Rara Maharani Putri, seorang wanita muda yang tumbuh dalam keluarga miskin dan penuh tekanan, hidup di bawah bayang-bayang ayahnya, Rendra Wijaya, yang keras dan egois. Rendra menjual Rara kepada seorang pengusaha kaya untuk melunasi utangnya, namun Rara melarikan diri dan bertemu dengan Bayu Aditya Kusuma, seorang pria muda yang ceria dan penuh semangat, yang menjadi cahaya dalam hidupnya yang gelap.
Namun Cahaya tersebut kembali hilang ketika rara bertemu Arga Dwijaya Kusuma kakak dari Bayu yang memiliki sifat dingin dan tertutup. Meskipun Arga tampak tak peduli pada dunia sekitarnya, sebuah kecelakaan yang melibatkan Rara mempertemukan mereka lebih dekat. Arga membawa Rara ke rumah sakit, dan meskipun sikapnya tetap dingin, mereka mulai saling memahami luka masing-masing.
Bagaimana kisah rara selanjutnya? yuk simak ceritanya 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Jessi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebahagiaan dan Kedamaian yang Pernah Hilang
Kebahagiaan ini tentu sampai ke telinga ibu angkat Arga, Amara. Ia sangat bahagia mendengar berita yang mulai tersebar di awak media. Bayu, yang duduk di samping ibunya, ikut bahagia mendengar berita tersebut. Akhirnya, Arga mengumumkan secara resmi bahwa Rara adalah istrinya.
"Bayu, besok kita pergi ke kediaman Arga, ya," ucap Amara dengan penuh kegembiraan.
Esoknya, setibanya di kediaman Arga, Rara menyambut Amara dan Bayu dengan hangat. Senyumannya tulus dan ramah, membuat suasana terasa hangat dan menyenangkan. Namun, berbeda dengan Rara, Arga masih menyimpan perasaan dingin terhadap Amara dan Bayu. Sorot matanya masih menunjukkan jarak yang belum terjembatani.
Amara mencoba tetap positif. "Arga, kami sangat senang dengan berita ini. Kami ingin mendukung kalian dalam setiap langkah," katanya lembut.
Bayu, yang selalu penuh semangat, mencoba mencairkan suasana. "Kak, selamat ya! Aku harap kalian bahagia," ujarnya sambil tersenyum.
Namun, Arga hanya mengangguk singkat. "Terima kasih," jawabnya singkat, lalu beralih pada Rara. "Apakah makanan sudah siap?"
Rara, dengan sabar, mengangguk. "Sudah, mari kita makan bersama."
Selama makan malam, suasana sedikit canggung. Arga tetap diam, sementara Amara dan Bayu mencoba berbicara tentang hal-hal ringan. Rara berusaha keras untuk menjaga suasana tetap hangat, tapi ia bisa merasakan ketegangan yang masih ada di antara mereka.
Setelah makan, Rara mengajak Amara dan Bayu berbicara di teras. "Aku tahu ini sulit bagi Arga. Dia butuh waktu untuk menerima semuanya," katanya pelan.
Amara mengangguk. "Kami mengerti, Rara. Kami akan bersabar. Kami hanya ingin yang terbaik untuk kalian."
Bayu menambahkan, "Kita bisa melakukan kegiatan bersama untuk memperbaiki hubungan kita. Mungkin ada hobi atau proyek yang bisa kita kerjakan bersama?"
Rara tersenyum. "Itu ide bagus, Bayu. Aku akan coba bicara dengan Arga. Terima kasih atas dukungan kalian."
Malam itu, Rara bicara dengan Arga tentang perasaannya dan bagaimana ia ingin mereka semua bisa hidup dalam harmoni. "Mereka hanya ingin mendukung kita, Arga. Beri mereka kesempatan," pintanya lembut.
Arga terdiam sejenak, lalu menghela napas. "Baiklah, Rara. Aku akan mencoba."
Perlahan tapi pasti, dengan bantuan Rara, hubungan antara Arga, Amara, dan Bayu mulai membaik. Mereka mulai melakukan kegiatan bersama, menemukan kembali kebahagiaan dan kedamaian yang sempat hilang.
Hari-hari berikutnya menjadi tantangan bagi Arga untuk membuka hatinya. Namun, dengan dukungan dan ketulusan Rara, perlahan Arga mulai melunak. Amara dan Bayu terus menunjukkan niat baik mereka, meski terkadang masih menemui sikap dingin dari Arga.
Suatu hari, Rara mengusulkan ide kepada Arga, Amara, dan Bayu. "Bagaimana kalau kita mengadakan perjalanan kecil bersama? Mungkin ke pantai atau pegunungan. Ini bisa menjadi kesempatan untuk saling mengenal lebih baik."
Amara setuju dengan antusias. "Itu ide yang bagus, Rara. Bayu juga pasti senang."
Bayu, yang selalu penuh semangat, berseru, "Ayo, Kak Arga, pasti seru!"
Arga ragu-ragu sejenak, namun akhirnya mengangguk. "Baiklah, kita bisa mencoba."
Mereka memutuskan untuk pergi ke pegunungan, menikmati udara segar dan pemandangan indah. Selama perjalanan, mereka berbincang-bincang, berbagi cerita, dan tertawa bersama. Perlahan, Arga mulai merasa lebih nyaman di sekitar Amara dan Bayu.
Di malam hari, mereka duduk mengelilingi api unggun. Amara membuka percakapan dengan hati-hati. "Arga, aku tahu mungkin ada banyak hal yang belum terselesaikan antara kita. Tapi aku ingin kau tahu bahwa aku selalu menganggapmu sebagai anakku sendiri."
Arga menatap Amara dengan mata yang mulai melunak. "Aku tahu, Bu. Maafkan aku jika aku sulit menerima semuanya. Aku hanya butuh waktu."
Rara, yang duduk di samping Arga, menggenggam tangannya. "Aku bangga padamu, Arga. Terima kasih sudah mencoba."
Bayu menambahkan dengan senyum lebar, "Kita semua di sini untukmu, Kak."
Dengan suasana yang lebih akrab, mereka melanjutkan malam itu dengan cerita-cerita hangat dan tawa. Perjalanan tersebut menjadi awal dari hubungan yang lebih baik di antara mereka.
...****************...
Hallo guyss!!!
Makasih banyak sudah membaca "Cahaya yang tak pernah sampai" hingga sampai di BAB ini, dukungan dari kalian sangat berharga bagi penulis 🖤
Jika ada salah kata mohon maaf yapp, jangan lupa tinggalkan jejaknya ya guys 😉
SALAM KENAL DARI AUTHOR "QUEEN JESSI" 🤍🖤🤍
