NovelToon NovelToon
SENJA TERAKHIR DI BUMI

SENJA TERAKHIR DI BUMI

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sci-Fi
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

Di tahun 2145, dunia yang pernah subur berubah menjadi neraka yang tandus. Bumi telah menyerah pada keserakahan manusia, hancur oleh perang nuklir, perubahan iklim yang tak terkendali, dan bencana alam yang merajalela. Langit dipenuhi asap pekat, daratan terbelah oleh gempa, dan peradaban runtuh dalam kekacauan.

Di tengah kehancuran ini, seorang ilmuwan bernama Dr. Elara Wu berjuang untuk menyelamatkan sisa-sisa umat manusia. Dia menemukan petunjuk tentang sebuah koloni rahasia di planet lain, yang dibangun oleh kelompok elite sebelum kehancuran. Namun, akses ke koloni tersebut membutuhkan kunci berupa perangkat kuno yang tersembunyi di jantung kota yang sekarang menjadi reruntuhan.

Elara bergabung dengan Orion, seorang mantan tentara yang kehilangan keluarganya dalam perang terakhir. Bersama, mereka harus melawan kelompok anarkis yang memanfaatkan kekacauan, menghadapi cuaca ekstrem, dan menemukan kembali harapan di dunia yang hampir tanpa masa depan.

Apakah Elara dan Orion mampu m

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27: Jalan Terjal yang Tak Terduga

Dunia yang dulu penuh dengan kehidupan kini terbungkus dalam kabut asap pekat, langit yang tadinya biru cerah kini hanya tinggal kenangan. Gelombang kehancuran yang melanda Norvalis dan kota-kota lainnya telah meruntuhkan harapan, mengubur keinginan untuk kembali ke masa-masa damai. Setiap sudut yang pernah dikenali sekarang dipenuhi dengan puing-puing dan darah yang mengalir deras, seolah dunia ini adalah lukisan hitam yang tak terhapuskan. Namun, di tengah kehancuran itu, ada satu hal yang masih bersinar—keinginan untuk bertahan hidup, untuk melawan.

Elara merasakan tubuhnya hampir tak mampu bergerak lagi, luka-lukanya semakin parah, namun semangatnya masih menyala. Mereka telah bertempur sejauh ini, dan meskipun semuanya terasa hampir mustahil, dia tahu bahwa ini adalah akhir yang tak bisa mereka hindari. Cassandra, musuh yang tampaknya tak bisa dihentikan, masih hidup, dan mereka hanya tinggal beberapa langkah dari tujuan akhir mereka—markas Eden, tempat di mana inti kekuatan mereka tersembunyi.

"Kita hanya punya satu kesempatan," kata Ardan, memecah keheningan. Suaranya serak, seakan dunia di sekitarnya menggerusnya. "Jika kita gagal sekarang, semuanya akan sia-sia. Kita akan tenggelam dalam kegelapan yang lebih dalam dari yang pernah kita bayangkan."

Elara menatapnya, mata mereka bertemu dalam sebuah pemahaman yang tak terucapkan. Keputusasaan di balik kata-kata Ardan bukanlah sesuatu yang baru bagi mereka. Mereka telah melihat cukup banyak untuk tahu bahwa melawan Eden bukanlah sebuah pilihan—ini adalah keharusan. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan apa yang tersisa dari dunia ini adalah dengan mengakhiri kekuasaan Eden, menghapus segala jejak yang mereka tinggalkan.

"Kita tidak bisa mundur," kata Elara, tegas. "Apapun yang terjadi, kita harus menghancurkan inti mereka. Tidak ada jalan lain."

Dengan tubuh yang hampir tak mampu menopang, mereka melangkah maju. Setiap langkah mereka semakin sulit, seakan bumi di bawah kaki mereka sendiri berusaha untuk menelan mereka. Langit semakin gelap, dan dalam kesunyian itu, hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar. Mereka tahu, setiap detik yang berlalu membawa mereka lebih dekat ke perangkap yang telah disiapkan oleh Eden.

Namun, mereka juga tahu—mereka tidak akan menyerah.

---

Pintu gerbang markas Eden terbuka, dan dunia terasa seperti membeku. Setiap sudut tempat itu tampak kosong, namun Elara bisa merasakan sesuatu yang jauh lebih besar, sesuatu yang lebih mematikan mengintai di dalam bayang-bayang. Suasana ini terlalu sunyi, terlalu tenang. Dan itulah yang paling menakutkan.

"Kita sudah dekat," Ardan berbisik, matanya menatap dengan penuh kewaspadaan.

Namun, sebelum mereka sempat melangkah lebih jauh, sebuah suara menyeruak melalui keheningan. "Kalian benar-benar percaya bisa menghentikan saya?" Suara itu berasal dari Cassandra, yang kini berdiri di hadapan mereka. Matanya bersinar dengan kebencian yang tak terukur. Senyuman sinis di wajahnya hampir tampak seperti kemenangan.

"Kalian terlambat," lanjut Cassandra, suaranya dipenuhi kebanggaan. "Kalian sudah terjebak dalam takdir yang sudah saya atur. Dunia ini—seperti yang kalian kenal—akan segera lenyap. Eden tidak akan pernah jatuh. Kalian adalah bagian kecil dari permainan yang jauh lebih besar."

