Karya ini hanya imajinasi Author, Jangan dibaca kalau tidak suka. Silahkan Like kalau suka. Karena perbedaan itu selalu ada 🤭❤️
Perjodohan tiba-tiba antara Dimas dan Andini membuat mereka bermusuhan. Dimas, yang dikenal dosen galak seantero kampus membuat Andini pusing memikirkan masa depannya yang harus memiliki status pernikahan.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Semua berkas sudah siap, Cit. Kita akan ke Indonesia 5 hari lagi" jelas Linda didalam mobil. Citra menoleh ke jalanan dengan tersenyum. Sebuah berita yang sangat ditunggu, Citra akan memperjuangkan cintanya.
***
"Jadi kalian akan pindah?" tanya Mama Dian ketika diberitahu Dimas bahwa minggu depan mereka akan pindah kerumah yang sudah dibeli Dimas. Dimas memang sudah membeli rumah tersebut sekitar setahun yang lalu.
"Iya, Ma. Dini kan mau ujian dan mau skripsi juga jadi biar fokus belajarnya dan kalau mau ke perpus juga dekat. Kalau dari sini bisa sejam, itupun kalau tidak macet" jelas Dimas.
"Ehm ya sudah, tapi kalian harus sering-sering main kesini ya kalau sudah pindah. Mama suka kesepian kalau Papa kerja dan Davina kuliah. Kamu harus jaga Dini ya, Mas"
"Ga perlu disuruh, bakal Dimas jagain Ma" batin Dimas.
"Iya, Ma. Pasti kami sering main kesini kok" gantian Dini yang jawab.
"Ya sudah kalau begitu, kalian istirahat sana sudah malam. Mama masih nunggu Papa, sebentar lagi datang"
Dimas dan Dini pamit kembali ke kamar setelah memberi tahu kalau mereka akan pindah dalam beberapa hari lagi.
"Pak, apakah kita pakai Art?" tanya Dini setelah mereka sampai ke kamar.
"Buat apa?" Dimas menoleh memperhatikan Dini yang malah menggigit ujung jarinya. Dimas tahu kalau ada sesuatu yang ingin Dini katakan.
"Bilang aja"
"Ehm, bapak jangan marah ya. meskipun kita sandiwara sebagai suami-istri, tapi jujur saya ga bisa masak sama sekali. Ntar gimana kalau perut kita lapar? Sedangkan saya ga bisa masak. Kalau lapar kan tetap lapar Pak ga mungkin bisa bohong" jelas Dini ragu-ragu.
Dimas yang mendengar perkataan Dini jelas tertawa.
"Kok bawa ketawa?" Dini malah ngambek.
"Dini, Saya tidak ada niat menuntut istri saya untuk bisa masak atau mengerjakan pekerjaan rumah. Kalau lapar ya tinggal beli, atau saya yang masak juga tidak masalah." kata Dimas santai.
"Jadi istri Pak Dimas pasti bahagia banget dah" batin Dini.
"Ayo, shalat isya baru kita tidur" ajak Dimas sambil berjalan ke kamar mandi.
Setelah melaksanakan Shalat Isya, Dini dan Dimas tidur seperti hari-hari biasa. Masih ada pembatas diantara mereka walau esok pagi pembatas itu hilang entah kemana tapi ketika mereka dalam keadaan sadar, mereka tidak boleh melakukan kontak fisik sesuai perjanjian.
***
Dimas dan Dini mulai pindahan. Rumah yang akan ditempati mereka berdua berada didaerah perumahan. Jarak ke kampus juga tidak terlalu jauh sekitar 10 menit menggunakan motor sudah sampai.
"Ahh, capeknya" kata Dini sambil merebahkan badannya disofa.
"Ini" Dimas menawarkan sebotol air mineral ke Dini.
"Terima kasih, Pak" Dini langsung meneguk minuman kemasan itu sampai habis. Dimas hanya menperhatikan.
Setelah minumannya habis, Dini tiba-tiba bangun dari rebahannya. "Oh, ya Pak. Kenapa kita masih tinggal satu kamar? Kan kamar ada dua dirumah ini kita juga sekarang jauh dari orang tua"
"Apa kamu yakin kalau orang tua kita tidak bakal main kesini? Trus bagaimana kalau suatu hari mereka ingin nginep dirumah ini?" tanya Dimas.
"Untuk menghindari segala kemungkinan, mau tidak mau kita harus satu kamar lagi" lanjut Dimas santai.
Dini yang mendengarkan penjelasan Dimas, seketika menganggukkan kepalanya. Apa yang dikatakan Dimas memang benar sih.
"Kamu sudah belajar untuk ujian besok?" ingat Dimas.
"Belum, Pak. Rencana habis pulang baru belajar" jawab Dini.
"Ya sudah, setengah jam lagi kita pulang. Kamu istirahat saja biar saya yang menyelesaikannya" ucap Dimas berdiri.
"Tuh kan, perlakuan Pak Dimas ini bikin baper dah. Bisa-bisa gue jatuh cinta duluan" gumam Dini sambil menutup matanya.