Figo derlangga tidak pernah tertarik dengan wanita manapun, laki laki itu hanya tertarik dengan James, asisten laki laki pribadinya.
Keadaan seketika berubah drastis ketika Figo bertemu dengan maid baru dirumah miliknya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Shock
Cklek
Pintu kamar milik shearen tiba tiba terbuka lebar, elena yang membuka pintu kamar adiknya itu seketika membulatkan matanya ketika sadar Figo tengah berada didalam kamar shearen.
"Shearen?" Elena membulatkan matanya, ketika mendapati Shearen dan Figo tengah berpelukan di atas ranjang.
"E-elena," Shearen mendorong bahu Figo, menyuruh laki-laki itu untuk melepaskan pelukannya.
"E-elena, aku bisa menjelaskannya,"
Figo mengerjapkan matanya. Laki-laki itu membuka matanya, dan sorotnya tertuju pada Elena yang tengah berdiri di depan pintu menatapnya.
Figo menaikkan alisnya menatap wanita itu.
"T-tidak, Tuan. A-aku hanya ingin mengajak Shearen untuk bekerja,"
"Bekerjalah, tidak usah mengajak Shearen," celetuknya.
"B-baiklah, Tuan. Aku akan pergi," Elena menutup pintu kamar dengan tergesa, masih tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya.
"Ada apa denganmu?" Adeline menatap putrinya.
"Bu, apakah yang aku lihat barusan itu nyata?" tanya Elena.
"Apa yang kau lihat?"
"Apakah Tuan Figo memiliki tipe yang sangat murahan?"
"Jaga ucapanmu! Jika ada yang mendengarnya dan melaporkannya pada Tuan Figo, kita bisa dimarahi, bahkan dipecat. Apa kau mau?"
"Apakah suara kemarin malam itu suara Tuan Figo, Bu?" tanya Elena.
"Jika kau sudah tahu, jangan dibahas lagi. Ayo, kita harus kembali bekerja," ucap Adeline sembari menarik tangan Elena untuk mengajaknya pergi ke dapur.
-
"Selamat pagi, Nyonya," sapa Adeline kepada Valerie dan Mona yang sudah duduk di ruang tengah.
"Adeline, apa kau melihat Figo turun?" tanya Valerie, menatap Adeline.
"Bukankah Figo ada di dalam kamar?" Mona menatap Valerie.
"Tidak, Ibu. Figo sudah pergi," jawab Valerie.
"Tuan Figo ada di..." Elena menghentikan ucapannya ketika Adeline membekap mulutnya dengan cepat.
"Kita tidak melihatnya, Nyonya," ucap Adeline.
"Tapi anakmu tadi mengatakan sesuatu. Lanjutkan ucapannya, apakah kau melihat putraku?" Mona menatap Elena tajam.
Adeline menyenggol lengan anaknya, memberi isyarat agar diam.
"T-tidak, aku tidak melihatnya," jawab Elena akhirnya.
"Kukira kau melihat Figo," Mona berdecak kesal.
"Yasudah, kembalilah bekerja," ucap Mona.
Adeline dan Elena melangkahkan kaki pergi ke dapur. Wanita itu segera mempersiapkan sarapan pagi, sedangkan Elena hanya duduk dengan ekspresi kesal.
"Kenapa Ibu tidak mengatakan kalau Tuan Figo ada di dalam kamar Shearen?"
"Jika Valerie dan Mona mengetahui keberadaan Figo, Shearen akan dikeluarkan dari rumah ini, dan aku tidak akan punya saingan lagi untuk mendekati Tuan Figo," ucap Adeline.
"Apa Ibu merasa tersaingi dengan gadis rendahan seperti Shearen?" Adeline menatap putrinya itu.
"Aku melihatnya dengan mataku sendiri, Bu. Seorang Tuan Figo yang memiliki sifat keras kepala tiba-tiba bisa tunduk patuh pada Shearen."
"Apakah gadis itu menggunakan pelet?"
"Itu bukan anakku," celetuk Adeline.
"Aku harap kau selalu bersikap baik pada Shearen jika ada Tuan Figo. Aku tidak ingin Figo melihat kita berdua melakukan hal yang tidak-tidak dengan Shearen. Bisa-bisa kita kena masalah," ucap Adeline.
"Sudah kubilang, Figo memang sudah cinta mati pada wanita itu."
-
"Kenapa pelayan di dapur hari ini hanya ada dua? Bukannya kemarin ada tiga?" Mona menatap para pelayan yang tengah membersihkan rumah milik putranya itu.
"Aku sudah mengatakan kepadamu, bukan? Shearen sering hilang dan meninggalkan pekerjaannya. Rasanya aku ingin memecatnya saja, Mom," ucap Valerie kesal.
"Kenapa kau tidak mengambil tindakan apapun? Apa kau mau membayar seorang pelayan yang hanya bersantai-santai saja?" Mona menaikkan alisnya.
"Jika aku melihatnya, aku akan menghukumnya."
"Jika kau hanya diam seperti ini, pelayan itu akan semakin kurang ajar kepadamu. Apa kau mau ditindas oleh pelayan?" ucap Mona dengan nada tajam.
-
"Apa di sini tidak ada kamar mandi?" Sorot mata Figo menelusuri ruangan kecil tempat ia berada.
"Ini kamar pelayan, bukan kamar majikan," jawab Shearen kesal.
"Kamar ini terlalu kecil. Aku akan membuatkanmu kamar yang jauh lebih besar dari ini. Mau?"
Shearen menggelengkan kepala. "Tidak."
"Aku tidak membutuhkan kamar yang besar."
"Kalau begitu, di mana kau mandi, Sayang?"
"Di luar. Di kamar mandi umum yang disediakan di luar rumah ini."
"Bagaimana jika ada seseorang yang melihat tubuhmu ketika mandi?"
"Pikiranmu saja yang aneh," jawab Shearen datar.
"Itu bisa saja terjadi, bukan? Intinya, mulai hari ini kau pindah ke kamarku. Kau akan tinggal di sana. Bagaimana?"
"Tidak."
"Aku akan memaksamu."
"Kamar ini terlalu kecil. Dan ya, kamar ini juga sangat gelap. Bukankah kau sangat membenci kegelapan?"
"Tapi kamar ini tidak terlalu gelap. Jangan lebay."
"Sudah, kalau kau ingin mandi, kembalilah ke kamarmu," ucap Shearen akhirnya.
"Ikutlah denganku."
"Aku mau kembali kerja. Kalau ingin mandi, kembali saja ke kamarmu sendiri."