lagi kan.? Nanti Serra nggak bisa dapat uang lagi deh dari Dokter." Katanya dengan wajah dan tatapan memelasnya.

Xander menggeleng tak habis pikir, namun ada perasaan gemas juga ketika mengetahui kekhawatiran Serra. Gadis di depannya ini benar-benar membutuhkan uangnya sampai takut jika Xander memiliki istri.

"Menangnya kamu butuh uang berapa.?" Xander mencondongkan tubuhnya ke arah Serra tanpa dia sadari. Hal itu jelas menunjukkan bahwa Xander terlihat nyaman mengobrol dengan Serra.

Serra tampak berfikir, padahal hanya pura-pura berfikir agar Xander percaya.

"20 atau 30 juta mungkin. Serra ingin kuliah Dok, tapi nggak mungkin minta uang sama Tante. Ekonomi keluarga Tante juga nggak stabil, jangankan buat biayain kuliah Serra, setiap akhir bulan saja masih bingung mau makan apa." Serra tersenyum di akhir kalimat, namun senyum itu tampak getir. Dia memang bukan berasal dari keluarga berkecukupan. Kalau saja tidak ada sekolah gratis, mungkin Serra hanya akan tamat SMP saja.

"Kamu pilih saja universitas yang menurut mu bagus, nanti saya yang urus biayanya." Xander sama sekali tidak terlihat punya beban ketika memberikan tawaran secara cuma-cuma pada Serra untuk membiayai kuliahnya. Padahal biaya masuk universitas sampai lulus tidak sedikit.

Mendengar hal itu, Serra jadi semakin yakin kalau Xander benar-benar kaya raya. Dokter tampan itu juga tidak pernah perhitungan jika soal uang.

"Serius Dok.? Dokter nggak bohong kan.?" Serra merapatkan tubuhnya ke arah Xander karna terlalu senang. Soroti matanya yang berbinar bisa menunjukkan bagaimana perasaan Serra saat ini.

Xander mengangguk untuk menyakinkan Serra. Tidak ada kebohongan di mata Xander, dia memang serius akan membiayai kuliah Serra. Entah karna alasan apa, yang jelas Xander hanya merasa senang ketika melihat Serra senang.

Serra memeluk Xander tanpa aba-aba. Kedua tangannya bergelayut di leher Xander dalam posisi duduk menyamping.

"Makasih ya Dok." Ucapnya kemudian melepaskan pelukannya dan mengecup begitu saja bibir Xander tanpa malu.

"Serra.!!" Pekik Xander dengan tatapan tajam. Bukannya takut, Serra malah menyengir kuda tanpa dosa.

"Bibir dokter enak. Bahasa gaulnya bikin candu." Terangnya dengan menahan tawa di akhir kalimat. Xander melotot, ingin rasa dia memasukkan Serra kedalam karung dan melemparnya ke laut. Gadis di depannya itu tidak ada malu-malunya sedikitpun. Bicaranya selalu asal, apa adanya dan terkadang mengajak Xander senam jantung karna syok.

"Katanya masih pera wan, kenapa otak kamu kotor sekali.?!" Xander mengetuk pelan kening Serra. Dia memang selalu di buat syok oleh gadis itu, tapi keberadaannya cukup menghibur. Mampu menghilangkan lelah dan suntuk selepas berkutat dengan peralatan operasi.

Serra tidak tersinggung sedikitpun atas cibiran Xander, dia malah tersenyum. "Bukan otak Serra yang kotor, tapi Dokter yang terlalu menggoda. Pikiran Serra selalu travelling ke mana-mana kalau ada di dekat Dokter." Serra menatap wajah Xander dan berakhir pada pahanya. Apa yang ada ditubuh Xander adalah pahatan sempurna. Terutama bagian intinya. Walaupun selalu layu, tapi terlihat menantang.

Untuk kesekian kalinya Xander mengetuk kening Serra karna bicara sembarangan lagi.

...*****...

Xander datang ke rumah sakit pukul 7 pagi setelah mengantar Serra pulang. Xander tidak benar-benar mengantar Serra sampai di depan rumah Tantenya karna takut di curiga. Jadi Serra menyuruh Xander menurunkannya di pinggir jalan. Serra hanya perlu masuk ke dalam gang yang hanya cukup untuk 1 mobil. Sekarang Serra mungkin sudah berangkat ke sekolah.

"Lebih cepat lebih baik, sebelum kondisi Zayn semakin memburuk." Kata Dokter Onkologi pada kedua orang tua pasiennya.

Mereka bertiga berbicara di depan ruang rawat inap VIP. Xander yang kebetulan sedang melintas, segera menghentikan langkah ketika di sapa rekan Dokter dan orang tua pasien.

