Bayi Rahasia Sang Serigala
Bab 1-
"Dasar anak nakal!"
Gadis berambut hitam yang diikat kuda itu hanya bisa menghela nafas mendapati ibu tirinya kembali marah-marah karena kelakuan adik perempuannya yang gemar sekali mencuri.
"Ini semua salah ibu! Seandainya ibu tidak menikahi pria itu, mungkin kita masih bisa hidup tanpa kekurangan seperti ini!"
Lagi dan lagi, entah berapa lama Rere bisa mendengar perkataan yang seolah-olah menyindir dirinya. Selama ini Rere tidak mengenal dengan baik siapa ibu kandungnya, namun Ayahnya menikah lagi dengan janda satu anak bernama Julie.
Awalnya keluarga mereka tidak berada diambang kemiskinan seperti ini. Karena sang Ayah adalah pengusaha tembikar sukses, namun karena Ayah terserang penyakit uang mereka justru habis karena berobat, bisnis tembikar mereka juga terpaksa tutup karena tidak ada yang bisa mengelolanya.
Rere bangkit setelah memasang kembali sepatunya. Yah, dia sudah biasa menjalani hidup seperti ini. Suatu hari nanti, dia tidak akan tinggal bersama Julie dan Hanah.
Rere juga sadar diri untuk terus tidak merepotkan mereka. Sembari melirik jam tangannya yang sudah usang, Rere langsung berlari menyadari dirinya sudah terlambat untuk bekerja.
"Rere!"
Gadis itu menghentikan langkahnya, kemudian menyengir mendapati seorang pria paruh baya menatap sengit ke arahnya.
Mister Collin geleng-geleng kepala.
"Akhir-akhir ini kamu sering sekali terlambat ya Re."
"I-itu tidak benar pak, saya tadi jatuh dan kaki saya terkilir-"
"Alasan klasik, mana ada orang yang setelah terjatuh dengan kaki terkilir, bisa berlari sekencang itu?"
Rere menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kalau sudah ketahuan seperti ini, maka dia tidak bisa lagi menyembunyikannya lebih lama.
"Maafkan saya pak, saya menyadari kesalahan saya, dan berjanji tidak akan terlambat."
Mister Collin menghela nafas, "Sudah, kamu bisa kembali bekerja disana."
Rere menganggukkan kepalanya semangat kemudian bergegas mengambil barang-barang yang harus dia antar. Menekuni pekerjaan sebagai kurir pos seperti ini sudah biasa bagi Rere.
"Hari ini Eros tidak masuk, jadi kamu akan menggantikannya mengirim paket serta surat di sekolah luar biasa yang ada di pinggir kota."
Rere hendak protes, pinggir kota Spans? Itu jauh sekali, dan bahkan bahan bakar kendaraannya tidak akan cukup untuk kesana, kecuali Rere mengisinya kembali.
"Ada uang bensin tambahan?"
"Tidak ada! Gaji kamu saja saya potong karena sering terlambat," balas Mister Collin galak.
Mau tidak mau Rere hanya bisa mengalah. Kemarin dia tidur terlalu larut setelah menyelesaikan shiftnya di minimarket dekat rumah, sehingga dia sering sekali datang terlambat.
Sudah jatuh, tertimpa tangga, itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan situasi dari Rere. Gadis itu tanpa sengaja hampir menabrak seorang pria yang berjalan menggunakan tongkatnya.
"Aduh, maaf sekali, maafkan saya. Tadi saya terlalu terburu-buru sehingga-"
Pria yang mengenakan kacamata hitam itu mengangkat tangannya, seolah-olah meminta Rere untuk diam.
"Tidak apa-apa," balasnya dingin.
Saat Rere hendak berbalik, barulah dia sadar kalau pria itu tidak bisa melihat. Pria di depannya ini buta. Rere terkejut bukan main karena menabrak pria buta.
Namun saat kacamata hitam pria itu terjatuh, Rere terdiam sejenak dengan wajah terpesona. Pria itu tampak tampan dengan iris mata berwarna abu. Tatapannya lurus dan kosong, tangannya bergerak mencari kacamata hitam saat menyadari sesuatu membuat matanya terganggu.
"A-anda tampan sekali," ucap Rere tanpa sadar.
Pria itu berkedip sejenak, "Kembalikan kacamata saya."
"Maaf," balas Rere kemudian memberikan kacamata hitam milik pria itu langsung di atas tangannya.
"Lutut anda terluka, mau saya obati dulu?"
"Tidak perlu, tinggalkan saya segera," balas pria itu dingin.