Elara merasakan darahnya mendidih. "Kami tidak peduli dengan rencanamu," jawabnya dengan suara yang tegas, penuh tekad. "Kami akan mengakhirinya sekarang juga!"

Tanpa peringatan, Cassandra mengangkat tangannya, dan gelombang energi besar meluncur ke arah mereka. Energi itu mengiris udara dengan kecepatan luar biasa, meledak di sekeliling mereka dengan kekuatan yang menghancurkan. Tetapi Elara, Ardan, dan Mira sudah siap. Mereka berkelit, berlari ke arah yang berlawanan, berusaha menghindari ledakan itu. Namun, kecepatan dan kekuatan Cassandra melebihi segala yang pernah mereka hadapi.

"Ini adalah akhir bagi kalian," Cassandra berteriak, energi itu semakin kuat, memaksa mereka untuk mundur.

Tetapi Ardan tidak mundur. Dengan segenap kekuatan yang tersisa, dia melangkah maju, menahan serangan dengan tangan kosong. Elara dan Mira bergerak bersamaan, memberikan serangan balasan. Tetapi serangan mereka terasa sia-sia di hadapan kekuatan Cassandra yang jauh lebih besar.

"Kalian memang berani," Cassandra berbisik, "Tapi keberanian saja tidak cukup untuk mengalahkan saya."

---

Tanpa memberi kesempatan bagi mereka untuk merencanakan langkah selanjutnya, Cassandra mengeluarkan senjata energi—sebuah pedang cahaya yang berkilauan dengan kekuatan destruktif. Dalam sekejap, dia menyerang dengan kecepatan yang mengagumkan, memotong udara dan menciptakan ledakan kecil setiap kali pedangnya menyentuh tanah. Elara, yang semula hanya bisa bertahan, kini harus berjuang untuk menghindari serangan maut itu.

"Kita tidak bisa terus seperti ini!" Mira berteriak, terhuyung mundur karena serangan yang begitu kuat.

Tapi Elara tidak mau menyerah. "Kita harus menghentikan inti kekuatan mereka," katanya dengan suara penuh tekad. "Jika kita menghancurkan inti itu, semuanya akan berakhir. Kita akan menghancurkan Eden."

Ardan menatap Elara dengan pandangan yang penuh kebanggaan. "Kau benar. Kita tidak bisa terus mundur."

Mereka mengatur strategi baru. Ardan dan Mira mulai mengalihkan perhatian Cassandra, sementara Elara berusaha mencari titik lemah di dalam pertahanan Cassandra. Dalam pertempuran ini, setiap detik sangat berharga, dan mereka tahu, satu langkah yang salah bisa berarti kematian.

Dengan penuh keberanian, Elara melompat, menghindari serangan terakhir Cassandra yang hampir menghancurkan tubuhnya. Di tengah pertempuran yang sangat sengit ini, Elara menemukan kesempatan. Dengan segenap kekuatan, dia melemparkan perangkat penghancur inti ke arah Cassandra, tepat di tengah celah yang tercipta.

Waktu terasa melambat. Elara memandang perangkat itu dengan penuh harapan. Jika perangkat itu berhasil, maka kekuatan Eden akan hancur dalam sekejap. Namun, Cassandra masih bisa bertindak cepat. Dalam kilatan cahaya yang sangat kuat, dia mencoba menghentikan perangkat itu, tetapi terlambat.

Sebuah ledakan dahsyat mengguncang tanah, menghancurkan pusat kekuatan Eden. Cahaya itu begitu terang hingga memaksa mereka untuk menutup mata. Namun, dalam kegelapan yang menelan dunia, ada satu hal yang mereka yakini—Eden telah runtuh. Seluruh bangunan itu mulai runtuh, tanah berguncang, dan dunia di sekitar mereka tampak hampir hancur.

"Kita harus keluar sekarang!" teriak Elara, menarik Mira dan Ardan ke arah pintu keluar.

Namun, meskipun mereka berhasil melarikan diri dari ledakan tersebut, mereka tahu bahwa dunia ini tidak akan pernah sama lagi. Mereka telah menghancurkan Eden, tetapi kerusakan yang ditinggalkan jauh lebih besar dari apa yang mereka bayangkan.

---

Kehancuran itu bukanlah akhir, namun permulaan dari sesuatu yang lebih besar. Dunia ini harus dibangun kembali, dari abu yang ditinggalkan Eden. Elara, Ardan, dan Mira, meskipun lelah, tahu bahwa mereka harus bertahan—bukan hanya untuk mereka, tetapi untuk setiap jiwa yang masih tersisa. Mereka mungkin telah menghentikan Eden, tetapi mereka tahu satu hal: dunia ini harus diselamatkan, dan mereka adalah satu-satunya yang bisa melakukannya.

Keberanian mereka akan diuji lagi, namun kali ini, mereka tahu—harapan masih ada. Mereka telah menggenggamnya, dan mereka tidak akan melepaskannya. Dunia ini bukan milik Eden. Dunia ini milik mereka.

To be continued...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!