"Pagi Dokter Xander." Dokter paruh baya itu menyapa Xander dengan sopan sebagai cucu dari pemilik rumah sakit ini. Xander membalas sapaannya tak kalah sopan dan beralih pada dua orang di depannya.

"Bagaimana kondisi Zayn.?" Tanyanya.

Pria dan wanita paruh baya itu menghela nafas berat. Keduanya tampak terpukul dengan kondisi putra semata wayang mereka.

"Zayn harus segera dioperasi. Xander, apa kamu bisa bantu Zayn mencarikan donor sumsum tulang belakang yang cocok untuknya.?" Mata Marta berkaca-kaca.

"Sumsum tulang belakang kami tidak cocok untuk di donorkan pada Zayn." Imbuh Darwin lesu.

"Bagaimana dengan anggota keluarga yang lain, apa sudah di lakukan pemeriksaan.?" Tanya Xander. Yang Xander tau, donor sumsum tulang belakang hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki hubungan darah. Meski bisa mendapatkan donor dari orang asing, tapi kemungkinannya sangat tipis untuk menemukan pendonor yang cocok.

"Saya sudah melakukan pemeriksaan pada beberapa anggota keluarga pasien, tapi tidak ada yang cocok Dok." Tutur Dokter Martin karna kedua orang tua pasien hanya tertunduk lesu.

Dokter Martin kemudian pamit karna dia masih memiliki pasien lain yang harus di tangani.

"Om dan Tante tidak usah khawatir, saya bantu mencarikan sumsum tulang belakang yang cocok untuk Zayn." Ucap Xander.

Darwin dan Marta terlihat senang mendengar Xander bersedia membantunya. Setelah mengobrol sebentar, Xander segera pamit ke ruangannya karna ada jadwal operasi 30 menit lagi.

...******...

"Ser, aku perhatikan dua pelampung kamu makin mengembang. Om Dokter jago niup ya.?" Goda nabil meledek.

Serra melotot dan memukul pelan bahu sahabatnya. "Mulutmu bisa dikondisikan nggak.?! Kita lagi di kantin kalau kamu lupa.!" Geram Serra panik. Dia langsung celingukan, takut perkataan Nabil didengar orang lain. Nabil dan dua sahabatnya yang lain hanya terkekeh.

"Bener tuh kata Nabil, kayaknya si Dokter udah pro banget mainnya." Sambung Marisa pelan.

Serra menunduk dengan wajah memerah tanpa berniat membalas ucapan sahabatnya. Saat ini Serra malah teringat dengan kegiatan semalam bersama Xander. Serra jadi malu sendiri saat mengingatnya. Padahal sebelumnya sudah sering melakukan kegiatan intim dengan Xander, tapi semalam sedikit berbeda karna Xander membantunya mendapatkan pelepasan berkali-kali. Nyatanya meski milik Xander belum bisa berfungsi, pria tampan itu bisa memberikan Serra kepuasan dengan cara lain.

1
Eka Bundanedinar
kamu tidak melakukan apa " tp tingkah lakumubmnunjukan kamu mnjauhinya zayn
Eka Bundanedinar
kasihan anna hrsnya kamu bisa tegas zayn jngan gantungin perasaan ank orang loh
yuning
😶
Syafa Yani
kereeen beb,semangat ya
🦋🦋Lore Cia🦋🦋
😭😭😭😭
🦋🦋Lore Cia🦋🦋
Luar biasa
🦋🦋Lore Cia🦋🦋
astaghfirullah, langsung ngakak aku🤣🤣🤣😭
🦋🦋Lore Cia🦋🦋
bisa jadi habis kena terapi dadakan malah sembuh 🤣🤣🤣
Firda Odhe Ysd
berharap Anna sma Aaron aj sih
Wild Rose 🌹🌹
bagus banget cerita ini, alurnya juga bagus gk bertele tele, bahasanya juga mudah di mengerti
Yunita aristya
luar biasa
erissa
sukses terus kak.ceritanya baguuuus
anita
smngat thor..lnjut kryamu bkin pnasaran
Ridho Saputra
Luar biasa
enur .⚘🍀
aq syuka cerita ny,, keren abis 🤗🥰
enur .⚘🍀
Zayn benar2 pohlos ,, apa dia tidak melihat kecemburuan Anna ?? 🤭
Novita Lilis
keren.. suka sama ceritanya 👍🏻
Rochma Wati
Luar biasa
Hasni Cimungut
mau bintang 5 tpi cerita cepat banget habisnya 😌
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ☠ᵏᵋᶜᶟɳҽ♋Ꮶ͢ᮉ᳟
menarik sih walaupun cara awal yg dilakukan slah tapi berakhir bahagia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!