Rere bergidik, tidak disangka kalau pria tampan yang berhasil membuatnya terpesona ini, mempunyai sifat yang dingin seperti kulkas satu pintu. Namun saat melihat pria itu menjauh, entah kenapa Rere merasakan sesuatu yang aneh dari dalam dirinya. Jantungnya berdebar, dan setelah itu Rere terus memikirkan pria tadi.
Iris mata berwarna abu-abu selalu berhasil membuat Rere terpesona. Apalagi saat dia mengetahui bahwa pria tadi adalah salah satu guru kontrak di sekolah luar biasa yang terletak di pinggir kota.
Sungguh sebuah kebetulan yang tidak disangka-sangka. Rere jadi semakin penasaran dengan pria itu, karena ketika dia mengajar, dia justru terlihat seperti pria yang baik dan perhatian, apalagi dihadapkan dengan anak-anak.
"Rere, sedang apa kamu disana?" Seseorang menegur Rere yang sedang mengamati bagaimana pria itu mengajar murid-muridnya.
"Ah, selamat pagi ibu kepala sekolah," sapa Rere ramah, namun terdengar sedikit kikuk.
Dia baru saja ketahuan sedang memata-matai pria tampan yang menjadi salah satu pengajar di sekolahnya.
"Sa-saya ingat ada paket yang belum saya kirimkan. Jadi saya harus mengirimkannya sekarang," ucap Rere yang untungnya langsung dipercaya oleh sang ibu kepala sekolah.
Rere memilih kembali bekerja, namun saat jam istirahat tiba, dia akan kembali mampir untuk melihat pria itu.
Saat ini Rere bisa melihat pria itu duduk di bawah pohon rindang, dengan sekotak bekal yang ada di tangannya.
Seseorang tiba-tiba lewat, "Re, sedang apa kamu disini?"
Rere terkejut bukan main, apalagi mendapati Eros, rekan kerjanya ternyata sedang mengantarkan paket ke sekolah ini.
"Ho astaga! Kamu membuatku terkejut Eros," ucap Rere.
Eros mengernyit, kemudian mengikuti arah pandangan Rere. Tidak lama setelah itu Eros terkekeh menyadari siapa pria yang berhasil menjadi incaran hati si gadis tengil seperti Rere.
"Dia Pak Rion, salah satu guru disini yang punya kondisi khusus."
Mata Rere seketika berbinar, "Namanya indah sekali, pantas saja dia sangat tampan."
"Yah, setahuku dia adalah orang pendiam yang hanya ramah terhadap anak-anak," ungkap Eros yang entah kapan sudah mengambil tempat disamping Rere.
Duduk sambil menikmati lemon tea dingin di cuaca panas begini, memang sesuatu yang sangat menyenangkan. Namun baru saja Eros duduk, gadis yang tidak lain adalah Rere itu langsung bangun.
"Hei, kamu mau kemana?"
"Aku akan melihatnya mengajar!" Balas Rere yang kini tersenyum kemudian mengikuti kemana pria bernama Rion itu pergi.
Sudah seminggu lamanya Rere mengamati gerak-gerik Rion tanpa ketahuan. Namun saat ini Rere tidak bisa mengelak lagi, ketika Rion sendiri yang menodong Rere dengan tongkatnya dan mengeluarkan kata-kata tidak bersahabat.
"Siapa kamu, dan apa yang kamu ingin dapatkan dari mengintaiku selama ini!"
"Ah, Hehe, Hai namaku Rere."
Sejenak pria itu mengernyitkan dahinya, namun dengan cepat mendekat ke arah Rere. Gadis itu menahan nafas ketika wajah pria tampan yang selalu dia pikirkan, terus mendekat ke arahnya.
"Rere?"
"A-aku gadis yang tidak sengaja menabrakmu," ungkap Rere dengan perasaan gugup.
Setelah mengungkapkan identitasnya, barulah pria bernama Rion itu menjauh. "Apa yang ingin kamu lakukan dengan mengintaiku sepanjang hari?"
"Kamu tau itu?"
"Aku tidak mungkin, tidak mengetahui seseorang yang sedang memperhatikanku seperti hendak memangsaku."
"Itu tidak benar!"
"Aku memang tidak ingin memangsamu, namun aku ingin kita berteman."
Awalnya Rion terlihat ragu, namun setelah itu dia seolah memberikan lampu hijau untuk Rere yang ingin berkenalan dengannya.
"Arion."
Rere tersenyum kemudian menyambut tangan Arion dengan senang, "Namaku Rere."
Semenjak saat itu Rere dan Arion menjadi dekat. Awalnya mereka adalah teman, namun semakin lama, Rere merasa dia sudah menaruh hati pada Arion.
