Ceritanya berkisar pada dua sahabat, Amara dan Diana, yang sudah lama bersahabat sejak masa sekolah. Mereka berbagi segala hal, mulai dari kebahagiaan hingga kesedihan. Namun, semuanya berubah ketika Amara menikah dengan seorang pria kaya dan tampan bernama Rafael. Diana yang semula sangat mendukung pernikahan sahabatnya, diam-diam mulai merasa cemburu terhadap kebahagiaan Amara. Ia merasa hidupnya mulai terlambat, tidak ada pria yang menarik, dan banyak keinginannya yang belum tercapai.
Tanpa diketahui Amara, Diana mulai mendekati Rafael secara diam-diam, mencari celah untuk memanfaatkan kedekatannya dengan suami sahabatnya. Seiring berjalannya waktu, persahabatan mereka mulai retak. Amara, yang semula tidak pernah merasa khawatir dengan Diana, mulai merasakan ada yang aneh dengan tingkah sahabatnya. Ternyata, di balik kebaikan dan dukungan Diana, ada keinginan untuk merebut Rafael dari Amara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08
Amara berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum. Pikirannya kosong, lelah dengan segala kepura puraannya selama ini. Namun, langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara pelan dari arah ruang tamu.
Ia mengenali suara itu Diana dan Rafael. Amara memutuskan untuk mendekat secara perlahan. Dia bersembunyi di balik dinding, cukup dekat untuk mendengar percakapan mereka.
Diana dengan nada lembut
"Rafael, aku harus memberitahumu sesuatu. Aku... aku hamil."
Amara membeku. Jantungnya seperti berhenti berdetak.
Rafael sangat terkejut
"Apa? Hamil? Diana, ini bukan waktu yang tepat untuk membahas ini."
Diana dengan nada memohon
"Aku butuh kepastian darimu, Rafael. Aku tidak bisa melakukan ini sendiri. Aku tahu ini rumit, tapi aku yakin kau bisa menyelesaikannya."
Air mata mulai mengalir di pipi Amara. Ia merasakan sakit yang tak terkira di dadanya. Tidak hanya Diana, sahabat yang dulu ia percayai, tetapi juga Rafael, suami yang telah ia pilih untuk membangun kehidupan bersama, telah mengkhianatinya.
Amara segera berlari ke kamarnya, berusaha menahan suara tangisnya. Namun, begitu pintu kamar tertutup, ia jatuh terduduk di lantai, menangis sejadi jadinya.
Amara berbicara dalam hati, penuh amarah
"Cukup! Kesabaranku sudah habis. Mereka sudah melewati batas! Jika mereka berpikir aku hanya akan diam, mereka salah besar."
Setelah beberapa saat, Amara berdiri. Ia menghapus air matanya dengan kasar. Kali ini, ia tidak akan membiarkan emosi menguasainya. Ia tahu apa yang harus dilakukan.
"Jika mereka ingin menghancurkan hidupku, aku akan menghancurkan mereka terlebih dahulu."lirih nya sangat pelan,
Amara lalu tersenyum dingin
"Aku akan pastikan Rafael kehilangan segalanya, dan Diana... kau akan tahu rasanya hidup dalam kehancuran."
Malam itu, Amara tidak tidur. Air matanya sudah berhenti. Hanya ada kebencian dan tekad di matanya.
Amara di dalam hati
"Aku akan memastikan mereka menyesali perbuatannya. Ini hanya awal dari balasanku."
--
Setelah mendengar percakapan Diana dan Rafael di dapur tentang kehamilan Diana, Amara mengurung diri di kamar dengan air mata yang tidak henti-hentinya mengalir. Namun, kesedihan itu perlahan berubah menjadi kemarahan yang membakar hatinya.
Dia ingat, betapa keluarganya, terutama orang tuanya, telah membantu Diana dan keluarganya keluar dari kemiskinan. Diana dulu adalah gadis yang selalu bersyukur, bahkan Amara menganggapnya seperti saudara sendiri. Namun, sekarang Diana mengkhianatinya dengan cara yang paling menyakitkan.
Keesokan paginya, Amara bangkit dengan tekad. Dia berjalan ke ruang tamu, tempat Diana sedang duduk santai sambil membaca majalah.
Amara berbicara dengan nada tegas
"Diana, aku sudah cukup sabar. Kenapa kau masih di sini? Bukankah kontrakanmu sudah selesai direnovasi?"
Diana menjawab dengan nada santai
"Amara, kau ini kenapa? Aku kan sedang nyaman di sini. Lagipula, kontrakanku belum benar benar selesai."
Amara menatap Diana dengan tajam. Dia memutuskan untuk menusuk Diana di titik terlemahnya.
Amara tersenyum dengan senyum dingin
"Lucu ya, Diana. Aku ingat dulu keluargaku yang membantu orang tuamu memulai usaha. Kalau bukan karena itu, mungkin kau bahkan tidak bisa bertahan sampai sekarang."
Diana terdiam, wajahnya mulai memerah menahan emosi.
