Letnan satu Bisma Dwipangga patah hati setelah diputuskan oleh tunangannya. Hubungannya yang sudah terjalin cukup lama itu, kandas karena sebuah alasan. Demi sebuah jenjang karier yang masih ingin digapai, dr. Jelita Permata terpaksa mengambil keputusan yang cukup berat baginya.
"Aku ingin melanjutkan studiku untuk mengejar dokter spesialis. Kalau kamu tidak sabar menunggu, lebih baik kita sudahi hubungan ini. Aku kembalikan cincin tunangan ini." Dr. Lita.
"Kita masih bisa menikah walaupun kamu melanjutkan studi menjadi Dokter spesialis, aku tidak akan mengganggu studi kamu, Lita." Lettu Bisma.
Di tengah hati yang terluka dan patah hati, Bu Sindi sang mama justru datang dan memperkenalkan seorang gadis muda yang tidak asing bagi Letnan Bisma.
"Menikahlah dengan Haura, dia gadis baik dan penurut. Tidak seperti mantan tunanganmu yang lebih mementingkan egonya sendiri." Bu Sindi.
"Apa? Haura anak angkat mama dan papa yang ayahnya dirawat karena ODGJ?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Misi Perjodohan Digelar Lagi
Dua jam setelah kepergian Haura dan Bisma, Bu Sindi dan Pak Saka kembali ke rumah. Bi Mimin, yang sejak kepergian Haura dan Bisma tidak sabar ingin segera menyampaikan bukti rekaman antara Bisma dan Haura tadi, pada kedua majikannya.
Dan kini, laporan Bi Mimin sudah sampai pada Bu Sindi. Bahkan Bu Sindi sudah menyampaikan juga pada Pak Saka. Mereka berdua terkejut dengan bukti rekaman antara Bisma dan Haura yang diberikan Bi Mimin.
"Mereka harus segera dipersatukan, Pa. Sepertinya antara keduanya memang ada getar-getar rasa, tapi mereka gengsi satu sama lain untuk mengungkapkannya," ujar Bu Sindi pada suaminya.
"Tapi bagaimana caranya, Ma? Bisma selalu saja menolak, sementara Haura juga sama," tukas Pak Saka bingung.
"Memang benar mereka satu sama lain menolak, tapi mama yakin dalam hati mereka pasti sudah getar-getar cinta. Buktinya sikap Bisma akhir-akhir ini berbeda terhadap Haura. Dia berusaha memperlihatkan rasa tidak suka, tapi tatap matanya berbeda saat menatap Haura.
"Lihat gestur tubuh mereka di vidio rekaman ini, mereka itu sepertinya sedang berdebat. Tapi tangan Bisma tidak mau melepaskan Haura yang sesekali meronta. Bisma sebetulnya menginginkan Haura, tapi seperti yang mama bilang tadi, dia itu masih gengsi. Terlebih, dia baru saja terluka oleh Jelita."
Pak Saka mengangguk-angguk seolah setuju dengan apa yang diungkapkan istrinya.
"Mereka harus kita sidang malam ini, Pa. Setelah makan malam, mereka kita giring ke ruang keluarga. Pokoknya, malam ini misi kita harus berhasil. Harus bisa membuat Bisma dan Haura bersatu," cetus Bu Sindi penuh semangat.
Setelah Bu Sindi dan Pak Saka setuju untuk menjalankan misi nanti malam kepada Haura dan Bisma, mereka bersikap biasa-biasa saja saat mendapati Haura dan Bisma pulang secara susul menyusul. Mereka seperti habis jalan berdua, tapi pulangnya sendiri-sendiri dengan kendaraannya masing-masing.
"Tuh, lihat Pa, sebagai bukti baru. Sepertinya mereka memang jalan bareng, pulangnya saja barengan." Bu Sindi dan Pak Saka mengintip dari balkon kedatangan Haura dan Bisma yang hampir bersamaan.
"Sepertinya niat kita kali ini ibarat gayung bersambut. Mereka pulang saja barengan. Ini tidak bisa dibiarkan lama-lama lagi, Pa. Misi kita nanti malam harus kita jalankan sesuai rencana," antusias Bu Sindi penuh binar bahagia.
"Mama tahu apa yang harus Mama lakukan jika Bisma atau Haura menolak kembali permintaan kita?" Pak Saka balik bertanya untuk mengingatkan sang istri.
"Itu pasti, Pa. Mama sudah siapkan akting paling meyakinkan, terutama di depan Bisma," ujar Bu Sindi yang diacungi jempol oleh Pak Saka. Sepertinya kedua orang paruh baya ini, sudah merencanakan misi lain seumpama misi pertama gagal. Mereka kini kembali masuk ke ruang keluarga di lantai atas, menyudahi aksi ngintip mereka.
Makan malam sedang berlangsung, hampir tidak ada yang berbicara antara ke empatnya, sampai makan malam itu benar-benar berakhir. Bu Sindi dan Pak Saka saling lempar tatap, memberi kode satu sama lain. Bu Sindi mengedipkan mata kirinya pada Pak Saka sebagai isyarat bahwa Pak Saka harus mulai bicara.