Meski terlihat dingin, Pria itu adalah pria yang sopan, baik, dan perhatian. Dia jarang tersenyum, namun sekali memberikan senyum tipis, jantung Rere akan berdebar tidak karuan.
"Keluar dari rumah inil
Rere terkejut bukan main saat Julie sang ibu tiri, memintanya untuk pergi dari rumah saat itu juga, usut punya usut ternyata Julie akan menikah lagi dengan saudagar kaya raya, sehingga sudah tidak ada alasan bagi Julie untuk menampung kehadiran Rere di rumah itu.
Rere menghela nafas, kemudian mengangkut barang-barangnya untuk pergi, termasuk foto mendiang sang Ayah dan foto sang Ibu yang terletak di liontin usang miliknya.
Saat itu hujan, Rere tidak tau harus berteduh dimana ketika dia terusir dari rumah kecil yang menjadi kenangan terakhir antara dirinya dan sang Ayah.
Saat itu Rere duduk di depan sekolah luar biasa tempat Arion mengajar. Dia tidak tau dimana Arion, dia juga tidak punya teman dekat lain selain Arion. Karena rekan-rekan kerjanya tidak mungkin bisa menampungnya.
Keesokannya ketika pagi sudah tiba. Rere bangun dengan keadaan tubuh demam dan menggigil, saat melihat Arion datang, saat itu Juga Rere berlari ke arahnya dan memeluk Arion.
Namun belum sempat Rere berkata sesuatu, tubuhnya sudah limbung dan terjatuh ke dalam pelukan pria itu.
Ketika membuka mata, Rere tersadar bahwa dia sudah ada di sebuah rumah sederhana bergaya kuno yang letaknya pasti di pinggir hutan.
Tidak lama setelah itu, Arion datang membawakan sup dan obat untuk Rere. "Arion," panggil Rere dengan suara lemah.
"Kamu pasti lelah, ini minumlah."
Rere dengan cepat membantu Arion mengambil nampan itu dan meletakkannya di atas nakas.
"Maaf karena sudah merepotkanmu."
Arion tersenyum tipis, tangannya berusaha menyentuh puncak kepala Rere, namun karena Rere mendongak tanpa sadar dia malah menyentuh bibir Rere.
Arion terkejut, namun dengan cepat menarik tangannya. Sayang Rere kembali menahan tangan Arion dan mengelusnya pelan.
"Arion, bagaimana ini?"
"Sepertinya aku mencintaimu."
Arion tidak membalas, namun dia menarik Rere ke dalam pelukannya. "Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi Arion." Air mata Rere luruh begitu saja, kemudian menangis sesenggukan dalam pelukan Arion.
Namun berkat pengakuan cinta Rere malam itu. Hubungan mereka yang semula hanya teman biasa, kini berubah menjadi sepasang kekasih.
Rere sadar, dia sangat mencintai Arion, terlepas pria itu baru dikenalnya dengan singkat dan mungkin Rere tidak mengetahui siapa Arion sebenarnya.
Namun Rere tidak peduli.
Dia rela terjebak pada pusara kebodohan dan ketidaktahuan jika menyangkut soal Arion. Cinta membuat Rere memberikan segalanya untuk Arion.
"Ah."
Rere membiarkan Arion bermain ditubuhnya. Wanita itu bersandar pada dada bidang sang pria, bergerak naik turun tidak beraturan dengan rambut yang disampirkan kesamping, sementara Arion yang memangkunya terus menghirup aroma leher Rere, yang sudah menjadi candu untuknya.
"A-aku mencintaimu Arion."
Bibir Rere dibungkam paksa oleh Arion. Benda tidak bertulang itu mulai membelit pasangannya, hingga cairan saliva terus merembes membasahi tubuh mereka.
Rere sudah tidak bisa menahannya lagi, rasa lelahnya datang ketika empat hari ini selalu dikurung oleh Arion.
Namun sampai saat itu dia belum kunjung mendengar kalimat yang dia tunggu-tunggu. Bahkan ketika Arion menyelimutinya dengan pelan.
Meskipun Rere sadar bahwa kecupan di dahi Rere, adalah bukti yang tidak bisa disandingkan dengan kata-kata. Bukti bahwa Arion juga mencintainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
@Risa Virgo Always Beautiful
lanjut kak
2024-12-17
0
✨💥N༙྇A༙྇B༙྇I༙྇L༙྇A༙྇²💥✨
mampir kak
2024-12-17
0
꧁LC*¹³🌸Intan PS Army 🐨°°🕊️꧂
keren di awal udah keren
2024-12-15
0