"Amara, itu sudah lama berlalu. Kau tidak perlu mengungkit ungkit masa lalu."
Amara melipat tangan di dada
"Aku tidak keberatan membantu orang yang tahu diri, Diana. Tapi, kau? Kau mengkhianati orang yang sudah menyelamatkan keluargamu dari kehancuran. Apa itu yang kau sebut balas budi?"
Diana kehilangan kata kata. Ia hanya bisa menunduk, sementara Amara menahan amarahnya agar tidak meledak.setelah mengatakan itu semua amara berlalu pergi begitu saja meninggalkan diana dengan kebingungan nya,
--
Amara memutuskan untuk mengambil tindakan nyata. Dia menghubungi kantor sang Oma, mengatur janji untuk bertemu langsung. Namun, Oma menyarankan Amara untuk berbicara terlebih dahulu dengan Ferdi, tangan kanan yang mengelola semua urusan perusahaan.
Ferdi adalah pria yang sangat dihormati di kantor. Dia dikenal tegas dan tidak memihak siapa pun, bahkan Rafael yang bekerja di perusahaan tersebut menganggap Ferdi sebagai atasannya.
Amara tiba di kantor dengan tekad yang bulat. Setelah dipersilakan masuk ke ruang Ferdi, dia melihat pria tersebut sedang membaca beberapa dokumen penting. Ferdi menatap Amara dengan senyum tipis, memberi isyarat agar dia duduk.
Ferdi membuka suara dengan nada formal
"Nyonya Amara, saya sudah diberitahu oleh Oma mengenai situasi Anda. Apa yang bisa saya bantu?"
Amara berusaha tenang
"Pak Ferdi, saya butuh bantuan untuk memberi pelajaran pada suami saya, Rafael, dan seorang wanita yang bernama Diana. Mereka sudah melewati batas, dan saya tidak bisa tinggal diam lagi."
Ferdi mengangguk, mendengarkan dengan seksama saat Amara menceritakan semuanya, termasuk pengkhianatan Rafael dan kehamilan Diana.
Ferdi berbicara dengan nada serius
"Saya memahami situasinya. Rafael memang salah satu karyawan di sini, tapi Anda harus tahu, dalam urusan perusahaan, saya selalu objektif. Apa langkah yang Anda rencanakan?"
"Saya ingin Rafael dipecat, atau setidaknya diturunkan jabatannya. Selain itu, saya ingin menghancurkan kredibilitas Diana di mata siapa pun yang mungkin mendukungnya. Saya ingin mereka berdua merasakan apa yang saya rasakan."jawab nya dengan serius
Ferdi tersenyum samar.
"Langkah Anda cukup berani, Nyonya Amara. Tapi jika Anda ingin Rafael dihukum, saya akan membutuhkan bukti nyata dari tindakan tidak etis yang dia lakukan. Adakah yang bisa Anda berikan untuk mendukung ini?"
Ucap nya dengan hati hati,
"Saya punya rekaman percakapan Rafael dan Diana. Itu cukup untuk membuktikan hubungan mereka. Dan saya yakin itu bisa digunakan untuk memengaruhi Oma."jawab nya dengan cepat
Mendengar itu Ferdi mengangguk setuju
"Baik. Kirimkan rekaman itu pada saya. Saya akan memastikan ini sampai ke Oma, dan Rafael tidak akan lolos begitu saja."
Setelah berbicara dengan Ferdi, Amara akhirnya bertemu dengan sang Oma di ruang pribadinya.
Oma menatap dengan tatapan prihatin
"Amara, apa yang terjadi? Kau terlihat sangat terguncang."
"Oma, Rafael sudah menghancurkan rumah tangga kami. Dia berselingkuh dengan Diana, seseorang yang dulu keluargaku bantu. Dan sekarang, Diana mengklaim dia sedang hamil anak Rafael."ucap nya dengan suara yang sudah bergetar
Wajah Oma memerah karena marah.
"Dia tidak hanya mencoreng nama keluarga, tapi juga memalukan perusahaan ini. Tenang saja, Amara. Aku akan memastikan Rafael dan Diana mendapatkan pelajaran."
Amara merasa sedikit lega mendengar dukungan Oma. Dia tahu, dengan Oma dan Ferdi di pihaknya, Rafael dan Diana tidak akan bisa lolos dari konsekuensi perbuatan mereka.
Ferdi mulai mengambil langkah cepat. Dia memeriksa semua laporan Rafael, mencari celah yang bisa digunakan untuk menekan posisinya. Sementara itu, Oma mengatur pertemuan dengan dewan direksi, memberi tahu mereka tentang tindakan Rafael yang mencemarkan nama baik perusahaan.
Ferdi di rapat internal
"Rafael telah melanggar etika perusahaan dengan tindakan pribadinya yang berisiko membawa dampak buruk pada reputasi kita. Saya merekomendasikan agar dia diturunkan dari posisinya."
Dengan dukungan Oma, Rafael segera dipindahkan ke posisi rendah di perusahaan, membuatnya kehilangan sebagian besar pengaruhnya.