"Setelah makan, kita ke ruang keluarga dulu. Papa dan mama ingin berbicara pada kalian berdua," seru Pak Saka yang langsung diprotes Bisma.
"Papa dan Mama mau membicarakan permintaan yang sudah basi itu?"
"Pokoknya setelah makan malam ini, kita ke ruang tamu. Di sana kita bisa membicarakan apa saja kecuali ghibah," tegas Pak Saka sembari berdiri diikuti Bu Sindi. Mereka menuju ruang tamu duluan.
"Haura, kalau mama dan papaku masih membicarakan tentang perjodohan kita. Maka, kamu harus menolaknya," peringat Bisma seraya berlalu dari meja makan.
Haura kembali merasakan dadanya sesak, peringatan Bisma barusan sungguh membuatnya sakit. Padahal Haura tidak pernah berharap perjodohan ini terjadi, tapi tiap Bisma mengungkapkan penolakannya, Haura benar-benar merasa sakit.
Tidak mau membantah, Haura pun kini melangkahkan kaki menuju ruang keluarga. Tidak lupa dia membawakan dua cangkir kopi untuk Pak Saka dan tentu saja Bisma. Meskipun mereka tidak meminta, tapi Haura berinisiatif membuatkan kopi untuk kedua lelaki beda generasi itu.
"Papa, Kak Bisma, kopinya. Bi Mimin tadi yang membuat, dan Haura yang meminta Bi Mimin untuk membawa ke sini," ujar Haura mengaku jika kopi itu buatan Bi Mimin.
"Terimakasih, Haura. Duduklah, papa mau bicara serius dengan kalian berdua," titah Pak Saka serius. Haura tidak membantah, dia duduk di samping Bu Sindi.
"Jadi begini, papa dan mama mengajak kalian ke ruangan ini, yaitu untuk membahas satu dan beberapa hal yang menurut papa dan mama urgent. Sebab kejadian seperti ini sudah berulang kali kami lihat, meskipun kami melihatnya hanya dari bukti rekaman," ungkap Pak Saka.
Haura dan Bisma sama-sama terhenyak, jantung mereka kini mulai tidak nyaman. Dag dig dig tidak beraturan.
"Maksud Papa, seperti apa? Dan urgent bagaimana? Bisma jadi tidak paham," Bisma menyela.
"Hari ini, mama dan papa sudah mendapat bukti baru tentang kalian. Bukti yang menandakan bahwa kalian sudah pada tahap yang urgent dan harus segera dinikahkan," cetus Pak Saka membuat Haura dan Bisma terbelalak.
"Apa, menikah? Urgent seperti apa sehingga kami harus menikah? Bisma tidak pernah melakukan hal tidak senonoh terhadap Haura," sangkal Bisma meradang.
Pak Saka menoleh pada Bu Sindi yang sudah paham tugasnya.
"Lihatlah bukti vidio rekaman ini. Kalian bukan sekali saja kepergok dengan keadaan sedekat dan seintim ini. Maka kami berdua sebagai orang tua, merasa bahwa kalian berdua harus segera dinikahkan, karena kalau tidak, bukan tidak mungkin hal yang di luar batas bisa kalian lakukan. Untuk itu, kami selaku orang tua harus bertindak tegas atas tindakan kalian yang sudah sangat meresahkan," cetus Pak Saka seakan sedang memberikan ultimatum.
"Sebentar, Papa. Apa maksud rekaman yang meresahkan itu? Kami sama sekali tidak melakukan hal aneh di vidio itu. Kami hanya sedang berdebat. Jadi, tolong, jangan hubungkan lagi dengan niat kalian yang berusaha menjodohkan kami. Antara kami tidak pernah terjadi hal-hal di luar batas."
Bisma menolak mentah-mentah permintaan Pak Saka. "Kamu ini memang tidak mengerti keresahan orang tua. Kalau kamu bilang antara kalian tidak terjadi hal-hal di luar batas, lantas kenapa sudah ada beberapa bukti rekaman yang begitu dekat dan intim, seakan kalian sedang berpacaran," ujar Pak Saka lagi masih berusaha mempengaruhi Bisma.
"Tidak, Pa. Itu semua hanya perdebatan biasa. Aku menarik lengan Haura sedikit kuat sampai kami saling berdekatan. Tapi, jujur saja, kami bukan sedang beradegan romantis. Jadi, Bisma mohon, kalian jangan menilai negatif bukti rekaman itu." Bisma masih saja memberikan penolakannya, sehingga kini Bu Sindi mulai beraksi.
kamu juga sering menghina Haura...
sama aja sih kalian berdua Bisma dan Jelita...😤
🤬🤬🤬🤬🤬🤬
cinta tak harus memiliki Jelita..siapa suruh selingkuh😁😁😁😁
ada ada aja nih jelita 😆😆😆😆😒
gak sia² si Bisma punya mulut bon cabe 🤣🤣🤣🤣
bilang aja kejadian yang sebenarnya...
Bisma salah paham...