NovelToon NovelToon
Gelapnya Jakarta

Gelapnya Jakarta

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Sistem / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Preman
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Irhamul Fikri

Raka, seorang pemuda 24 tahun dari kota kecil di Sumatera, datang ke Jakarta dengan satu tujuan, mengubah nasib keluarganya yang terlilit utang. Dengan bekal ijazah SMA dan mimpi besar, ia yakin Jakarta adalah jawabannya. Namun, Jakarta bukan hanya kota penuh peluang, tapi juga ladang jebakan yang bisa menghancurkan siapa saja yang lengah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irhamul Fikri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 Jalan Baru yang Berliku

Hari-hari setelah penyelesaian proyek besar itu terasa berbeda bagi Raka. Ia mulai dikenal sebagai pekerja yang tangguh dan bisa diandalkan, meskipun masih muda dan belum lama bekerja di dunia konstruksi. Beberapa rekan kerja, bahkan mandor proyek, mulai menghargai kontribusinya. Namun, seperti yang Dimas pernah katakan, dunia ini tidak pernah berhenti menguji batas seseorang.

Pagi itu, Raka baru saja tiba di lokasi proyek baru di daerah Tanah Abang. Proyek kali ini lebih besar daripada sebelumnya—sebuah pembangunan pusat perbelanjaan modern yang rencananya akan menjadi salah satu ikon baru Jakarta. Di lokasi, suasananya lebih sibuk dan tegang dibanding proyek sebelumnya. Wajah-wajah pekerja yang ia temui kebanyakan baru, dan atmosfernya terasa lebih formal.

Mandor baru mereka, Pak Hasan, adalah tipe pemimpin yang tegas dan tidak segan memberikan kritik keras jika ada yang tidak sesuai harapan. “Saya nggak peduli berapa lama kalian sudah kerja di proyek sebelumnya. Di sini, kita mulai dari nol lagi. Kalau nggak siap, lebih baik mundur sekarang!” katanya saat memberikan pengarahan pertama.

Raka menelan ludah. Ia tahu, bekerja di bawah tekanan Pak Hasan tidak akan mudah, tetapi ia memutuskan untuk menerima tantangan ini.

**Tantangan Baru di Proyek Baru**

Hari pertama di proyek itu terasa berat. Pak Hasan langsung meminta semua pekerja untuk memeriksa setiap detail desain dan memastikan tidak ada kesalahan dalam implementasi. Sebagai orang yang masih baru di proyek besar, Raka sering diminta mengerjakan tugas-tugas kecil seperti mengatur peralatan, memindahkan material, atau mencatat kebutuhan stok. Namun, ia tidak keberatan. Baginya, semua ini adalah bagian dari proses belajar.

Dimas, yang juga bekerja di proyek ini, mendekati Raka di sela-sela istirahat siang. “Gimana, bro? Udah mulai kebayang kerasnya kerja di sini?” tanyanya sambil menyeruput teh botol dingin.

Raka mengangguk pelan. “Pak Hasan galaknya beda ya, Dim. Gue nggak kebayang kalau gue bikin salah, bakal dimarahin kayak apa.”

Dimas tertawa kecil. “Santai aja. Asal lo nggak bikin kesalahan fatal, dia nggak akan terus-terusan galak. Lagian, dia cuma mau semua orang disiplin. Lo bakal terbiasa.”

Namun, hari itu tantangan baru datang lebih cepat dari yang Raka perkirakan. Saat sedang memindahkan tumpukan pipa besi, salah satu pipa yang ia angkat terlepas dari pegangan dan jatuh, hampir menimpa salah satu pekerja lain. Semua orang di sekitar langsung terdiam. Pak Hasan, yang kebetulan berada tidak jauh dari sana, berjalan mendekat dengan wajah tegang.

“Siapa yang jatuhin ini?” tanya Pak Hasan dengan nada dingin.

Raka mengangkat tangan dengan ragu. “Saya, Pak. Maaf, tadi saya nggak sengaja…”

Sebelum Raka selesai bicara, Pak Hasan memotong, “Kalau nggak bisa kerja hati-hati, lebih baik keluar dari sini. Ini proyek besar, bukan tempat untuk main-main!”

Kata-kata itu membuat Raka terdiam, sementara para pekerja lain hanya bisa saling pandang tanpa berani bicara. Rasa malu menyelimuti Raka, tetapi di dalam hatinya, ia tahu ia tidak boleh menyerah.

**Mencoba Membuktikan Diri**

Setelah insiden itu, Raka bekerja lebih keras dari sebelumnya. Ia ingin membuktikan bahwa ia mampu, bahwa ia tidak seperti yang Pak Hasan pikirkan. Setiap tugas yang diberikan kepadanya ia selesaikan dengan cermat, bahkan lebih cepat dari yang diharapkan.

Namun, tekanan dari Pak Hasan tidak kunjung reda. Setiap hari, Raka merasa seolah diawasi lebih ketat dibanding pekerja lain. Di satu sisi, ia merasa frustrasi, tetapi di sisi lain, ia menyadari bahwa ini adalah kesempatan untuk membuktikan kemampuannya.

