NovelToon NovelToon
I Love You, Bestie!

I Love You, Bestie!

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cintapertama / Teen School/College / Persahabatan
Popularitas:825
Nilai: 5
Nama Author: EuRo40

Dua orang sahabat yang terbiasa bersama baru menyadari kalau mereka telah jatuh cinta pada sahabat sendiri setelah jarak memisahkan. Namun, terlambat kah untuk mengakui perasan ketika hubungan mereka sudah tak seperti dulu lagi? Menjauh tanpa penjelasan, salah paham yang berakibat fatal. Setelah sekian tahun akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali. Akankah mereka bersama setelah semua salah paham berakhir?
Ikuti lika-liku perjalanan dua sahabat yang manis dalam menggapai cinta dan cita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EuRo40, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Arin dan sang suami menabur bunga di atas sebuah pusara. Semua orang sudah pergi dari pemakaman tersebut kecuali Arin dan Bayu. Arin menangis tak mampu menahan kesedihannya di tinggal seseorang yang sangat berarti di hidupnya.

“Sudah, Sayang. Kita harus ikhlas, ini yang terbaik untuknya. Allah lebih sayang padanya, sekarang dia tidak akan merasakan sakit lagi. Dia sudah berada di tempat yang terbaik,” Bayu menguatkan Arin.

“Aku tidak akan bisa melihatnya lagi, tak ada senyumnya yang hangat, aku bahkan sudah merindukannya sekarang.” Arin menangis lagi. Berat sekali rasanya.

“Kamu jangan begitu. Aku tahu kamu sedih. Begitu juga dengan istri dan anaknya. Kita harus bisa menguatkan mereka. Kasihan mereka.” Sang suami mengingatkan.

“Kamu benar, Mas. Aku tidak boleh larut dalam kesedihan. Mereka butuh aku.” Arin menghapus air matanya.

“Ayo, kita pulang,” ajak Bayu.

Suami istri itu pergi dari tempat pemakaman umum tersebut. Begitu mereka sampai ke rumah duka, masih ada saja tamu yang datang untuk mengucap bela sungkawa.

Ana tampak sedang merenung di taman samping rumah. Arin mendekati Ana.

“Kenapa ngelamun di sini?” tanya Arin.

Ana menoleh lalu tersenyum. “Ana sedang mengingat Pakde, dulu Pakde kalau kita main ke rumah ini selalu saja meledek Ana, terus kita semua akan diajak jalan-jalan.” Ana tersenyum, tetapi terlihat jelas kesedihan di matanya.

“Kamu, harus ikhlas. Lebih baik kamu temani Mbak Leni, jangan biarkan dia larut dalam kesedihan.” Arin membelai lembut rambut Ana. Leni adalah sepupu Ana, anak tertua Pakde.

“Iya, Bunda.” Ana pergi dari taman menuju lantai dua.

Dua hari yang lalu ketika ia baru saja pulang kuliah, kabar duka datang. Pakde mengalami serangan jantung lalu dilarikan ke rumah sakit. Ana beserta orang tuanya bergegas pergi ke kota di mana Pakde, kakaknya Arin tinggal.

Pakde dirawat selama satu hari di ICU, dokter sudah mengusahakan yang terbaik dan rencananya dua hari lagi Pakde akan dioperasi. Namun, sayang. Rencana tinggal rencana, Tuhan yang menentukan, Tuhan lebih sayang padanya, Pakde menutup mata sebelum operasi dilaksanakan.

***

Hari ini Ana dan kedua orang tuanya akan pulang. Ana sudah tidak kuliah tiga hari. Besok ia harus kembali kuliah. Ana saat ini sudah semester enam. Ia mengambil jurusan bisnis.

Waktu empat jam perjalanan terasa sangat panjang. Ia beberapa kali tertidur. Akhirnya ketika menjelang senja mobil sampai di rumah. Ia bergegas turun. Orang tua Ana sudah masuk ke dalam rumah. Supir mereka dan ART datang menurunkan barang-barang.

Ana menatap rumah di sampingnya yang kini jarang ditempati. Mama dan papa Angga sedang ada pekerjaan di luar kota, mereka hanya pulang beberapa bulan sekali. Sedangkan, Angga tidak pernah sekali pun terlihat batang hidungnya.

Tiga tahun berlalu mereka benar-benar putus kontak. Setelah kecelakaan itu Ana mengalami koma selama satu minggu. Orang tua Angga ikut mengantar putranya, mereka menunggui Angga seminggu di sana. Jadi, mereka tidak tahu kejadian tersebut.

Ana berusaha untuk menelepon Angga atau mengiriminya pesan, tetapi tak ada satu pun yang mendapatkan balasan. Ia hanya tahu kabar Angga dari orang tuanya. Ana akhirnya tidak pernah lagi untuk mencoba menghubungi Angga atau bertanya tentang Angga pada orang tua Angga.

Suara dering ponsel membuyarkan lamunan Ana. Ia tersenyum melihat nama panggilan yang tertera di layar. Ia mengangkat telepon tersebut.

“Halo, Sen,” sapa Ana.

“Lo, udah nyampe rumah?” tanya Seno dari seberang telepon.

“Alhamdulillah udah, lo lagi di mana sekarang?” tanya Ana.

“Lagi beli martabak kesukaan lo, nih. Mau nggak?” tanya Seno lagi.

“Mau, dong. Kebetulan banget gue lagi lapar, nih!” Ana sangat antusias sekali begitu mendengar martabak.

“Oke, nanti kalau udah jadi. Gue ke sana. Mau apa lagi?”

“Udah itu aja,” jawab Ana.

“Oke, gue tutup dulu, ya.”

“Oke, thanks, Sen!” Ana lalu menutup teleponnya.

Ya, itu adalah Seno, sahabatnya yang tiga tahun lalu sepakat untuk saling menjauh dan menjaga jarak. Namun, ternyata, Seno yang sempat kuliah di luar negeri memutuskan kembali ketika ibunya jatuh sakit. Ia terpaksa kuliah di Jakarta dan akhirnya Ana bertemu kembali dengan Seno.

Mereka satu jurusan, jadi mau tak mau Ana kembali dekat dengan Seno. Untuk Elin sendiri, Ana tidak tahu bagaimana kabarnya?

***

“Ga, sini! Lo belajar mulu. Nggak pusing apa, tuh otak lo?” Angga sedang berada di sebuah tempat makan khas Indonesia. Di sana banyak mahasiswa atau pekerja dari Indonesia. Mereka sering berkumpul dan menjadi dekat.

“Lagi, baca-baca aja, Bang. Biar cepat lulus. Udah kangen gue pengen pulang kampung!” ucap Angga. Semua yang mendengar tertawa.

“Kangen kampung atau kangen pacar?” ledek salah satu teman Angga.

“Kangen orang tua, suasana di sana, pokoknya semuanya. Kalau pacar, gue jomblo akut, nggak punya pacar!” kelakar Angga membuat semua tergelak.

“Lo, bukannya nggak punya, tapi nggak mau buka hati. Padahal gue yakin banyak yang suka sama lo, contohnya si Gendis, tuh! Tapi lo tolak, ‘kan?” tanya salah satu teman kumpul mereka yang lebih tua.

Semua tertawa mengingat bagaimana dengan percaya dirinya Gendis menembak Angga di depan semua orang di restoran tersebut. Gendis bahkan berapa mencium pipi Angga.

Namun, Angga menolaknya dengan sopan, tetapi tegas kalau ia tidak punya perasaan apa pun pada Gendis. Angga memperlakukan Gendis dengan baik hanya sebagai teman sama seperti yang lain. Jika dia lebih perhatian itu karena ia merasa lebih dekat karena mereka satu SMA dulu. Gendis telah salah paham dengan perhatiannya selama ini.

“Kalau nggak cinta, gue nggak mau memaksakan,” ucap Angga.

“Menurut gue, sih. Angga itu pasti udah ada orang yang dia sukai makanya nggak mau buka hati buat siapa pun dan orangnya pasti ada di Jakarta, ya? Karena itu lo mau cepat lulus biar cepat pulang ketemu doi!” Teman Angga yang lain ikut menggoda Angga.

Angga langsung teringat pada seseorang di masa lalunya. Orang yang sampai kini ada di dalam hatinya. Orang yang berusaha ia lupakan, tetapi tak bisa. Sahabatnya yang selalu ceria dan harus ia tinggalkan dengan luka. “An, gimana kabar kamu di sana?” tanya Angga dalam hati.

...----------------...

1
Realrf
usaha Angga, coba kontak lagi. Terkadang semua tidak seperti yang kita pikirkan, ce ilah bijak amat gue kwkkwkw
Realrf: /Determined//Determined//Determined//Determined/
EuRo: terima kasih kak. ❤️
total 2 replies
AFat
saya suka, alurnya ringan tapi saya menikmatinya. Kata-katanya simple dan jelas saya bisa membayangkan seolah-olah sedang menonton drama remaja. Keren, semangat terus thor!
AFat
jadi ingat masa SMA dulu. Ah emang masa SMA penuh warna.
EuRo: Ya, masa yang tak bisa terulang dan penuh kenangan, terima kasih banyak, kak. baca terus sampai tamat ya, kak. terima kasih juga like nya.
total 1 replies
Realrf
next thor
EuRo: Terima kasih banyak kak, sudah like. berarti banget buat aku. jadi penambah semangat!,🥰🥰❤️❤️
total 1 replies
Haryanti Rayyan
lanjut akak
EuRo: Terima kasih, Kak.
total 1 replies
Nazwatalita
Lanjut Thorr
EuRo: Terima kasih, Kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!