Salah satu momen penting datang ketika Pak Hasan meminta seseorang untuk memimpin tim kecil dalam pemasangan kerangka baja di lantai dua proyek. Raka mengangkat tangan, meskipun ia tahu risikonya besar. Ini adalah tugas yang membutuhkan presisi tinggi, dan sedikit saja kesalahan bisa berakibat fatal.

Pak Hasan menatap Raka dengan tatapan ragu. “Kamu yakin? Ini bukan tugas mudah. Kalau salah, tanggung jawabnya besar.”

“Saya siap, Pak,” jawab Raka dengan tegas.

Dengan arahan dari Dimas dan dukungan rekan-rekan lainnya, Raka mulai memimpin pemasangan kerangka itu. Ia memastikan semua pekerja mengikuti prosedur keselamatan dengan ketat, memeriksa setiap sambungan, dan memastikan tidak ada material yang cacat. Pekerjaan itu memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan, tetapi akhirnya selesai dengan hasil yang sempurna.

Pak Hasan yang datang memeriksa hasilnya terlihat sedikit terkejut. Ia tidak memberikan pujian secara langsung, tetapi dari anggukan kecil dan senyumnya, Raka tahu bahwa usahanya dihargai.

**Refleksi di Tengah Malam**

Malam itu, setelah hari panjang di proyek, Raka kembali ke kosan dengan perasaan campur aduk. Tubuhnya lelah, tetapi pikirannya penuh dengan berbagai hal—tentang tekanan dari Pak Hasan, tentang rasa malu yang masih ia rasakan karena insiden pipa besi, dan tentang keinginannya untuk terus maju.

Di luar sana, Jakarta masih bergeliat, meski perlahan-lahan mulai tenang. Jalanan yang biasanya ramai kini mulai lengang, hanya menyisakan beberapa kendaraan yang melintas. Raka duduk di jendela kecil di kosannya, memandangi lampu-lampu kota yang berkelip di kejauhan.

Ia tahu bahwa perjalanan ini masih panjang. Di proyek baru ini, ia tidak hanya menghadapi tantangan fisik, tetapi juga tantangan mental. Namun, di balik semua itu, Raka merasa bahwa ia semakin menemukan siapa dirinya sebenarnya—seseorang yang tidak mudah menyerah, yang siap menghadapi apapun demi masa depan yang lebih baik.

“Jakarta emang keras,” gumamnya pelan. “Tapi gue nggak akan kalah.”

Dengan tekad yang semakin kuat, Raka menutup matanya, mencoba beristirahat sebelum kembali menghadapi kerasnya kota ini di pagi hari. Di luar sana, seolah seluruh Jakarta  sedang terlelap, tetapi Raka tahu, di hati kecilnya, ia tetap terjaga, siap untuk melangkah lebih jauh lagi.

Malam terus merayap, membawa kesunyian yang perlahan menelan hiruk-pikuk siang Jakarta. Meski tubuhnya terasa lelah, Raka merasa hatinya tetap menyala. Di tengah kegelapan malam, ia menemukan kekuatan baru—keyakinan bahwa setiap tantangan yang ia hadapi adalah bagian dari perjalanan panjang menuju impian yang ia cita-citakan.

Ia memandangi kota dari jendela kecil di kosannya. Lampu-lampu Jakarta berkilauan seperti bintang-bintang yang tersebar di lautan malam. Kota ini mungkin tak pernah benar-benar tidur, tetapi di tengah gemerlapnya, Raka merasa ada keheningan yang menenangkan.

“Besok adalah hari baru,” pikirnya sambil tersenyum tipis.

Raka menutup jendela, merapikan tempat tidur, dan memejamkan mata. Di luar, Jakarta terus hidup, namun di dalam dirinya, ia tahu ia telah memulai babak baru yang akan membawanya ke arah yang lebih besar. Apa pun yang akan datang, ia siap. Di kota ini, ia telah belajar, tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan. Dan ia berjanji, ia tidak akan menyerah.

1
Irhamul Fikri
kenapa bisa kesel kak
ig : mcg_me
gw pernah hidup kayak gini di bawah orang, yg anehnya dlu gw malah bangga.
hadeh hadeh, kesal banget klo inget peristiwa pd wktu itu :)
ig : mcg_me
semangat Arka
Irhamul Fikri: wah pastinya dong, nanti di bagian ke 2 lebih seru lagi kak
total 1 replies
Aditya Ramdhan22
wow mantap suhu,lanjutkan huu thor
Irhamul Fikri: jangan lupa follow
Irhamul Fikri: siap abngku
total 2 replies
Putri Yais
Ceritanya ringan dengan bahasa yang mudah dipahami.
Irhamul Fikri: jangan lupa follow
Irhamul Fikri: Terima kasih kak
total 2 replies
Aditya Warman
berbelit belit ceritanya
Aditya Warman
Tolong dong tor,jangan mengulang ngulang kalimat yg itu² aja ..boring bacanya...jakarta memang keras...jakarta memang keras...
Heulwen
Dapat pelajaran berharga. 🧐
Uchiha Itachi
Bikin saya penasaran terus
Zuzaki Noroga
Jadi nagih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!